Scarlett : 30

113 9 4
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

“Ayo pergi.” ajak Scarlett. Ia melepas kedua tangan Bram yang saat ini tengah melingkar di pinggangnya. “Apa kau tahu sudah semuak apa aku dikurung begini!”

“Tentu. tapi.. ada hal yang ingin kuselesaikan lebih dulu.”

“Ada apa?” Scarlett melangkah lebih dulu. “Aku tahu kau datang kemari dengan anak buahmu juga, kan? jadi biar mereka saja yang mengurus semua sisanya.”

“Haruskah kubunuh dia?”

Langkah Scarlett tersontak berhenti.

Scarlett menoleh. Tatapan mata birunya menyorot tajam mata hitam milik Bram dengan teramat dingin juga tidak ramah bak sepasang mata ular berbisa.

“Jangan beraninya ikut campur. bagaimanapun caranya, bajingan itu.. harus mati di tanganku.” jelasnya menekan.

Mendengar kalimat ucap semacam itu terlontar jelas dari mulut wanita di depannya, berhasil menarik kedua sudut bibir Bram menyeringai sempurna.

“Ya ya.” pria itu tertawa.

“Kenapa kau tertawa?!”

Bram melangkah mendekati Scarlett yang saat ini tengah mematung di depan sana, dengan roman wajahnya yang merasa kebingungan.

“Scarlett Madison.... itulah dirimu. sampai kapanpun kau tidak akan mungkin membiarkan siapapun itu memburu kelinci buruanmu.”

“Cih! kau ini bicara—”

Belum selesai Scarlett berbicara, jantung miliknya sudah terlebih dulu dikagetkan, oleh Bram yang menggendong tubuhnya lalu berkata tepat di telinga,

“Sisi dominanmu itu membuatku gila.”

Seketika pipi Scarlett memanas.. Bagaikan teko teh yang sudah mendidih airnya. Bagaikan sebuah tomat matang yang begitu merah merona warnanya.

“H-hei. apa-apaan ini?! turunkan aku!”

Bram mulai berjalan meninggalkan loteng kecil itu. “Kau pikir aku tak merasa geram, melihatmu berjalan pincang seperti itu? jika kau tidak ingin bajingan itu mati kurebut maka diamlah.”

Terbungkam sudah Scarlett dibuatnya.

~ ~ ~

Di bawah sini sudah benar-benar hancur dan berantakan tak karuan. Entah, secepat apa Bram membuat kekacuan seperti ini. Namun kali ini tidak lebih buruk dibandingkan kekacauan di markas Linus malam itu.

Tapi untuk para mata amatiran yang tak terbiasa dengan kekacauan seperti ini... Mungkin ini akan menjadi sebuah mimpi buruk bagi ingatan mata mereka.

Bahkan Scarlett pun, terkadang ia masih merasa gemetar saat mendapati kegilaan semacam ini di depan matanya.

“Scarlett!!!”

Bram menghentikan langkah kakinya. Tanpa menoleh ke arah Dyrgan di sana. Karena itu Scarlett pun tak bisa tahu bagaimana kondisi Dyrgan saat ini. Lebih tepatnya, ia tak mau tahu. Dan, lagipula jikalau Scarlett ingin melihatnya, pandangan matanya itu hanya akan terhalang oleh bahu lebar Bram.

“Katakanlah. selagi aku berbaik hati.” ucap Bram dingin.

“Scarlett, kau sudah salah!”

“Aku sudah bersusah payah menyelamatkanmu dari pria brengsek sepertinya. tapi, kau malah meninggalkanku??”

“Kau lebih memilih dengannya dibanding aku?!”

“Apa kau memang sudah tidak sepercaya itu padaku???”

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang