Maddie's POV
Kriiingg kriing
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak terlalu semangat saat mendengar bel pulang.
Dan tebak alasannya?
Cameron Dallas.
Semalam, ia memintaku menemuinya sepulang sekolah. Kedengarnnya memang biasa saja, tapi saat mengetahui detailnya, rasa bingung bercampur malas mulai datang dalam diriku.
Cam memintaku menemuinya di tengah lapangan basket outdoor. Dan aku harus datang dari bleachers paling atas yang ada di kiri.
Dan itu artinya aku harus menaiki tangga sampai ke lantai atas, lalu baru datang dari pintu bleachers, setelah itu baru turun ke lapangan.
Itu jelas melelahkan.
Demi kerang laut ajaib, permintaan Cam benar-benar aneh.
Aku segera membereskan barang-barangku dan berjalan keluar kelas, menyusuri koridor yang ramai, namun anehnya aku tak menemukan satupun temanku. Hell, aku bahkan tak menemukan mereka semua sejak pagi.
Bahkan aku juga tidak melihat Cam.
Aku menghela nafas dan berjalan menaiki tangga untuk ke lantai atas, sendirian.
Menyedihkan sekali, bahkan saat istirahat tadi aku makan sendiri di taman belakang sekolah karena tidak melihat siapapun di meja yang biasa kami tempati. Bahkan meja itu kosong, tak seorangpun berani mendudukinya karena mereka tahu meja itu milik siapa. Padahal para pemiliknya saja tidak datang.
Akhirnya, aku sampai di depan pintu bleachers kiri yang paling atas. Aku tersenyum bangga dan mengelap keringatku.
Aku pasti sudah turun 5 kilo!
Aku menarik nafasku sebelum akhirnya mengarahkan tanganku ke gagang pintu besi berwarna merah di depanku dan menariknya. Tepat ketika pintu itu sudah terbuka, mataku terbuka lebar melihat apa yang ada di depanku—lebih tepatnya di tengah lapangan.
Karena posisiku yang berdiri di atas, aku dapat melihat jelas segerumul orang yang masih memakai seragam sekolah kami berbaris membentu gambar love.
Aku bahkan ingat sekali butuh waktu 30 menit bagi pada guru untuk mengatur para murid berbaris lurus setiap kami semua sedang dikumpulkan di lapangan utama untuk apel atau upacara, tapi sekarang bahkan mereka berbaris variasi dengan rapih?
Butuh waktu berapa lama kira-kira untuk mengatur mereka?
Benar-benar hebat.
Tapi, kenapa tiba-tiba mereka berbaris seperti ini?
Karena penasaran, aku melangkahkan kakiku untuk berjalan keluar dan menginjak anak tangga paling atas. Tiba-tiba, dari samping kiri dan kanan bleachers dari tangga teratas sampai terbawah, muncullah siswi-siswi tinggi berbadan ramping dengan pakaian cheerleader.
Aku menatap para siswi dari club cheers yang masing-masing membawa setangkai mawar merah dengan kertas bertuliskan 'Will You?' dengan alis terangkat.
Aku punya perasaan aneh tentang ini semua.
Aku akhirnya tetap berjalan menuruni satu demi satu anak tangga. Setelah setengah perjalanan, semua teman-temanku yang seharian ini tidak terlihat batang hidungnya pun akhirnya terlihat, berdiri berjejer tepat di depan anak tangga terakhir.
Shawn, Nick, Lily, Chloe, Hayes, Carter, Aaron, Taylor, Nash, The Jacks, Matthew. Mereka semua akhirnya memutuskan untuk menampakkan batang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting U To Be Mine [S.M]
Fanfiction[WARNING!!!] I wrote this story when I was just a kid, there are so many cringe parts that will make you want to puke. Read at your own risk. DONE editing, but still cringe. I'M WARNING YOU. Bagaimana perasaanmu jika persahabatan yang telah kau jal...