Disaat kau bersedih, ingatlah bahwa Tuhan selalu punya cara untuk memberikan rasa bahagia di sela-sela kesedihan yang melanda dirimu!!
"Kalian berdua yang akur yaa..jaga diri baik-baik, Digoo jaga Sissy.. Sissyy kalo Digo kurangajar pukul kepalanya.."
Itulah pesan-pesan Galang sebelum dia pergi ke Surabaya untuk tugas kuliahnya selama beberapa hari. Sedangkan aku harus dirumah berdua bersama Digo.
Apa jadinya nanti, jika aku dan dia saja selama ini tak banyak bersinggungan.Aku dan Digo mengantar Galang sampai depan gerbang.
"Ati2 bang.." kata Digo"Kalian juga ati2 dirumah.." balas Galang.
"Iyaa.." jawab Digo.
"Bye... ati2 ya kaak..selamat bersenang-senang disanaa.." kulambaikan kedua tanganku seperti biasanya pada Galang yang mulai menjalankan mobilnya. Galang tersenyum, Digo yang melihatku kemudian ikut melambaikan tangannya juga sepertiku.
Kini mobil Galang sudah menghilang sampai ujung jalan. Tinggalah aku dan Digo saja berdua di rumah ini.
"Masuk! Udara di luar dingin" Digo mengajakku segera masuk ke rumah.
"Iyaa.." balasku.
Ditutupnya pintu masuk utama, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Kembali Digo memintaku masuk kamar untuk segera tidur, dan aku mengiyakannya. Kita pun masuk kamar masing-masing.
Saat kutarik selimut tebalku untuk segera beristirahat, lampu kamarku mati bersamaan dengan suara petir. Kurasa saluran listrik rumah ini mati karena petir.
Kuurungkan niatku untuk tidur, aku beranjak pergi keluar kamar membawa ponsel dan menghidupkan senternya. Aku mencoba mencari lampu cadangan. Tiba-tiba petir kembali menggelegar diikuti suara dentuman pintu yang ditutup dengan keras dilantai atas. Aku tersentak, dan dengan meredam rasa takutku aku mencari tau asal suara itu.
"Siapa di sanaa? Digoo..itu kamu yaa?" teriakku,namun tak ada jawaban.
Aku menaiki anak tangga dengan berhati-hati. Lalu aku teringat sesuatu, sejak kecil Digo sangat takut pada gelap. Kemudian kupercepat langkahku karena takut terjadi apa-apa padanya.
Sampailah aku di depan kamar Digo, kuketuk pintunya namun tetap saja tak ada jawaban. Kudorong pintu itu dengan pelan yang ternyata tak terkunci.
"Digoo..kamu dimanaa?"
Selangkah dari pintu aku masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu dilantai. Kusorot dengan senterku, astaga tubuh Digo tergeletak disana.
"Astaga Digoo kamu kenapa?"
"Digoo..bangun Digoo .."Dia pingsan, kutepuk-tepuk pipinya tapi dia tak juga terbangun. Dengan penerangan yang serba minim,Kuangkat tubuhnya sebisaku dan kuseret dia sampai tempat tidurnya sekuat tenagaku.
Hujan terdengar mulai reda, dan lampu kembali menyala. Mungkin saluran listriknya sudah diperbaiki.
"Alhamdulillah... Nyala juga"
Kini Digo terbaring jelas didepanku. Dahinya berdarah!.
"Ini darah?!!" aku kembali panik.
Kutinggalkan Digo untuk mencari kotak obat milikku dikamar. Setelah mendapatkannya aku kembali berlari ke kamar Digo.
Dengan nafas yang masih memburu, Kututup pelan pintu kamarnya.
"Ngapain loe disini?"
"Deg!" jantungku hampir copot mendengar suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Untukmu
RomanceSisy Latuconsina tak pernah menyangka jika kembali ke masa lalu tak semudah membalikkan telapak tangan.. butuh perjuangan hebat.. Karna Ia tak menyangka kenangan masa lalu telah Ia lupakan secepat itu.. Sedangkan Digo Syarief, mulai lelah dengan pen...