Digo telah banyak memperlihatkan perubahan sikapnya. Meskipun hanya pada orang-orang terdekatnya saja tapi itu jauh lebih dari cukup.
Hari ini dia mengajakku berziarah ke makam mamanya.
Di sanalah aku menemukan sosok Digo yang begitu tulus memelukku dan berjanji di depan makam mamanya untuk selalu menjagaku dan melindungiku kapanpun dimanapun.
Dia juga mengajakku berkunjung ke panti asuhan yang dulu sering ia kunjungi bersama mamanya.
Panjang lebar kita bercerita dan berbincang-bincang dengan kepala panti disana,ibu Risma.
Tiba-tiba seorang anak berlari memanggil bu Risma.
"Buk..kapan acaranya dimulai? Kita semua sudah tidak sabar nih buuk..""Oohh iya-iya..ibuk sampai lupa, ya sudah sebentar lagi ibuk kesana.."
"Ada acara apa ya buk? Apa kita mengganggu.." tanyaku.
"Tidak kook,kalian tidak mengganggu.. Kami sedang mengadakan acara ulang tahun untuk beberapa anak asuh kami disini..jadi sekarang dihalaman belakang mereka sedang menyiapkan acara syukurannya.."
"Ulang tahun?? mereka tahu tanggal lahir mereka buk?" tanyaku lagi.
"Memang kami sebenarnya tidak tahu, tapi hari pertama kali mereka berada di panti inilah yang kami jadikan sebagai hari ulang tahun mereka nak Sissy.."
Aku ingin menangis dan merasa iba mendengar penjelasan bu Risma tentang anak panti disini.
"Kita boleh ikut serta kan buk?" tanyaku sambil memberi isyarat mata pada Digo tanda aku mengajaknya ikut serta.
"Boleeh, anak-anak pasti senang kalian ikut serta..ayo-ayo silakan.."
Ku ikuti langkah bu Risma, sedangkan Digo terlihat berjalan kembali ke mobil mengambil sesuatu.
Ternyata Digo kembali membawa gitarnya, gitar Galang lebih tepatnya. Karena kita pergi dengan mobilnya.
"Ayo cepetaaan udah mau dimulai acaranyaa.." kataku sambil berlari menghampirinya.
"Iyaaa..."
"Anak-anaak..ini kak Digo dan kak Sissy mau ikut merayakan ulang tahun Dino,Dinda,dan Melda.. Gimana, kalian senaaang?"
"Senang sekali buuu..." jawab anak-anak dengan kompak dan bertepuk tangan.
Salah satu anak menghampiriku.
"Kak Sissy.. Ini buat kakak.. Dipakai yaa biar sama kayak kita.."
Ia mengulurkan bandana bunga-bunga yang dibuatnya sendiri. Aku pun tersenyum bangga pada mereka."Terima kasih ya Dinda, pasti kakak pakai..bandananya cantik.." kataku.
Dinda kembali berlari ke tempatnya.
Digo mengambil bandana itu dari tanganku dan memakaikannya di atas kepalaku. Kami saling berhadapan, Digo menatapku begitu tajam. Pertama kalinya dia memandangku secara terang-terangan seperti ini. Waktu kecil dulu memang sering Digo seperti ini, tapi ini tak sama. Terlebih tatapannya padaku yang membuat jantungku bergetar tak karuan."Waaah kak Sissy cantiiik.." suara pujian seorang dari mereka membuyarkan pandangan kami.
Aku dan Digo sama-sama salah tingkah, sempat malu karena saling terbawa suasana dan dilihat banyak pasang mata,dan mereka adalah anak-anak.
"Iya,bener.." sahut Digo dengan senyum khasnya.
Aku tersenyum karena Digo ikut memujiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Untukmu
RomanceSisy Latuconsina tak pernah menyangka jika kembali ke masa lalu tak semudah membalikkan telapak tangan.. butuh perjuangan hebat.. Karna Ia tak menyangka kenangan masa lalu telah Ia lupakan secepat itu.. Sedangkan Digo Syarief, mulai lelah dengan pen...