Scarlett : 19

29 5 0
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Welcome back, Ms. Madison.”

Cyrus sudah berdiri menunggu sang nonanya di depan pintu mansion. Ditemani oleh Aretha, dan juga pelayan lainnya yang tengah berdiri menyambut.

“Ah? nona, ada apa dengan—”

“Ceritanya panjang. jangan khawatir, aku baik-baik saja.” ucap Scarlett menyela pertanyaan dari Aretha lebih dulu.

“Ba-baiklah.” Aretha menunduk. Ia memilih untuk tetap terbungkam, meskipun kekhawatirannya tidak terjawab ketika mendapati tubuh Scarlett yang dibalut sempurna dengan lincurt rumah sakit.

“Di mana kakek sekarang?” Scarlett kembali melangkah seraya bertanya kepada pria beruban di sampingnya itu.

Cyrus mengikuti Scarlett dari belakang. “Beliau sedang berada di dalam kamarnya, nona. beliau baik-baik saja.”

“Syukurlah.” sahut Scarlett. “Lalu, bagaimana hasilnya? kau sudah melacak semua akses yang berada padanya?”

Selama Scarlett masih ada di dalam perjalanan pulang, ia menyuruh Cyrus untuk segera melacak semua akses tersembunyi yang ada pada tubuh Ryujin.

“Saya sudah melacaknya, nona. tapi, semua aksesnya itu benar-benar terputus. karena itu saya tidak bisa melacak sedikitpun di mana posisi kebaradaannya sekarang.”

“Dia bawa handphonenya?” tanya Scarlett menoleh.

“Ya, dia membawanya. saya sudah melacak itu dan tetap tak terlacak juga.” wajah Cyrus sudah nampak tak santai.

“Kau tidak melupakan sesuatu, kan?”

Cyrus terdiam, otaknya berpikir keras.

Oh? right! i forgot that one!!! ” Cyrus teringat sesuatu. Semua kaki tangan yang Scarlett miliki, mempunyai satu alat pelacak khusus berukuran mini yang tersembunyi di balik sabuk mereka, untuk berjaga-jaga jika suatu saat nanti terjadi hal yang seperti ini.

“Lacak itu sekarang juga.” suruh Scarlett. “Pastikan kau menemukan di mana titiknya. aku akan membersihkan tubuhku terlebih dulu.”

“Baik nona.” sahut Cyrus patuh.

~ ~ ~

DUAKKHHH!!!!

Sebuah kepalan tinju mendobrak kasar perut atletis milik Ryujin. Meskipun saat ini sekujur tubuhnya sudah banyak dihiasi luka dan lebam ungu, pria itu tetap memilih untuk diam tak bergeming bak seorang yang bisu.

Tch! fucking stubborn! ” ketusnya geram. “Yah, baiklah. terserah kau saja. aku akan menghargai pilihanmu. tapi, mari kita lihat sampai kapan kau akan memilih menutup mulutmu itu.”

“Kuakui, menangani orang sepertimu ternyata sulit juga. bahkan menguras tenagaku. sial! tanganku sampai pegal begini!! merepotkan sekali!!”

“Ya meskipun begitu, aku akan berterimakasih padamu. karena kau aku jadi bisa melampiaskan semua emosiku yang terpendam selama ini, kan. bukan begitu?”

Ryujin tetap terdiam tak peduli.

“Jangan marah begitu... kau sendiri yang lebih memilih untuk kujadikan samsak.” ucapnya tersenyum mencibir.

Tch! ” Ryujin menyeringai. “Quickly... get the fuck out of my sight, you pathetic trash.” balasnya mencibir. Dengan tatapannya yang teramat menusuk.

Hah! alright then.” sahutnya tersenyum kecut. “Lebih baik kau jangan cepat mati... karena aku masih belum mendapatkan apa yang kuinginkan.”

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang