Shawn's POV
Seluruh tubuhku melemas saat melihat sebulir air mata jatuh dari mata indah milik Maddie.
Tanganku mengeras, rasanya tangan ini akan melayang bebas ke wajah tampan seorang Cameron Dallas kalau tidak saja aku tidak bisa menahannya sekuat tenaga.
Sedetik setelah Maddie berlari, Nick menghadapku dengan kening berkerut.
"Katakan padaku, apa yang dimaksud Maddie dengan Cam membohonginya dan berciuman dengan perempuan musik? Apa maksudnya?!" serunya.
Aku menggeleng, "Kau bisa tanya sendiri pada pelakunya"
Nick segera berjalan ke arah Cam dan mencengkram kerah dari kemejanya, "Brengsek! Apa yang kau lakukan pada adikku?!"
Tidak ada satupun dari kami yang berani melerai mereka, karena kami semua tahu bagaimana kecewa dan marahnya Nick melihat Maddie disakiti dan dikhianati oleh sahabatnya dan kekasihnya sendiri.
Cam tidak menjawab, melainkan menunduk dan menggeleng.
Nick mendorong Cam dan mengacak-acak rambutnya, "Seharusnya dari awal aku tahu bahwa kau bukanlah laki-laki yang bisa menjaga adikku," desisnya.
Nick memutar tubuhnya, menghadap Madison, "Murahan, bisa-bisanya kau mendekati kekasih orang lain"
Lalu ia menengok ke Chloe, "Aku kecewa padamu, kukira kau berbeda"
Terakhir, ia kembali menghadap Cam, "Dan kau, brengsek, jangan pernah dekati adikku lagi, mengerti?"
Nick lalu berbalik dan berjalan pergi, namun ia lalu berhenti dan menengok ke belakang.
"Aku ingin mencari Maddie, ia pasti tidak pulang ke rumah. Aku butuh bantuan kalian yang tulus berteman dengannya. Aku tidak butuh pengkhianat" ujarnya, lalu melanjutkan jalannya.
Aku menelan ludahku sendiri mendengar perkataan pedas yang keluar dari mulut Nick. Namun begitu, aku dan yang lain tetap berjalan mengikuti Nick, meninggalkan Cam, Madison dan Chloe.
Kami sampai di ujung koridor, tepat di depan parkiran, namun tak ada tanda-tanda kehadiran Maddie.
"Ia pasti sudah pergi dari sekolah. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aktifkan ponsel masing-masing dan segera kabari jika salah satu dari kalian menemukan Maddie,"
Nick menghela nafas berat sebelum melanjutkan perkataannya,
"Kita berpencar"
...
Aku mematikan mesin mobil setelah memastikan mobilku sudah terparkir dengan pas. Setelah itu, aku segera menuruni mobil dan memperhatikan sekitarku.
Aku memang memutuskan untuk berpencar sendiri sementara yang lain berpencar bertiga dan berempat, karena aku tahu dimana aku bisa menemukan Maddie.
Yaitu di tempat ini.
Di taman.
Setelah memastikan mobilku terkunci, aku berlari ke tempat dimana aku dan Maddie sering duduk dahulu, di bangku taman tepat di bawah pohon besar.
Langkahku langsung terhenti ketika melihat seseorang di bangku itu. Rambut panjang berwarna cokelat terurai di belakang punggungnya.
Tanpa perlu melihat wajahnya pun aku sudah tahu bahwa pemilik rambut itu adalah Maddie.
Perlahan, aku melangkahkan kakiku mendekati Maddie yang hanya terdiam di bangku itu. Pandangannya hanya lurus ke depan. Ia bahkan tidak menengok saat aku duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting U To Be Mine [S.M]
Fanfiction[WARNING!!!] I wrote this story when I was just a kid, there are so many cringe parts that will make you want to puke. Read at your own risk. DONE editing, but still cringe. I'M WARNING YOU. Bagaimana perasaanmu jika persahabatan yang telah kau jal...