[A/N: Chloe and Nick Robinson on Mulmed. This chapter is full about Chloe and Nick, so be ready]
Chloe's POV
Kriiinggg kriiinggg
Aku tersenyum lebar layaknya baru saja menang dari peperangan saat mendengar suara nyanyian malaikat—bel istirahat—menggema di kelas matematika-ku. Aku segera merapikan barang-barangku dan keluar dari kelas.
Sebelum pergi ke kantin untuk makan siang bersama Maddie dan Lily, aku pergi ke toilet. Aku memasuki toilet sambil bergumam pelan—itu adalah kebiasaanku. Aku meletakkan tas-ku di sebelah wastafel dan memperhatikan pantulan diriku sendiri di cermin.
Menyadari bahwa aku akan bertemu dengan Nick di kantin nanti, aku segera mengambil lip balm ku dan memakaikannya pada bibirku.
Sankin sepinya toilet ini, aku dapat mendengar suara gumamanku dengan jelas. Aku memberhentikan gumamanku dan terdiam.
Orang-orang bilang, toilet adalah tempat yang bagus untuk berpikir. Dan lagi-lagi, ini adalah kebiasaanku, berpikir di toilet.
Aku pun mulai memikirkan sesuatu yang pagi ini terlintas di pikiranku.
"Kalau aku dekat dengannya, tentu saja aku bisa dekat juga dengan Nick. Kalau begitu berarti aku bsia memanfaatkannya, kan? Lagipula dia sendiri bilang bahwa ia senang berteman dekatku" ujarku pada diriku sendiri.
Aku menghela nafasku lalu menggeleng-geleng.
Aku tidak sejahat itu. Maddie adalah gadis yang baik. Aku tidak punya niat memanfaatkannya dari awal. Kenapa tiba-tiba aku berfikir seperti ini?
"Aku terdengar licik sekali. Tidak bisa. Aku tidak punya niat seperti itu dari awal. Apa yang baru saja aku katakan tadi? Ini tidak—"
Ceklek
Shit.
Kata-kataku terpotong oleh suara pintu bilik kamar mandi yang terbuka. Dan itu berarti, aku tidak sendirian dari tadi. Seseorang mendengar perkataanku dari tadi.
Aku menengok dan menemukan seorang gadis berjalan ke arahku.
Oh shit.
"Hey there, little chloe" katanya dengan smirknya.
Aku menatapnya tajam, "Apa maumu, Madison?"
Yeah, gadis itu adalah Madison. Madison Beer.
"Jika kau mau memintaku untuk kembali menjadi temanmu—atau budakmu—lagi, tidak, aku tidak mau. Aku bukan orang licik dan sok berkuasa sepertimu" lanjutku.
Aku dan Madison memang pernah menjadi teman dekat. Namun seiring berjalannya waktu, Madison malah sangat berkuasa diantara kami—aku, Madison, dan kedua teman kami—dia memerintah kami sesuka hatinya dan akan melakukan apapun demi apa yang ia mau. Karena itulah aku memutuskan untuk menjauh darinya.
"Oh, really? Kau bukan orang licik? Memanfaatkan seseorang demi mendapatkan kembarannya? Itu yang kau bilang tidak licik?"
Oh fuck.
Aku menghela nafas, "Just tell me what do you want" ujarku.
Ia tersenyum miring, "Kau tahu, Cam memutuskan hubungan kami yang sempurna karena perempuan jalang—"
"Jaga ucapanmu. Ia punya nama, Maddie, dan for your information, dia bukan jalang" potongku sambil menatapnya tajam.
Madison memutar bola matanya, "Yeah, whatever. Sekarang kau temannya, bukan? Aku mau kau membantuku untuk membuatnya menjauh dari Cam, bahkan melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Aku mau membalasnya. Bisa-bisanya sekarang ia mendekati Cam, bahkan pulang bersama Cam kemarin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting U To Be Mine [S.M]
Fanfiction[WARNING!!!] I wrote this story when I was just a kid, there are so many cringe parts that will make you want to puke. Read at your own risk. DONE editing, but still cringe. I'M WARNING YOU. Bagaimana perasaanmu jika persahabatan yang telah kau jal...