Episode 60

6 1 1
                                    

Setelah meresmikan hubungan di sekolah, malamnya Oisin datang ke rumah Michika atas kemauan sendiri untuk membahas kontrak Michika dengan She-Ya di depan kedua orang tua Michika.

Sesuai dugaan Michika, Marinka dan Radhea jelas keberatan dengan tindakan Oisin. Menurut mereka, Oisin sudah berlebihan sampai harus membayar sisa penalti Michika. Padahal Radhea juga sanggup membayar kok. Apalagi demi buah hatinya.

Tapi Oisin menjelaskan dengan penuh keyakinan agar kedua orang tua Michika tidak perlu memikirkannya. Ini adalah harga yang harus Oisin bayar karena telah menjerumuskan Michika ke dalam dunia yang sebetulnya tidak Michika inginkan.

Bahasan pun berlanjut ke permasalahan Michika yang lain yang belum terselesaikan. Mengenai hujatan yang masih dan terus Michika terima hingga saat ini. Oisin bilang, ia dan orang-orangnya siap menempuh jalur hukum. Kata Oisin, orang-orang seperti itu memang harus dilaporkan biar kapok dan agar bisa menerima balasan yang setimpal.

Marinka setuju banget. Ia mendukung penuh ide Oisin. Orang jahat memang sudah sepantasnya mendapatkan hukuman. Sementara Radhea menyerahkan semuanya kepada Michika. Karena bagaimana pun, semua keputusan ada pada Michika.

"Michi, kamu harus tegas." Desak Marinka.

Michika menghembuskan nafasnya, "Ya udah. Oke."

Pembahasan Oisin tentang kontrak dan penempuhan jalur hukum atas pencemaran nama baik Michika telah mencapai kesepakatan. Oisin pun pulang diantar Michika hingga ke depan rumah.

"Butuh waktu orang gue sampe bisa nemuin dalang yang udah fitnah lo." Kata Oisin begitu sampai di samping mobilnya.

Michika hanya menganggukkan kepala. Sejujurnya Michika tidak sepenuhnya setuju dengan ide ini karena ia pikir, kasus seperti ini pasti akan menghilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Tapi melihat Marinka dan Oisin begitu antusias, ia jadi ingin menghargai effort mereka.

"Gue balik dulu." Oisin pamit sambil mengelus kepala Michika.

"Ya." Michika melambaikan tangannya singkat.

Baru membuka pintu, Oisin tutup kembali pintu mobilnya. Ia kembali berbalik ke arah Michika yang masih berdiri di tempat.

"Hm?" kedua alis Michika terangkat.

"Gue lupa bilang. Besok pulang sekolah, gue mau ajak lo pergi."

"Ke mana?" mata Michika melebar, terlihat excited.

"Ada."

Jawaban singkat dan sok misterius Oisin membuat Michika segera berdecak, "Sok misterius banget jadi orang, kayak Master Limbad."

Oisin tersenyum kecil sambil mengacak rambut Michika gemas. "Ah, sama satu lagi."

"Apa?" Michika menyahut cepat.

Tangan Oisin yang sebelumnya menyentuh kepala Michika setelah mengacak rambutnya, turun ke telinga Michika yang kali ini polos, tanpa perhiasan apa pun. "Besok anting bintangnya dipake." Cowok itu mengusap daun telinga Michika dengan lembut.

Michika kan tipikal cewek yang memperhatikan penampilan, tidak heran jika ia sering bergonta-ganti anting, jam tangan atau sesekali gelang. Biasanya ia memakai perhiasan atau aksesoris menyesuaikan dengan outfit-nya.

"Anting yang cuma ada satu itu?" Michika meyakinkan.

Oisin mengangguk.

"Kenapa gitu?"

"Nggak usah banyak tanya kayak Dora." Oisin kembali menonyor gemas kepala Michika.

"Ya udah iya, ya udah iya."

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang