Scarlett : 03

72 9 0
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Where do you think you’re going.... Ma’am?

Wajah datarnya itu menatap tajam paras cantik milik Scarlet yang tengah tertutup kaca gelap dari helmnya.

What are you doing? excuse me? ” tanya Scarlett tanpa membuka kaca helmnya.

Pria itu melepaskan tangannya dari motor Scarlett. Ia menyandarkan punggungnya di mobil mewahnya itu, sembari menyalakan rokok yang sudah berada di mulutnya dengan begitu santai.

Dihisaplah rokoknya itu, mata hitamnya kembali menatap Scarlett yang masih terdiam di motornya menontoni aktivitasnya itu.

Just leaving me like that, after using me? ....how evil.” sindirnya santai, sembari menatapi rokok di tanganya.

Scarlett mengangkat alisnya tertegun. Ia lupa.

Oh, right. sorry about that. terimakasih karena sudah mengizinkanku untuk menggunakanmu.” seru Scarlett.

“Mengizinkanmu?” tanyanya, memiringkan kepala.

Scarlett mengernyitkan dahinya. “Then what?

“Aku hanya menolongmu menjaga harga dirimu itu.” jawabnya datar. Scarlett terbungkam.

Apa yang dibilangnya itu memang tidak salah. Coba saja jika saat itu dia melepaskan genggamannya dan menyangkal Scarlett yang tiba-tiba memanggilnya sebagai suaminya. Mungkin saat ini dirinya sudah kebingungan harus menaruh wajahnya di mana.

“Aku sudah mengikuti permainanmu. tapi apa yang aku dapatkan? kau pergi begitu saja tanpa berkata apapun.” serunya santai namun terdengar sarkastik.

Scarlett mematikan motornya.

“Aku sudah meminta maaf dan berterimakasih padamu, kan.” timpal Scarlett menghela nafasnya.

“Hanya itu?” tanyanya amat datar. “Kau sudah menggunakanku seenakmu. dan bahkan merebut targetku semaumu.” sambungnya.

Lagi-lagi dahi Scarlett mengernyit. Ia berpikir sejenak. “Maksudmu... Linus?” pria itu hanya diam menatapnya.

“Baiklah.... kalau begitu bukankah seharusnya kau yang berterimakasih padaku? karena aku, kau jadi tidak perlu mengotori tanganmu itu.” cetus Scarlett.

Pria di depannya itu terkekeh sinis.

“Tapi kau juga membunuh satu anak buahku.” ucapnya dengan tatapan yang begitu dingin.

“Anak buahmu?” Scarlett kebingungan.

Fuuuhhh.....” dia menatapi asap rokok yang baru saja keluar dari mulutnya itu. “I know you know me too.”

Scarlett mengernyit mantap tak mengerti sama sekali. Apa maksudnya pria itu mengatakan bahwa dirinya itu mengenalnya? Jelas-jelas saat ini adalah pertama kalinya Scarlett bertemu dengannya.

Scarlett terdiam sembari berpikir keras.

Mungkin saja Scarlett memang pernah menemui pria sepertinya. Tapi rasanya tidak mungkin, karena wajahnya itu sangat asing di mata Scarlett. Ataupun jika itu memang berhubungan dengan anak buahnya, Scarlett memang pernah menyuruh Ryujin untuk membunuh salah seorang pria asing yang memata-matainya akhir-akhir ini.

Tunggu! apa dia itu.....’ batin Scarlett teringat sesuatu.

So you are.... that ‘BD’? ” tanya Scarlett.

Pria itu menyeringai.

Hello, Ms. Madison.”

Bak di sambar petir, Scarlett benar-benar mematung tak berkata sepatah katapun. Lembar dokumen tentang data dari gang Mafia yang memata-matainya tempo hari, pemimpinnya berada tepat di hadapannya saat ini.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang