3. Matcha

2.3K 255 6
                                    

Dalam hidup, Matcha mensyukuri setidaknya tiga hal. Pertama, terlahir sebagai seorang anak konglomerat. Meskipun tumbuh dan besar tanpa kasih sayang seorang ibu, tidak sekalipun Matcha kekurangan kasih sayang. Ayahnya yang meskipun tercatat sebagai seorang pengusaha terkaya di Indonesia tidak sekalipun melalaikan tugasnya sebagai seorang ayah. Setelah isterinya meninggal saat melahirkan Matcha, sejak itulah Zendra memutuskan untuk melimpahi puteri satu-satunya itu dengan kasih sayang serta materi yang melimpah. Selama ia tumbuh besar Matcha selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya. Meskipun begitu, Matcha bukanlah seorang pribadi yang sombong. Tapi Matcha bukan juga seseorang yang selalu berbaik hati sebagaimana sifat seorang tokoh utama dalam cerita. Seperti manusia pada umumnya, Matcha juga ada sisi buruk.

Kedua, menjadi dirinya yang sekarang. Oh, tentu saja Matcha sangat mensyukuri hal ini. Meskipun diluar sana banyak orang yang membencinya, tapi bukan berarti itu bisa menjatuhkan seorang Matcha. Mereka hanya iri akan kesempurnaan yang dimilikinya. Hanya akan membuang waktu jika meladeni orang-orang seperti mereka. Seperti lagu Taylor Swift, and the haters gonna hate hate hate. Selamanya pembenci akan membenci.

Dan yang ketiga tentu saja green tea. Kalau saja Matcha di beri kesempatan untuk bertemu dengan pencipta teh hijau, Matcha berjanji akan memeluk orang itu sambil mengucapkan terimakasih. Terima kasih telah menemukan sesuatu yang sangat luar biasa seperti teh hijau. Bahkan jika diminta untuk bekerja di perkebunan teh dengan senang hati Matcha akan melakukannya.

Selain itu, Matcha juga memiliki tiga hal yang ia sesali dalam hidup.

Pertama, dia menyesal karena ibunya meninggal setelah melahirkannya. Seandainya dia bisa, Matcha akan memilih tidak perlu dilahirkan asal ibunya tetap bisa hidup dan selamanya bahagia bersama ayahya. Tapi bagaimanapun itu semua diluar kuasa Matcha. Dan ayahnya selalu mengingatkannya untuk tidak menyesali hal ini. Baiklah, Matcha adalah anak yang penurut.

Kedua, mungkin memberikan kucing peliharaannya coklat bukanlah tindakan yang bijak. Matcha sangat menyesali hal itu karena sehari setelahnya kucing kesayangannya meninggal karena alergi coklat. Sampai saat ini Matcha tidak berani lagi memiliki hewan peliharaan karena takut, takut tanpa sadar melakukan tindakan yang akan mencelakai peliharaannya. Rasanya dia ingin menangis mengingat bagaimana ia dibantu ayahnya disaat menguburkan Chelse --nama almarhum kucingnya-- saat itu. Matcha sampai membolos sekolah tiga hari karena meratapi kematian kucingnya.

Untuk pertama kalinya, dalam hidup, Matcha menyesal karena tidak sekalipun ia pernah sedikit saja untuk berdandan ke sekolah. Disaat seluruh teman-teman perempuannya disibukkan dengan hal-hal yang berbau dengan kecantikan, Matcha lebih memilih menikmati teh hijau kesayangannya. Dan ini adalah daftar hal yang ia sesali nomor 3. Jika saja dia tahu bahwa akan ada seorang laki-laki super ganteng --melebihi Athar-- yang akan mengajaknya untuk jalan sepulang sekolah, tentunya Matcha akan bersedia untuk sedikit memberikan polesan di wajahnya.

Matcha menyesal, seharusnya dia mendengarkan kata Kiran mengenai kecantikan. Tapi sudahlah, kini penyesalan itu tidak akan merubah apapun. Yang lalu biarlah berlalu, dan kini biarkan Matcha duduk berdua dengan laki-laki super keren maksimal, hadap-hadapan dengan muka lusuh layaknya anak sekolah dasar yang baru saja selesai jam olahraga. Ugh!

"Jadi kamu mau pesan apa?" Tanya laki-laki itu, namun Matcha masih saja bergeming, berkelana dengan penyesalannya tentang tidak berdandan untuk pergi ke sekolah. "Matcha?"

"Eh --ya aku pesan kayak yang biasa ya mbak." Jawabnya, awalnya dia tidak tahu apa yang laki-laki itu tanyakan. Tapi setelah menyadari bahwa di sebelahnya telah berdiri seorang pelayan dengan pose seperti menulis barulah Matcha menjawab.

"Kamu memangnya nggak apa-apa kesekolah penampilannya kayak gini?"

"Nama kamu siapa? Nggak adil dong kalo kamu tau nama aku sedangkan aku nggak tau nama kamu." Rasanya lidah Matcha kaku disaat harus berbicara dengan aku-kamu sama orang asing, eh siapa tahu nanti jadi jodoh kan bukan orang asing. Calon jodoh ini namanya. Di dalam hati Matcha bergidik geli dengan pemikirannya barusan. Centil.

Sempat kesal karena Matcha mengalihkan pembicaraan akhirnya laki-laki berjaket hitam itu menjawab. "Abyan, panggil Bian aja biar akrab."

"Emangnya kamu pengen banget akrab sama aku?" Boom! Sepertinya laki-laki bernama Abyan itu menyesali kata-katanya.

"Memangnya kamu nggak mau akrab sama aku?" Dan Bian membalikkan pertanyaan itu. Membuat Matcha dilema harus menjawab apa. Bian yang luar biasa keren siapa coba yang berani sia-siain? Matcha saja rasanya ingin membawa pulang laki-laki itu supaya bisa jadi pajangan. Menjadi penyemangat dikala lelah. Dipandangi setiap hari seperti matanya hanya tercipta untuk selalu melihat laki-laki itu. Dan sepertinya Matcha harus sesegera mungkin minum teh hijau karena otaknya sudah tidak waras.

Suara tawa Bian yang merdu membuat pikiran Matcha buyar. Dia mengerutkan dahinya ketika menyadari apa yang di tertawakan oleh Bian.

"ASTAGHFIRULLAH! Tadi aku nyuarain pikiran aku ya? Anjir malu." Dengan segera Matcha menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia menopang sikunya ke atas meja. Jujur, Matcha ingin segera berlari ke hutan Amazon biar sekalian di makan sama ular Anaconda. Setidaknya dia tidak perlu hidup dengan rasa malu.

Tak lama pelayan datang membawa pesanan mereka. Dengan senang hati --masih menahan malu-- Matcha menerima pesanannya yang tidak jauh-jauh dari teh hijau. Sampai akhirnya aroma yang dibencinya menggelitik hidungnya. Menyadari bahwa laki-laki di depannya memesan secangkir kopi hitam.

"Kamu suka kopi hitam?" Tanya Matcha, setelah beristighfar di dalam hati berharap spekulasinya salah. Bagaimana mungkin bisa calon jodohnya --amin-- seorang pecinta kopi hitam? Alamat batal jadi jodoh kalau begini. Astaghfirullah.

Bian mengangkat kepalanya, menatap Matcha yang memberikannya tatapan horor. "Suka banget, sampai temen-temen manggil aku dengan nama 'hitam' selain karna itu nama tengah juga karna aku pecinta kopi hitam."

Kreek! Ada yang mendengar bunyi patahan hati Matcha?

03 Maret 2016

Matcha Black CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang