Scarlett : 29

108 11 2
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Sudah satu hari dua malam, semenjak dari lusa malam. Sampai di detik ini Scarlett hanya bisa duduk terdiam di tepi kasur dinginnya, tanpa bisa melakukan hal apapun.

Ia terduduk mematung menghadap ke arah kaca jendela. Hanya melamun memperhatikan langit di luar sana yang perlahan ditinggalkan kilap cahaya. Hingga akhirnya pun kembali menggelap tanpa tersisa.

Begitu terus entah sampai kapan.

Ini hari kedua di mana Scarlett dikurung secara paksa. Di dalam sebuah kamar yang begitu kecil, satu jendela, dan minim penerangan. Tidak ada satupun yang mengisinya. Selain ranjang tidur, dan dirinya.

Tidak ada yang bisa Scarlett lakukan selain memandangi langit di depan sana. Hanya melamun, bagaikan seorang narapidana dalam sel tahanan. Namun sesekali.. Scarlett mengalih fokus pandang matanya pada tali perban yang tengah mengekang satu kakinya.

Scarlett merasa lucu. Karena dirinya saat ini sudah mirip seperti tahanan polisi yang berusaha melarikan diri dari bui. Kakinya ditembak, ditangkap, lalu kembali dikurung.

Ia sempat menghiraukan kondisi kakinya itu dan kembali mencoba untuk melarikan diri. Dengan cara ia melompat dari kaca jendela kecil itu. Namun sepertinya, itu tak akan berhasil. Dengan ketinggian 16 meter dari letak kamar ini, Scarlett bisa mati seketika itu juga.

Dyrgan benar-benar mengurung dirinya, di lantai loteng.

“Satu....”

“Dua.....”

Tepat di hitungan ketiga.. Terdengar suara pintu terkunci yang tengah dibuka. Di detik berikut telinganya pun akan disapa dengan sepatah kata berupa,

Honey!

Seketika tubuh Scarlett merinding geli.

Dyrgan selalu saja datang dengan parasnya yang teramat berseri. Meskipun tidak ada jam di kamar ini. Tapi Scarlett sudah tahu bahwa pria itu akan kembali dan mendatangi dirinya, pada jam ini. Seperti hari kemarin.

I’m home.”

Tak ada tanggapan apapun dari wanita itu.

Are you waiting for me, honey?

Never.” sahut Scarlett dingin. Tak sekilaspun ia menatap Dyrgan. Pandangan matanya tetap fokus menatapi langit gelap yang terpampang jauh di depan sana.

Dyrgan pun berjalan, menghampiri Scarlett yang saat ini tengah duduk mematung. Ia duduk tepat di sampingnya.

“Bagaimana keadaan kakimu?”

“Kau tak buta. lihat saja sendiri.”

“Bagaimana aku bisa tahu kondisinya jikalau kau seperti itu? yang merasakan sakitnya itu kan dirimu, bukan aku.”

Exactly. that’s what i mean. so mind your own business.”

Dyrgan terkekeh. “Aku sedang mengkhawatirkanmu. tapi kau malah begitu dingin seperti ini padaku.. aku kecewa.”

Scarlett tersenyum sinis. “Begitukah...?? kau mengatakan itu pada orang yang telah kau tembak dengan tanganmu sendiri? sangat luarbiasa.”

“Aku melakukan itu untuk kebaikanmu sendiri.” serunya.

“Wah! mencengangkan!!” timpal Scarlett sarkas.

“Dengarlah, Scarlett. aku akan selalu mengawasi mereka untukmu. aku akan menjamin situasi mereka akan aman. jadi kau tak perlu khawatir dengan keadaan mereka.”

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang