Maddie's POV
Setelah sehari tidak masuk dan malah menghancurkan nasib kamarku, aku akhirnya kembali bersekolah lagi. Aku keluar kamar dan menuruni tangga, lalu duduk di antara Jacob dan Nick yang baru mau memulai sarapan.
"Morning," sapaku lalu mencium pipi mereka bergantian.
"Morning," sapa mereka berdua bersamaan.
Mereka terdiam dan menatap tajam satu sama lain, "Jangan mengikutiku!" ujar mereka berdua bersamaan lagi.
Aku tertawa kecil, "Sudahlah, ayo sarapan" ujarku.
Setelah menyelesaikan sarapan kami, Jacob segera mengantar kami ke sekolah.
"Have a nice day, kids!" ujar Jacob, sebelum akhirnya melajukan mobilnya menjauhi lingkungan sekolahku.
Nick memutar bola matanya, "Kids? I'm a man!" cibirnya tak terima.
Aku menggeleng-geleng, " Of course, a man, complaining over stupid thing. Such a kid" kataku pelan.
Tak sampai sedetik kemudian, sebuah jitakan mendarat di kepalaku.
"Apa menurutmu aku tidak punya telinga?"
Aku menatap Nick kesal dan mengerucutkan bibirku, "Dasar kejam" kesalku.
Ia tertawa dan mengusap kepalaku pelan, lalu merangkulkan tangannya di pudakku.
"Yeah, tapi sayangnya laki-laki kejam ini adalah kakakmu. Jadi, bersabarlah" ujarnya lalu tertawa lagi.
Kami berdua memasuki lorong sekolah—masih dengan tangan Nick yang merangkul pudakku—yang cukup ramai.
Puluhan pasang mata langsung tertuju pada kami. Nick hanya bersiul santai sambil tetap berjalan, tanpa menyadari tatapan-tatapan para gadis di sekitar kami yang seakan-akan siap untuk menerkamku.
Aku menghela nafas pelan. Aku tidak mengerti entah apa yang ada di pikiran mereka sampai-sampai mereka bisa iri padaku yang hanya berstatus sebagai 'adik kembar' dari Nick.
Maksudku, aku bahkan tidak memiliki hati Nick. Jika mereka memang merasa bisa memenangkan hari seorang Nick Robinson, coba saja, aku bukanlah sebuah halangan.
"Maddie!"
Mendengar suara teriakan perempuan memanggil namaku, aku menoleh ke belakang—alias sumber suara. Senyum tipis langsung tercetak di bibirku saat si empunya suara melambaikan tangannya dan berlari pelan ke arahku.
"Hey," sapaku dengan senyum.
Bukannya membalas senyumku, ia malah menjitak kepalaku. Belum sempat aku memprotes perbuatannya, ia mengangkat satu jarinya—menandakan bahwa aku harus diam.
"Jangan bicara. Bisa-bisanya kau meninggalkanku tanpa kabar! Aku mengkhawatirkanmu, tahu?! Kau ini menganggapku apa?" celotehnya dengan tatapan tajam yang disengajakan.
Aku tertawa pelan, "Maaf, Lily"
Lily memutar kedua bola matanya dan melepas tangan Nick yang masih merangkul pundakku, lalu menarik tanganku.
"Baiklah. Sekarang, ayo kita ke kelas!" ajak Lily dengan senyuman lebar.
"Hey gadis bipolar! Aku sedang merangkulnya!" celetuk Nick tepat sebelum Lily berjalan menarikku.
"Lalu? Ayo Maddie!" ujar Lily lagi, lalu menarik tanganku dengan semangat.
Belum selangkah, tanganku yang bebas ditahan oleh Nick. Lily berbalik dan menatap tangan kiriku yang dipegang oleh Nick. Ia menggeram dan menatap tajam Nick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting U To Be Mine [S.M]
Фанфик[WARNING!!!] I wrote this story when I was just a kid, there are so many cringe parts that will make you want to puke. Read at your own risk. DONE editing, but still cringe. I'M WARNING YOU. Bagaimana perasaanmu jika persahabatan yang telah kau jal...