Sissy

272 11 0
                                    

"Bisakah cinta diterima tanpa menyiksa? Mencintai adalah dua penderitaan yang berbeda..
Tersiksa dan bahagia yang dirasakan bersamaan..
Membuat hatiku sepertinya kualahan untuk menentukan..
Rasa apa yang sebenarnya kurasakan? Apa yang aku tuju?
Yang jelas hanya ingin melihatnya walau jauh.. Melihatnya tersenyum walau bukan aku sebabnya..
Sesederhana ituu!!"

============

Hingga aku meninggalkan rumah sakit ini, Digo masih tak menampakkan dirinya.

Apakah Digo masih marah?
Apakah kebaikannya kemarin itu hanya pura-pura?
Apakah Digo sudah tak peduli denganku?

Pertanyaan random mulai penuh di otakku.

Taksi yang akan membawaku ke Bandara telah di depan mata. Tristan berjalan merangkulku untuk segera naik. Namun kakiku terasa sangat berat, rasanya justru tak ingin pergi dari tempat ini terutama pergi meninggalkan Jogja.

"Ayo Sii.. jangan sampe telat kita ke Bandaranyaa.." ucap Tristan.

Dengan berat hati dan tanpa ba bi bu aku menurut saja apa kata Tristan.

_ _ _ _ _

Sampai Bandara pun aku tak mengucapkan kata-kata. Ini semua karena rasa kecewaku pada Tristan. Dadaku terasa sesak, ingin marah,ingin menangis.

"Sii,itu kan Galang.." seru Nayla tiba-tiba sambil menunjuk ke arah Galang.

"Iya, itu Galang.."

"Mungkin dia dateng sama Digo.."kata Nayla mencoba menghiburku.

Tapi aku tak melihat keberadaan Digo, sepertinya Galang datang sendirian.

"Hey Sii, akhirnya ketemu juga.. Udah mau berangkat?" Tanya Galang.

"Bentar lagi kak.. Digo mana?" tanyaku.

"Digo? Mmm, Digoo gak bisa ikut kesini.. Dia bilang tadi ada urusan daaan pergi gitu aja gak bilang urusannya apa.." jelas Galang.

"Ohh gituu.." kataku lemas tak bersemangat.

"Eh tapii, Digo titip ini tadii.." kata Galang sambil menyerahkan amplop warna biru untukku.

"Ini apa?"tanyaku sambil mencoba melihat isinya, tapi segera dicegah oleh Galang.

"Eh jangan dibuka duluu, Digo bilang buka ntar aja kalo kamu udah sampe Jakarta, gitu katanyaa.."

Kemudian amplop itu kumasukkan dalam tas, dan tibalah saatnya aku harus pergi.

"Ayo Sii.." ajak Tristan yang menarik kopernya.

"Kak Galang, Sissy pulang yaa.. Makasih untuk semua kebaikan kakak selama Sissy disini..sampaikan salam Sissy buat simbok, buat Digo jugaa.." pamitku dengan mata berkaca-kaca menahan agar air mataku tak jatuh.

"Iya Sii, kita kan masih bisa teleponan..ya kan? Ya udah hati-hati yaa.."kata Galang.

"Kita berangkat dulu Lang, makasih udah jaga Sissy selama dia di rumah loe.." pamit Tristan.

"Iya sama-sama.. Kalian hati-hati"

Kulambaikan tanganku untuk Galang dan kuberi senyum terindahku untuknya, seperti yang selalu kulakukan selama ini dan ini untuk yang terakhir kalinya.

Kembali UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang