Episode 52

9 1 1
                                    

"Kalian bertiga lagi pada ngapain?"

Michika, Sophie, dan Alan sontak menoleh ke belakang secara bersamaan. Di belakang mereka muncul Krio bersama Kahlil, Leroy, Hunter, dan pastinya Oisin.

Meski yang bertanya adalah Krio, tapi tanpa ada yang mengarahkan, kedua mata Michika langsung tertuju pada Oisin. Pun sebaliknya. Mata Oisin langsung tertuju pada mata Michika.

"Lagi main petak umpet ya?" sambung Hunter.

"Iiiiih! Ngapain sih lo pada ke sini!? Sana pergi deh!" Sophie langsung mengusir gerombolan lima sekawan itu.

"Yeeee! Orang kita mau balik. Kudu lewat sini dong, kalo mau ke parkiran sono!" Krio kembali bersuara.

"Itu ada apaan?" sementara Kahlil bertanya untuk mereka semua, tentang keramaian yang terjadi di halaman depan hingga menuju halaman parkir.

"Jumpa fans kayaknya." Leroy menyahut.

Mata Oisin berpaling. Menuju ke tempat Kahlil dan Leroy tertuju.

"Chik, jadi sebenernya lo sama siapa sih? Si Raksasa itu atau Si Pendosa?" Hunter sengaja bertanya sambil mengulum senyum tengil.

Krio langsung bereaksi, meliriknya kesal. Baru beberapa hari ini ia melihat Michika sudah mulai kembali normal. Ia tidak mau melihat Michika kacau seperti sebelumnya.

Sementara Oisin hanya diam. Menunggu jawaban Michika.

"Apa sih!" Michika menolak menjawab pertanyaan itu sembari membuang muka.

"Oh, atau lo mau balikan sama mantan lo?" Hunter tidak peduli, ia malah melanjutkan pertanyaannya.

Krio langsung melotot. Tidak terduga, Hunter membawa namanya.

"Nggak! Chika nggak sama Raksaka, nggak sama Sin, nggak sama Krio! Biarin Chika sama yang lain!" Sophie yang akhirnya menjawab pertanyaan Hunter.

"Oh ya?" Kahlil menaikkan satu alis sambil menatap Oisin.

Leroy tertawa sambil meletakkan satu tangan ke atas bahu Oisin, "Jadi lo udah nggak sama Chava, lo juga nggak dapet Chika? Sial banget nasib lo."

Kening Michika sedikit berkerut mendengar ucapan Leroy.

Padahal Leroy asal bicara. Karena ia maupun ketiga teman Oisin belum ada yang tau soal hubungannya dengan Chava yang sudah berakhir secara resmi. Namun terlepas dari itu, Leroy memang benar.

"Mampus!" Sophie langsung menelan ludah susah payah saat ia menyadari kalau orang yang sedang mencarinya, telah melihat keberadaannya. Dan sebentar lagi, Sophie yakin kalau gerombolan itu akan berpindah ke tempatnya saat ini berada.

"Apa, Soph?" tanya Alan cepat.

Sophie langsung mengguncang tangan Michika, "Chik, dia ke sini!"

"Damn!" Michika mengumpat pelan.

"Lo lagi ngehindari Raksaka?" Krio langsung bisa membaca situasi.

Michika, Sophie, dan Alan tidak ada yang mendengarkan pertanyaan Krio. Ketiga orang itu terlalu sibuk sendiri memikirkan cara menghindari Raksaka.

"Lo bareng sama gue aja, Chik. Ntar gue ambil mobil di parkiran, lo tunggu di depan." Krio menawarkan bantuan.

Itu adalah ide bagus. Kan Raksaka sudah melihat tempatnya sekarang dan sedang berjalan diikuti gerombolan anak SMA Thamrin ke tempatnya. Nah, memanfaatkan moment itu, Krio pergi mengambil mobil, lalu Michika bisa berlari ke depan sekolah. Di saat yang bersamaan, pasti Krio sudah sampai di TKP.

"Lah, kalo gitu mah Alan juga bisa. Lagian nih, mending Chika sama gue sama Alan aja kali." Sophie langsung menentang ide Krio.

Hunter terkekeh melihat keribetan orang-orang di sekitarnya ini. Akhirnya ia pun mencetuskan sebuah ide. Daripada harus menghindari Raksaka dengan cara seperti yang Krio katakan, lebih baik mereka berdelapan berjalan bersama dengan menempatkan Michika di tengah menuju tempat parkir, tepatnya mobil Alan. "Gerombolan itu kita lawan pake gerombolan kita berdelapan."

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang