Shawn's POV
Aku sangat yakin Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku sekarang.
Pertama, aku memiliki kelas yang sama dengan Maddie. Dan yang kedua, kami duduk bersebelahan. Walaupun aku dibatasi dengan perjanjian dengan Nick dan yang lain kemarin, aku tetap bahagia bisa duduk sedekat ini dengan Maddie.
Kami semua sudah setuju bahwa tidak akan memaksa Maddie mengingat masa lalunya. Nick bilang, ia terlalu sering mencoba mengingat masa lalunya dan yang sering terjadi adalah ia akan mengalami sakit kepala, bahkan pernah sampai pingsan. Dan tentu saja, tidak ada satupun dari antara kami yang mau melihat Maddie seperti itu.
Tiba-tiba, pandanganku jatuh ke gelang di pergelangan tangan Maddie. Dan tanpa bisa kuhalangi, mulutku sudah mengeluarkan pertanyaan yang seharusnya tidak kutanyakan,
"Where did you get that bracelet?"
Ia memperhatikan gelangnya lalu menengok kepadaku, "Oh, this? Umm.. Aku juga sebenarnya tidak tahu. Aku sudah mengenakannya dari dulu, tapi aku tidak ingat siapa yang memberikannya padaku. Aku tidak bisa mengingatnya. Aku pernah bertanya pada Nick, tapi Nick hanya bilang kalau ini adalah barang berharga, jadi aku tidak boleh menghilangkannya"
Aku menangguk-angguk mengerti. Walaupun ia tidak bisa mengingatku, setidaknya Nick sudah pernah berkata padanya bahwa gelang itu penting.
"Lalu, kau pernah menghilangkannya?" tanyaku lagi.
Maddie tertawa pelan.
Sial.
Kenapa tawanya manis sekali?
"Tentu saja. Seperti biasa, kecerobohanku selalu mendatangkan masalah. Aku sempat menghilangkan gelang ini selama seminggu. Beruntungnya aku menemukannya terselip di salah satu bukuku. Entahlah, rasanya gelang ini punya arti tersendiri untukku"
"Gelang itu kedengarannya sangat penting. Well, aku harap kau dapat mengingat siapa yang memberikannya padamu" ujarku sambil tersenyum kecil.
Bodoh, memang.
Aku tahu aku malah seperti memaksanya mengingat diriku sendiri.
Kalian bisa menobatkanku sebagai orang terbodoh di dunia ini.
"Aku harap juga begitu. Ah, omong-omong, apa kau mengenalku sudah lama? Maksudku kau sudah pasti tahu aku kecelakaan dan melupakan masa laluku. Aku butuh seseorang untuk, well, setidaknya memberitahuku latar belakangku dulu"
Aku terdiam.
See, Shawn?
Karena pertanyaanmu, ia jadi menanyakan hal yang kau sendiri tidak tahu bagaimana cara menjawabnya.
"Aku—"
Aku tidak melanjutkan perkataanku, melainkan menghela nafasku sendiri.
"Yeah, of course. I mean, aku tahu kau amnesia. Aku juga sudah mengenalmu sebelumnya. But—it's nothing, okay, forget about it. Can we not talk about this?"
Maddie menunjukkan wajah bingungnya, tapi tetap menangguk, "Well, okay then. I just want to know, uh, Matt told me I was introduced to him by 'my best friend' and I literally have no idea who is 'my best friend' back then. I thought maybe you know her since you knew me back then"
Aku hampir saja berteriak padanya bahwa aku lah 'teman baiknya' yang ia bicarakan.
And I'm definitely a guy, not a girl.
What did Matt say to her that she thinks that 'best friend' is HER and not HIM?
"I'm—"
"Hello Students!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting U To Be Mine [S.M]
Fanfiction[WARNING!!!] I wrote this story when I was just a kid, there are so many cringe parts that will make you want to puke. Read at your own risk. DONE editing, but still cringe. I'M WARNING YOU. Bagaimana perasaanmu jika persahabatan yang telah kau jal...