Setelah go public, untuk pertama kalinya Michika datang ke sekolah bersama Oisin. Oisin yang mengusulkan agar mereka bisa menghadapi serangan di SMA Thamrin bersama-sama. Pasti, sudah pasti sekolah akan gempar setelah akhirnya kali ini Michika official berpacaran dengan Oisin. Benar-benar, real, jadian!
Pilihan yang tepat untuk muncul bersama Oisin! Karena tidak ada orang yang berani bertanya apalagi dekat-dekat dengan mereka. Tentu saja mereka takut pada Oisin. Karena itu mereka menunggu moment Oisin dan Michika terpisah. Maksudnya, Oisin dan Michika pergi ke kelas masing-masing. Kan kelas mereka berbeda. Jika saat itu tiba, mereka akan langsung mendatangi Michika untuk dimintai keterangan sejelas-jelasnya. Ya kali, Oisin yang didatangi.
"Kalo ada yang mau kalian tanya, tanya ke gue." Baru saja mereka menyusun rencana, rencana itu sudah langsung dipatahkan oleh Oisin saat cowok itu mengantar Michika sampai depan kelas cewek itu.
Michika cengengesan. Puas rasanya melihat wajah kecewa dari anak-anak di sekolah. Kalau Oisin sudah berkata demikian, maka harus dituruti. Kalau tidak, tau sendiri apa akibatnya. Kecuali Sophie dan Alan. Oleh kedua temannya, Michika dibawa ke tempat yang sepi untuk dimintai kejelasan sejelas-jelasnya.
"GILA! GIMANA CERITANYA LO PACARAN SAMA COWOK YANG UDAH NYAKITIN LO BERKALI-KALI, HAH?! OTAK LO DI MANA, CHIK? GIMANA KALO TERNYATA SI SIN ITU BELUM MOVE ON DARI MASA LALUNYA?! GIMANA KALO LO CUMA JADI PELARIAN?!"
Michika berdecak. "Ya gimana, ya..."
"CHIKA... PLEASE! GUE TUH KAYAK NGGAK PERCAYA, NGGAK RELA DAN NGGAK NGERTI AJA, KOK LO BISA PACARAN SAMA SIN? MENDING LO BALIKAN SAMA KRIO, TAU NGGAK! GEBLEK-GEBLEK GITU, KRIO NGGAK PERNAH MAININ LO!"
Michika menutup kedua telinga, tidak tahan mendengar ocehan Sophie. Ia menatap Alan yang malah tersenyum. Reaksi yang tidak pernah terbayangkan. "Lo kenapa, Lan?"
Alan menepuk satu bahu Michika, "Lo kudu bahagia sama Sin, ya, Chik."
*
Tak hanya Michika, Oisin juga masih harus menghadapi keempat temannya. Ya, kalau Kahlil sih tidak begitu terkejut. Karena dari awal, ia yang punya feeling paling kuat kalau Oisin dan Michika memang saling suka, tapi terhalang status. Nah, berhubung Chava berkhianat, Oisin tak ambil waktu lama untuk mengukuhkan Michika sebagai pacar barunya.
"Yah, pada akhirnya yang menang orang baru." Celetuk Leroy. Tidak tau saja, kalau sebetulnya Michika adalah orang lama. Bahkan lebih lama dari Chava.
"Inget, Sin. Chika masih kayak bocil. Beda sama Chava. Jangan lo apa-apain." Kedua alis Hunter sengaja dinaik-turunkan sembari tersenyum tengil.
Leroy langsung tertawa remeh. "Emang Sin bisa?"
Oisin hanya melengos. Tidak tertarik dengan pembahasan ini.
Sedangkan Krio sudah tidak bisa lagi menahan diri. Kupingnya terasa panas mendengar ucapan Hunter—yang entah maksudnya ditujukan untuk Oisin saja atau tidak—juga Leroy. Ia langsung menggebrak meja di hadapannya. Membuat keempat temannya serempak menoleh kepadanya.
"Apa lo, caper amat?" komentar Hunter tengil.
Krio tidak peduli. Matanya langsung tertuju ke arah Oisin, "Lo... Awas lo kalo berani macem-macem sama Chika."
"Lah, lo siapa ngatur-ngatur? Mantan abal-abal juga." Leroy langsung mengejeknya.
Lagi-lagi Krio tidak peduli. Ia benar-benar hanya fokus berbicara pada Oisin saja. "Dia nggak kayak Chava. Dia masih ada orang tua yang khawatir sama dia. Jadi lo jangan rusak dia."
Oisin hanya menatapnya datar. Tanpa perlu Krio ingatkan juga ia tidak lupa kok. Selain orang tuanya khawatir pada Michika, terlihat juga kedua orang tuanya sangat sayang pada Michika. Jadi Oisin sama sekali tidak berpikiran untuk merusak Michika.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Met That Day
Teen FictionBagi Oisin, Jaiko sudah seperti sosok pahlawan karena telah menyelamatkannya dari perundungan yang selalu ia alami semasa SD. Sayangnya, pertemuannya dengan Jaiko hari itu, sekaligus menjadi hari terakhir mereka bertemu. Meski semasa SMP Oisin sudah...