Hailee Steinfeld as Clorinda
3 bab lagi tersisa sebelum ending alias bab yg bakal terakhir gue publish sebelum gue ngeprivate cerita ini *ketawa jahat*
Ada mungkin yg mau protes? Sok atuh tampilin wujud kalian :"V
Mendekati akhir tahun di Jakarta sepertinya memang identik dengan musim hujan. Memasuki pertengahan November hujan semakin sering turun dan membuat Matcha memilih bermalas-malasan dikamarnya. Pukul dua siang yang biasanya terasa begitu panas dan gerah kini digantikan dengan awan mendung yang masih setia bergelayut di langit sejak pagi tadi. Sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa matahari akan bersinar hari ini.
Helaan napas Matcha terdengar dikamarnya yang senyap itu. Hanya sedikit bunyi hujan yang berasal dari luar jendelanya.
Kali ini dia jadi meragukan keputusannya untuk ikut papanya ke Aussie. Ragu ketika pemikiran tidak tahu diri yang menghampiri otaknya.
Kalau memang Hitam tidak bisa menjadi miliknya, setidaknya mereka bisa berteman bukan? Matcha hanya ingin berada di dekat laki-laki itu. Keinginan itu semakin besar setelah dirinya mengetahui tentang keadaan bundanya Hitam.
Mulukkah ketika dia berpikir mungkin saja Hitam membutuhkan dirinya?
Dering nyaring yang berasal dari handphonenya memecah lamunan Matcha. Matanya menatap lurus ke arah jendela dan tidak lagi melihat hujan di sana.
Seberapa lama dirinya melamun sampai-sampai hujan sudah reda tidak ia sadari sama sekali?
Mendengar handphonenya yang kembali berdering membuat Matcha dengan malas beranjak dari posisi nyamannya. Ia melangkah dengan berat hati ke arah meja belajar di mana handphonenya berada.
Nama Kiran tertera di sana dan dengan sekali sentuh Matcha menjawab panggilan itu.
"Gue tunggu di Kelapa Gading, sekarang." Titah Kiran sedetik setelah Matcha mengucap kata 'halo'.
"Ngapain? Gue lagi mager, hujan juga, mending tidur." ucapnya sambil menyandarkan dirinya ke meja belajar, kepalanya menyamping menghadap jendela. Menatap keadaan luar rumah yang benar-benar lembab.
"Anak perawan nggak boleh mager, gue tunggu di Gramed, buruan."
***
Matcha menatap kedua pasang anak manusia itu dengan datar. Dirinya baru saja datang ke Kelapa Gading sesuai permintaan Kiran, dan hal yang pertama kali ia dapatkan adalah keberadaan Athar di sana.
Ia membuang napasnya kasar. "Jadi gue mau dijadiin kambing congek ceritanya?" Matcha bertanya dengan sarkasme, melipat kedua tangannya di depan dada.
"Athar maksa buat ikut, katanya kangen sama lo." Jelas Kiran mendapat tatapan tidak terima dari laki-laki itu.
"Kangen gue atau emang mau cari kesempatan biar bisa deket-deket sama Kiran?" Matcha menaik turunkan kedua alisnya, menggoda kedua orang itu.
"Starbucks buruan." Kiran dengan cepat menggandeng lengan Matcha. Membawa gadis itu berjalan menuju gerai Starbucks. Sedangkan di belakang Athar menyusul dengan senyuman cerah diwajahnya.
Tidak berapa lama mereka tiba di gerai Starbucks, setelah mendapatkan pesanannya mereka langsung mencari tempat untuk duduk. Kiran dan Athar duduk bersebelahan, sedangkan Matcha berhadapan dengan Kiran.
Tak pelak hal itu membuat Matcha memberengut karena seperti dugaannya dirinya akan dijadikan kambing congek. Terlihat seperti jomblo frustasi karena harus jalan dengan dua orang yang tengah di mabuk asmara.
"Kusut banget mukanya neng," tegur Kiran kepadanya. "lo yakin nggak mau pesen? Emang sih kayaknya salah bawa lo ke sini." Kiran terkekeh namun tidak benar-benar menyesal karena membawa seorang Matcha yang notabenenya adalah pecinta teh ke gerai Starbucks.
"Udah tau gitu masih aja bawa gue ke sini, ceweknya siapa sih lo kok pinter banget." Balas Matcha geram, ia menopang dagunya dengan satu tangan. Menatap malas kepada Kiran yang tengah asyik menikmati pesanannya.
Bau kopi di mana-mana membuat kepala Matcha perlahan pusing. Beberapa kali ia menarik napas dan selalu menghirup aroma khas yang sama.
Aroma khas kopi ini mengingatkan Matcha kepada Hitam. Laki-laki yang begitu mencintai kopi.
Matcha mengalihkan kepalanya ke arah lain ketika Kiran terlihat malu-malu di saat Athar berbicara kepadanya. Entah apa yang dibicarakan kedua manusia itu karena Matcha tidak ingin tahu sama sekali.
Tentu saja Matcha tidak cemburu, karena saat ini hatinya tidak lagi berada di Athar. Hatinya sudah di penuhi oleh seorang laki-laki yang mencintai kopi yang ia benci. Benar-benar klise.
"Guys, entah gue salah liat atau emang itu si Clorinda?" tanya Matcha, menyela obrolan bisik-bisik yang dilakukan oleh Kiran dan Athar.
Kedua orang itu spontan langsung menatap ke arah yang sama dengan Matcha. Mata mereka langsung menangkap hal yang sama dengan apa yang dikatakan Matcha. Di sana, agak ke sudut di sebuah meja Clorinda tengah duduk dengan seorang laki-laki yang membelakangi posisi mereka. Clorinda terlihat berbeda, dan kali ini Matcha mengerti perubahan seperti apa yang saat itu Kiran ucapkan.
Clorinda terlihat jauh lebih dewasa dengan rambut hitam panjangnya. Gadis itu beberapa kali tersenyum dan terlihat luar biasa cantik. Kelihatannya dia juga berbicara dengan elegan, berbanding terbalik ketika berbicara kepada dirinya, selalu menggunakan volum maksimal.
"Mukanya Clorinda, tapi gue nggak nyangka kalo dia bisa se-elegan itu." Kiran berucap, benar-benar syok dengan pemandangan yang ada didepannya.
"Kalo selama ini dia ngejar gue kayak gitu, sumpah gue nggak bakal nolak dia." Sebuah pukulan langsung mendarat di lengan Athar. Kata-kata yang Athar ucapkan sepertinya salah tempat, karena kini kedua gadis itu menatapnya garang. "Becanda gue, abis lo berdua kayaknya terpukau banget sama perubahan Clorinda."
Kedua gadis itu kompak mendengus, kembali menatap ke arah di mana Clorinda berada.
"Gue rasa itu cowok yang udah berhasil bikin Clorinda tobat." Tebak Kiran yang langsung saja mendapatkan anggukkan dari dua orang lainnya.
"Sumpah gue penasaran kayak apa tampang cowok yang udah berhasil ngerubah seorang—" belum sempat Matcha menyelesaikan kalimatnya, kedua orang yang sejak tadi menjadi fokus mereka berdiri dari duduk. Sepertinya mereka ingin meninggalkan tempat itu. Dan Matcha membulatkan matanya sempurna ketika menyadari siapa laki-laki yang sebelumnya mereka tebak bisa merubah seorang Clorinda adalah seseorang yang ia kenal. Hatinya bergemuruh ketika laki-laki itu berjalan dengan menggenggam tangan Clorinda, dan jangan lupakan senyuman yang begitu indah di wajah laki-laki itu.
Kiran dan Athar pun sepertinya sama-sama mengalami syok. Dan Kiran memukul-mukul lengan Mathca yang berada di atas meja, berharap bahwa apa yang ia lihat bukanlah yang sebenarnya.
"Cha, bilang sama gue kalo gue salah liat dan itu bukan Bian-nya elo."
Mana yg kemarin mikir kali Chloe dan Clorinda itu orang yg sama?
Hahhahah karna jawabannya benar sekali/?
Chloe dan Clorinda adalah orang yg sama.Ada yg sebelumnya berpikiran ke situ?
21 April 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Black Coffee
Teen FictionTHIS STORY CREATED AND WRITTEN BY ME ARE NOW ON 'PRIVATE'. TO READ AND ACCESS THIS STORY PLEASE FOLLOW ME FIRST OR MAYBE YOU SHOULD TO READ THE "PLEASE READ!" TO KNOW HOW TO READ THIS STORY. THANK YOU. SYNOPSIS ON FIRST CHAPTER. 28 FEBRUARI 2016