Michika: Bisa ke UKS sekarang?
Kening Oisin langsung mengernyit membaca pesan itu. Saat ini ia sedang berada bersama keempat temannya. Niatnya mereka mau ke kantin berhubung sekarang sudah memasuki jam istirahat.
"Sin?" Kahlil baru sadar kalau langkah Oisin tertinggal beberapa langkah di belakang. Ia dan yang lain pun menoleh ke belakang.
Tanpa mengatakan apa-apa, Oisin membalikkan tubuh. Berlari ke arah yang berlawanan dari tempat yang seharusnya ia dan keempat temannya tuju.
"Kenapa tuh anak?" Hunter keheranan melihatnya.
"Kebelet kali." Leroy menjawab enteng sambil meneruskan langkah diikuti Krio yang tak berkomentar apa-apa.
*
Setelah berlari cukup jauh, akhirnya Oisin tiba di depan ruangan UKS. Tanpa menunggu nafasnya kembali normal, Oisin langsung memasuki ruangan itu. Di ruangan yang terdapat 8 bed itu, Oisin tidak melihat siapa pun. Termasuk petugas PMR atau dokter jaga. Saat mendapat chat tadi, Oisin khawatir kalau-kalau Michika mendadak sakit di sekolah. Ingat kan, Michika punya riwayat gerd. Nah, Oisin jadi teringat dan berpikir kalau jangan-jangan gerd Michika kumat.
"Michi," cowok itu memanggil nama Michika meski tidak ia lihat siapa pun di dalam ruangan itu. Ya, siapa tau Michika sembunyi atau apa. Namanya juga usaha. Namun karena tak kunjung terlihat, Oisin pun mengecek kembali whatsapp yang dikirim oleh Michika, memastikan isi pesan tersebut. Tidak ada yang salah. Michika memintanya datang ke UKS. Bukan ke tempat lain. SMA Thamrin juga hanya memiliki satu ruangan UKS.
Usaha lain yang Oisin lakukan adalah menelepon gadis itu. Masih sambil berdiri membelakangi pintu UKS, cowok itu melakukan panggilan ke nomor Michika. Tanpa menyadari pintu UKS terbuka kemudian tertutup. Oisin baru sadar akan kemunculan orang lain saat ia merasakan sebuah sentuhan.
Pelan-pelan Oisin menundukkan wajah. Ia lihat dua tangan putih dan kecil melingkari pinggangnya. Kesepuluh jari itu meremas kemeja putih yang Oisin kenakan. Tanpa perlu bertanya, Oisin tau siapa pemilik tangan itu. "Michi?" cowok itu bergumam lirih sambil menurunkan ponsel dari dekat telinganya.
Tak ada suara. Namun tak menghilangkan keyakinan Oisin bahwa gadis yang tengah memeluknya dari belakang adalah Michika yang muncul dari luar UKS.
Oisin pun teringat dengan dugaan sakit Michika. Karena itu ia berniat membalikkan tubuh untuk melihat langsung keadaan Michika. Namun di luar dugaan, Michika makin mengeratkan pelukannya. Membuat Oisin tertahan dari usahanya. Untuk beberapa saat, Oisin terdiam. Mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Lo sakit?" akhirnya Oisin kembali bersuara setelah kurang lebih diam selama satu menit.
"Akhirnya lo dapet karma." Michika berbicara masih sambil memeluk Oisin.
Kening Oisin mengerut. Sebab Michika tidak menjawab pertanyaannya dan malah membahas hal lain. Atau mungkin, memang itu tujuan Michika sebenarnya?
"Gimana rasanya sakit hati? Enak nggak?" Michika gantian bertanya.
Kening Oisin makin mengerut. Sepertinya memang itu tujuan Michika memanggilnya dan memintanya datang ke UKS. Bukan karena Michika sakit. Syukurlah, Oisin jadi lega. "Siapa yang ngasih tau lo?" jika memang ini yang Michika inginkan, Oisin akan menanggapinya.
"Nggak enak kan?" Michika jawab sendiri pertanyaannya.
Tampaknya Michika tidak akan memberi tahu siapa yang telah memberi tahu dirinya soal hubungan Oisin dengan Chava. Tapi kalau boleh menebak, tampaknya Oisin tau. Siapa lagi kalau bukan Chava sendiri. Chava juga kan, yang kemarin meminta tolong pada Michika untuk membujuknya pergi ke apartement Chava.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Met That Day
Teen FictionBagi Oisin, Jaiko sudah seperti sosok pahlawan karena telah menyelamatkannya dari perundungan yang selalu ia alami semasa SD. Sayangnya, pertemuannya dengan Jaiko hari itu, sekaligus menjadi hari terakhir mereka bertemu. Meski semasa SMP Oisin sudah...