Episode 54

9 1 1
                                    

Setelah libur sekolah hari Sabtu dan Minggu, hari ini Michika kembali bersekolah. Begitu pula siswa-siswa SMA Thamrin yang lain. Entah untung atau tidak, pagi ini Jakarta diguyur hujan. Alhasil, upacara hari Senin diliburkan dan diganti dengan jam budi pekerti. Harusnya jam ini dimanfaatkan para murid untuk menyimak materi pembelajaran tentang budi pekerti yang disiarkan di seluruh kelas melalui speaker kelas. Tapi namanya murid, tau tidak ada guru yang datang, ya jelas mereka manfaatkan untuk kegiatan lainnya. Bergosip tentang Michika misalnya.

Memutuskan untuk tetap pergi ke sekolah, akhirnya Michika harus siap secara mental. Karena bukan tidak mungkin ia akan berhadapan dengan anak-anak seperti gerombolan kelas 12-C yang kemarin nyinyir padanya. Apalagi gosip yang beredar tentangnya sekarang lebih parah. Sebagai orang yang dulunya pernah di-bully, mental Michika jadi sudah terlatih untuk berhadapan dengan hal-hal semacam ini.

"Mau ke mana, Chik?" Sophie sontak bertanya saat melihat Michika berdiri dari duduknya.

"Toilet."

"Gue temenin?"

"Nggak usah." Michika pun segera keluar dari kelas, diiringi tatapan-tatapan beragam dari teman-teman sekelas.

Setelah menunaikan panggilan alamnya, Michika pun bergegas kembali ke kelas. Namun sebelum sampai di kelas, secara tidak sengaja ia bertemu dengan Krio. Entah mau ke mana atau habis dari mana, yang jelas cowok itu tidak membiarkan Michika pergi begitu saja. Ia pun mengajak Michika untuk di bangku depan kelas 12-D yang kebetulan kosong.

"Apaan sih? Ini kalo ada yang liat, wah, beneran gue dicap cewek gatel dan murahan, Yo. Udah sama Sin, sama Raksaka, terus sama lo."

Krio malah terkekeh. "Mulut lo, bener-bener ya!"

"Ya udah makanya. Lo mau ngomong apa?" desak Michika.

"Are you okay?" tanya Krio sambil menatap Michika.

"Uh, gue terharu. Lo khawatir sama gue."

"Iya, dodol!" cowok itu menjitak kepala Michika. "Gue takut lo depresi, stres, terus bunuh diri gara-gara di-bully."

"Kalo gue mau, udah dari dulu, Yo."

"Heh? Lo pernah di-bully?"

Michika sengaja mengalihkan pembicaraan. "Udah, cuma mau tanya itu?"

Pas banget. Ponsel Michika bergetar. Nama Nyonya Marinka <3 langsung muncul.

"Wah, Tante Marinka ya! Tante! Masih ingat saya nggak?" Krio sudah langsung merapat ke tubuh Michika untuk ikut berbicara pada Marinka padahal Michika sendiri belum mengangkat panggilan itu.

Michika refleks menyikut rusuk cowok itu. Karena tindakannya, secara tidak langsung membuatnya jadi lebih dekat secara fisik. Krio pun merintih kesakitan. "Sadis lo, Chik."

"Halo, Ma. Gimana?" Michika tidak menggubris, ia angkat saja telepon dari Marinka.

"Kamu yang urus kontrak kamu sendiri ke She-Ya?"

"Maksud Mama?"

"Kamu tau kan, tadi Mama berangkat pagi ke kantor She-Ya buat bahas kontrak kamu?"

"Iya, tau. Terus, Ma?"

"Tim legal She-Ya dan Sheila bilang, kontrak kamu udah lagi diurus."

"Wait, wait. Michi makin nggak ngerti. Maksudnya gimana, Ma?"

"Ya itu tadi. Kontrak kamu udah ada yang urus. Jadi Mama nggak perlu ngapa-ngapain. Tinggal nunggu aja sampe bener-bener beres."

"Hah?" Michika sontak berdiri. Kaget. Terkejut. Syok.

"Katanya hari Sabtu kemarin ada orang yang datang sebagai wali hukum kamu buat ngurusin kontrak kamu."

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang