Digo

423 21 0
                                    

Sudah beberapa hari aku tak mendapat kabar apapun dari papa. Galang pun demikian,papa tak mengabarinya. Entah itu tentang keberadaannya yang sudah bertemu dengan om Fadli atau tentang kepulangannya.

Siang ini aku terlihat mondar-mandir. Duduk di depan tv bersama Galang yg sedang menonton acara kegemarannya, beranjak lagi pergi keluar melihat pintu gerbang, lalu kedapur hanya untuk duduk dimeja makan, dan kembali ikut duduk bersama Galang lagi tapi mataku fokus pada jam dinding yg ada di atas tv, atau beberapa kali melihat ponselku siapa tau ada sms panggilan tak tersambung.

Saat aku akan berdiri untuk melihat keluar Galang menarik tanganku hingga aku terjatuh ke sofa dengan hentakan yg sedikit keras.

"Aduuh!!" aku meringis agak sakit dipunggungku.

"Kowe ki kenopoo? (Kamu tu kenapa?) Dari tadi mondar-mandir kaya ayam mau bertelor tau gak? "

"Gu..gue cemas!! "

"Karo sopoo?" (Sama siapa?)

"Sama...sama bokap lah!" aku sedikit gugup.

"Oowalaaaah, duduk sini opo ora iso?" duduk sini apa gak bisa?

"Lha wong aku kawatir kok!"

"Eh, loe kira gue gak kawatir.. Kalo Mereka kenapa2 pasti ada yg kasih kabar.. Lagian tumben banget loe mikirin mereka? Hmm pasti ada sesuatu yg gue gak tau nih?" galang mengerutkan dahinya tanda ia menaruh curiga terhadapku.

Dudukku mulai agak gelisah, rasanya ingin segera pergi dari hadapan Galang tapi seperti sudah tau gelagatku Galang mengunci kakiku agar tak bisa pergi.

"Dijawab to.."

"Moooh..!! Lepasin dong.. Gue mau ke kamar"

"Eh dari kemaren2 loe tu udah aneh, loe kenapa sih?"

"Gak knapa2, orang udah jawab juga..
Kawatir salah ora kawatir yo salah.. Kudu piye to aku iki? (Harus gimana sih aku ini?)" gumamku dengan logat jawa.

"Alaah gayamu kuwi lho.." Galang kembali mengambil remote tv nya dan melepaskan kakiku.sepertinya dia menyerah Mau mengintrogasiku.

Jangan kaget atau bingung jika mendengar dialog ku dan Galang, karena kita sering menggunakan logat jawa dirumah, campur2 lebih tepatnya. Kita begitu juga karena terbiasa dengan cara mbok Sumi berbicara pada kita menggunakan logat jawa kentalnya setiap hari.

Aku yang tak mau di tanya2 lebih jauh oleh Galang segera naik keatas menuju kamarku, di pertengahan anak tangga aku mendengar ponsel Galang berdering. Langkahku terhenti berniat menguping pembicaraan Galang dengan si penelpon.

"Ya pah?"

"Alhamdulillah baik pah,Digo juga.."

"Oh besoook,, oke jam11 siang Galang pasti jemput.."

"Tenang aja pah, gak bakal telat!"

"Ya udah, waalaikumsalam"

Aku tau itu dari papa yang akan pulang besok jam11. Kudengar tidak ada tanda2 pembicaraan mengenai Sissy, mungkin papa tidak membicarakannya karena Galang tidak tau tentang Sissy. Rasanya aku ingin bertanya sendiri pada papa tapi ku urungkan saja niatku.
Aku takut perasaan seperti yang ku alami saat ini hanya milikku tapi tidak dimiliki oleh Sissy.

Aku berjalan dengan langkah gontai melanjutkan langkahku menuju kamar. Perasaanku sepertinya kacau, aku tak tau lagi harus bagaimana. Aku sudah berusaha sendiri mencari Sissy di media sosial yg ku punya tapi tetap tak ada hasil.

_ _ _ _ _

Aku duduk dikursi belajarku sambil memainkan bola basket ditanganku, tak sengaja bola itu masuk dikolong tempat tidurku. Saat kuambil tanganku seperti menyentuh suatu benda lain disana. Aku pun mengambilnya.

Kotak musik komedi putar berwarna biru kini berada ditanganku, aku segera beranjak untuk duduk dikursiku.

Aku kembali teringat Sissy, dulu kotak musik ini dipilihkannya untukku saat kita jalan2 di Malioboro. Dan alasan benda ini bisa berada di bawah tempat tidurku adalah karena aku marah pada Sissy yg tiba2 harus pergi jauh meninggalkanku dan tak kembali, aku sempat merasa benci dan melempar kotak musik ini kesana.

Ya,itu hanya cerita masa lalu, dan saat ini aku mulai lelah mencarinya. Mungkin saja dia sudah lupa denganku dan semua janji2 kita dulu.

Dari siang sampai malam ku habiskan waktuku hanya berdiam dikamar. Sekedar bermain gitar, tiduran,dan duduk2 di balkon. tak ada gunanya semua ini hanya membuatku semakin gelisah.

Kuputuskan menghubungi papa lagi,

"Ya Digo,,"

"Aduuh diangkat papa, gimana ngomongnya nih?" aku salah tingkah.

"Digo, ada apa?"

"Mm,Digo cuma mau tanya papa pulang kapan?"

"Papa gak jadi pulang, Galang gak bilang sama kamu?"

"Nggak, mm..maksudnya belum bilang pah"
"Mungkin dia lupa"

Beberapa saat aku terdiam, ingin kutanyakan niatku yg sebenarnya tapi ada rasa gengsi yg besar didiriku.

"Kenapa diam, udah nih papa tutup ya?"

"Tunggu pa, mm.. Papaa ke..ketemu samaaa Si..ssy gak?"

"Ohh iyaaa,papa sempat ketemu, dia baik2 aja dan tetep cantik seperti Sissy kecil dulu" aku tersenyum kecil.

Entah rasanya ada sedikit rasa lega dihatiku. Meskipun tak ingin kuakui pada papa.

"Ya udah pa, Digo mau belajar besok ada ulangan!!"

"Tapi besok kan hari mingg.." ku tutup telponku tanpa persetujuan dari papa.

"Bodoh gue!! Hari minggu ulangan? Ketahuan banget gue bohongnya!! Tau' ah.."

Kurebahkan tubuhku ditempat tidur, kuputar kotak musikku. Dalam mataku yg terpejam melayang-layang wajah Sissy kecil.
"Tuhan, aku merindukannya malam ini.. Bahkan saat ku pejamkan mata seperti ini, wajahnyalah yang paling pertama muncul"

_ _ _ _ _

Tiba-tiba aku teringat kata2 papa, papa tidak jadi pulang. tapi percakapan Galang dan papa tadi siang bahwa Galang harus jemput tepat jam11 itu, apa aku yang salah dengar. Siapa yg dijemput? Apa Galang cuma pura2, siapa tahu dia melihatku menguping pembicaraannya.

Entahlah kepalaku semakin pusing, kunikmati saja rinduku malam ini pada Sissy dengan mendengarkan kotak musikku sampai pagi.

_ _ _ _ _

Kembali UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang