Sissy

406 18 0
                                    

Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat sekolah diantar oleh Galang. Rupanya Digo sudah berangkat karena motornya sudah tak terlihat di garasi.

Sampai sekolah aku berjalan gontai menuju kelas, Berharap waktu berjalan lambat hari ini karena Sebelum turun dari mobil tadi Galang memintaku pulang bersama Digo karena dia tak bisa menjemputku. Sempat ku tolak agar aku naik taksi saja tapi tak diperbolehkannya.

Aku bingung bagaimana cara berbicara pada Digo walaupun Galang bilang bahwa dia sudah berpesan ke Digo untuk pulang bersamaku. Aku masih takut untuk berhadapan lagi dengannya. Digo sudah tak seperti Digo kecil yg ku kenal dulu, dia berbeda terhadapku.

Selama pelajaran berlangsung, konsentrasiku dibuyarkan oleh pikiran2 buruk yg ku terka sendiri. Jika tiba2 nanti Digo membentak atau marah lagi padaku.

_ _ _ _ _

Menunggu
Mengapa waktu begitu cepat, Bel pulang sekolah saja sudah berbunyi secepat ini.

Aku segera keluar dari kelas mencari Digo, dan aku bertemu dia diparkiran bersama Jordan yg sudah duduk diatas motornya.

"Digo tunggu.. Galang bilang aku harus pulang bareng sama kamu" kataku dengan pelan dan berhati-hati.

"Tapi gue ada urusan" ucapnya singkat sambil memandang tajam mataku.

"Ya udah aku tunggu kamu didepan gerbang sampai urusan kamu selesai"
"Tapi gue lama!!"

"Gak pa2 kok" aku coba untuk tersenyum dan meyakinkannya.

"Ya udah terserah!!"
Digo meninggalkanku begitu saja. Dibelakangku ada Toby dan Keysa teman sekelasku,mereka mengajakku pulang bersama namun kutolak.

"Beneran Si gak mau bareng kita?" tanya Keysa.
"Iya aku tunggu Digo aja"

"Digo ditungguin!! cewek2 di sini tu banyak yg sering nungguin si Digo.. Tapi gak ada yg ditanggepin, kayak si Angel tuh.." ucap Toby si cowok bantet dan bawel.

"Angel? Dia siapa?" tanyaku menyelidik.

"Cewek yg ngejar2 sodara loe itu, si Digo.." jawab Toby.

"Huss Toby, jangan comel.. Sissy kan sodaranya siapa tau nanti Digo balik lagi kesini.. Jangan di dengerin Si.."

"Aku bukan sodaranya Key, aku sahabat kecilnya Digo.." jelasku.

"Ooow.. Maaf ya Si, kita sok tau"

"Gpp kok.."

"Ya udah Si kita duluan yaa, hati2 siapa tau loe diculik loe kan kecil tuh mungil, masuk karung pasti muat.." kata-kata Toby membuatku tertawa geli.

"Toby...dasar!! Udah ayo cepet.." Kesya dengan seluruh tenaganya menarik tangan Toby.

Siang ini mendung datang dengan tiba-tiba. Aku menunggu Digo di halte depan sekolah sendirian dengan sabar sampai tak ada satu murid pun yg terlihat.
Langit semakin gelap dan aku semakin cemas, aku mencoba menghubungi Digo beberapa kali namun tak ada jawaban sampai akhirnya Galang menelponku.

"Ya kak?"
"Kamu udah pulang?"
"Belum,masih nunggu Digo dia bilang ada urusan"
"Yaudah kamu naik taksi aja Si"
"Aku nunggu Digo aja kak,, tuuuutt.. "

Astaga, ponselku tiba2 mati. Aku tidak bisa lagi menghubungi Digo ataupun Galang. Sementara hujan sudah mulai turun dengan derasnya bersama angin dan petir yg menggelegar.
Seorang penjaga sekolah yang memakai jas hujan pun keluar menyapaku.

"Mbak ndak kedinginan to diluar? Tunggu di dalem aja mbak.. Hujane deres lho mbak.."

"Ndak pak, saya di sini saja..nanti yg jemput saya malah ndak tau kalo saya nunggu"

"Ya sudah.. Hati2 mbak"

"Iya pak terima kasih.."

Aku tetap pada pendirianku meskipun sudah merasakan dingin menusuk tulangku. Ingin rasanya naik taksi,tapi sejak mendung tadi tak satu pun taksi yg lewat sini.
Di sisi lain aku juga takut Digo kecewa jika dia kembali dan tak mendapatiku disini. Jadi serba salah rasanya,maka kuputuskan untuk terus menunggu.

Kulihat jam dipergelangan tanganku, sudah hampir 2jam aku menunggu tapi tak ada tanda Digo kembali.
Aku mulai menggigil, tubuhku hampir basah seluruhnya terkena hempasan air hujan yg terbawa angin. Atap halte ini juga sudah ada yg bocor. Kepalaku terasa pusing.

Ada rasa penyesalan di hatiku, andaikan Galang bisa menjemputku, andaikan aku menerima ajakan Toby dan Kesya, andaikan Digo dengan senang hati mengajakku pulang bersamanya tanpa membiarkanku menunggu, pasti aku tak harus berada di tempat ini seorang diri bersama hujan dan ponselku yg mati sampai aku tak bisa berbuat apapun.

"Kuatkan aku Tuhan.." pintaku dalam hati Sambil menunduk menahan dingin.

Aku hampir tak kuat lagi disini, tiba2 ada mobil hitam berhenti di depanku. Kulihat samar2 dengan pandanganku yg sudah terhalang derasnya hujan seseorang turun dari mobil itu dan berlari ke arahku dengan cepat menghindari hujan.

"Sissy!!" Kini dia berdiri dihadapanku dengan nafas yg memburu. jas sekolahnya pun di arahkan ke atas kepalaku agar aku tak terkena hempasan hujan.

"Digo!!" ucapku dengan terbata karena menggigil.
"Kamu jemput aku?"
Air mataku meluap,lalu menetes karena sudah tak terbendung.Aku tersenyum lega melihat dia ada disini,didepanku. Penantianku tak sia2 walaupun harus menyiksa diriku sendiri.

"Ayo pulang" di pegangnya kedua pundakku untuk menuntunku pulang.
Namun aku semakin menggigil, mataku berkunang-kunang,dan kepalaku terasa sakit sekali. Rasanya aku sudah tak kuat menopang berat tubuhku sendiri. Pandanganku semakin buram dan gelap.

Entah apa yang terhadi denganku setelah itu, terakhir satu yang ku ingat namaku terucap begitu keras dari mulut Digo.

_ _ _ _ _

KAMAR

Saat ini, ketika ku membuka mata aku sudah berada di kamar terbaring dengan tubuh lemas dan demam tinggi. Disampingku ada mbok Sumi menemaniku yg sedang diperiksa oleh dokter.
Seragamku yg basah pun sudah berganti piyama sekarang, ternyata mbok Sumi yg sudah rela menggantinya.

Dokter yg ku ketahui bernama Dokter Hendra itu kini telah selesai memeriksaku, aku dimintanya istirahat dan minum obat dengan teratur. Lalu dokter Hendra pun keluar dari kamarku.

"Badan Sissy rasanya sakit semua mbok.." aku merintih mengadu pada mbok Sumi.

"Mau simbok pijitin?"

"Ndak usah mbok, Sissy mau tidur aja"

"Ya sudah, simbok keluar ya.. Nanti kalau sudah ada obatnya simbok kesini lagi.."

"Iya, makasih ya mbok.."

"Nggih mbak Sissy.."

_ _ _ _ _

Pukul 11malam aku terbangun dari tidurku, aku merasa seperti ada yg habis masuk ke dalam kamarku. Entah Galang atau Digo aku tak tau persis karena hanya pantulan bayangannya saja tadi yg terlihat di dinding.

Aku menghela nafas panjang, badanku terasa lelah sekali seperti habis melakukan pekerjaan berat hari ini.

Saat sakit seperti ini, aku teringat Tristan!! tapi sampai detik ini tak satupun pesanku yg dibalasnya. Sesibuk itukah dia sampai melupakan aku.

Nayla!! Aku tak mau Miss perfect itu tau kalau aku sedang sakit, jika dia sampai tau pasti dia akan teriak histeris karena mengkhawatirkanku.

Dan mama!! Jangan sampai mama tau, aku hanya tidak mau membuatnya kawatir.

_ _ _ _ _

Kembali UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang