“Kantin yuk, Cha.”
“Males, ah. Nggak ada Green Tea.”
“Tapi kan di kantin ada Athar.”
Matcha mengalihkan perhatian dari I-phone di tangannya, menatap Kiran sedikit tertarik dengan bujukannya namun kembali menggeleng. “Males ah, Athar php nggak nembak-nembak.” Acuhnya sambil kembali men-scroll
aplikasi We Heart It yang tengah menampilkan jenis-jenis makanan yang berbahan teh hijau kesukaannya.“Ahilah! Apa sih pentingnya status, yang penting kan Athar deketnya sama lo doang.” Kiran akhirnya memilih duduk kembali ke bangkunya, namun menghadap ke belakang dimana Matcha berada.
“Buat gue status itu penting, malesin kalo sama-sama tapi nggak ada status.”
Kiran mengerucutkan bibirnya, menelengkan sedikit kepalanya untuk menatap Matcha yang masih fokus dengan I-phone ditangannya. “Terus lo maunya gimana?”
“Kalo emang suka ya tembak, tapi kalo nggak mending nggak usah sama sekali. Mending gue pacaran sama om-om sebagai selingkuhan, masih jelas ada statusnya ketimbang sama Athar nggak ada status apa-apa.” Mulut Kiran melongo dengan penuturan tanpa saringan Matcha barusan. Apa gadis ini serius? “Becanda kali, Ran.”
“Kampret lu ah!” Kiran memutar matanya kesal. “Tapi seriusan loh, satu sekolahan juga tau kalo Athar itu ada rasa sama lo, cuma mungkin belum berani ngungkapin aja.”
Matcha memasukkan I-phonenya kedalam saku seragamnya. Merapikan sedikit rambut hijaunya sebelum berucap, “Tapi sayangnya gue nggak bakalan mau nungguin sampai dia berani, sekarang atau nggak sama sekali.” Matcha menutup percakapan itu. Ia melangkah bersama Kiran menuju kantin, meskipun waktu istirahat hanya bersisa sepuluh menit lagi, tapi Matcha tidak mempedulikannya. Dia hanya ingin membeli minuman, setidaknya es teh bisa mengobati rasa rindunya terhadap teh hijau.
“Tai!” Umpat Matcha ketika tumpahan es jeruk membasahi seragamnya yang putih, rasa dingin yang menyebalkan langsung terasa di bagian depan tubuhnya.
Di depannya seorang gadis dengan rambut panjang ombre merah memasang wajah pura-pura merasa bersalah, membuat Matcha mencebik kesal. “Sori ya Larva Ijo, gue nggak sengaja.” Ucap gadis berambut merah itu dengan nada menyesal yang di buat-buat. Padahal Matcha tahu jelas bahwa gadis itu sengaja.
Rambut merahnya yang menyebalkan membuat nama gadis itu menjadi hal terakhir yang ingin Matcha ingat. Clorinda, nama paling jelek menurutnya karena disandingkan dengan orang seperti itu.
“Nggak apa-apa kok Cabe Barbados Kolorenda*.” Ucap Matcha sambil menjangkau segelas jus alpukat milik salah seorang siswa dan menyiramkannya tepat ke muka Clorinda. Sekali lagi, tepat ke mukanya. “Ups! Sori, gue sengaja. Tapi masker alpukat lagi in loh, siapa tau bisa bikin muka standar lo itu jadi lumayan.” Ia tersenyum, menikmati bagaimana muka Clorinda yang bisa di bilang priceless. Lagipula siapa suruh Kolorenda itu berani bermain-main dengannya. Kenyataannya memang Clorinda adalah kakak kelasnya, tapi secuilpun tidak ada rasa takut di dalam diri Matcha. Baginya. Clorinda tidak lebih dari cabe-cabean yang biasa nongkrong di pasar tradisional.
Clorinda menerima tisu basah yang di berikan oleh side-kicknya, seluruh siswa yang ada dikantin tertawa menyaksikan kejadian itu. Bahkan mang Dirjo yang sedang menggoreng telur dadar juga ikut menertawakannya. Clorinda memberengut sambil membersihkan wajahnya yang sudah berubah menjadi warna hijau, rasanya menjijikkan.
“Nih, Cha, buat bersihin seragam kamu.” Tiba-tiba Athar muncul dan memberikan sebuah sapu tangan bewarna pastel. Matcha menerimanya dengan senang hati, memberikan senyuman dengan ucapan terima kasih. Di depannya Clorinda semakin kesal, karena semua orang juga tahu kalau dirinya sudah lama mengincar Athar. Siswa paling ganteng dan paling di minati, tapi Athar sepertinya lebih tertarik kepada Matcha di banding dirinya. Dan itu menambah kadar kebenciannya kepada Matcha, si Larva Ijo.
“Athar, kok yang dikasih sapu tangan cuma si larva ijo, padahal aku juga butuh sapu tangan.” Clorinda berujar dengan nada manja yang dibuat-buat, membuat Matcha dan Kiran serentak memutar matanya, jijik.
“Nggak usah sok imut deh lo, muka lo juga bagusan gitu di banding yang asli.” Cerocos Kiran dengan kejamnya.
Clorinda menatapnya bengis, kemudian beralih menatap kearah Matcha yang masih membersihkan seragamnya dengan Athar yang berdiri disebelah gadis itu. “Eh lo! Larva ijo! Nggak usah kegeeran ya mentang-mentang Athar minjemin lo sapu tangan, lo tau kenapa selama ini Athar nggak pernah nembak lo? Karena Athar itu malu kalo punya cewek alay macem lo, segalanya serba ijo, bikin sakit mata tau nggak sih lo. Belum lagi lo itu, Green Tea Holic, pernah tau nggak sih kalo Athar itu alergi teh?”
...
*Cabe Barbados Kolorenda: Cabe Barbados; salah satu jenis cabe paling pedes
Kolorenda; Clorinda yang di plesetin jadi Kolorenda (Kolor + Renda)
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Black Coffee
Teen FictionTHIS STORY CREATED AND WRITTEN BY ME ARE NOW ON 'PRIVATE'. TO READ AND ACCESS THIS STORY PLEASE FOLLOW ME FIRST OR MAYBE YOU SHOULD TO READ THE "PLEASE READ!" TO KNOW HOW TO READ THIS STORY. THANK YOU. SYNOPSIS ON FIRST CHAPTER. 28 FEBRUARI 2016