30. Hitam

1.1K 153 14
                                    

2 bab lagi sebelum gue private 😁

Bab kali ini spesial gue kasih soundtrack, pada suka kan sama lagunya? I hope so :"V

Seperti biasa, vomment eaps. Meskipun sekedar titik atau next, njut, pasti gue bales kok :"V












"Sumpah tampang lo nggak sesuai umur, gue kira seenggaknya lo masih anak kuliahan." Clorinda berkata dengan nada lucu karena laki-laki dihadapannya baru saja memberitahu umurnya yang sebenarnya. "Pake susuk di mana?" canda Clorinda dan kemudian mereka berdua tertawa. Mengabaikan fakta bahwa beberapa orang pengunjung gerai Starbucks siang itu menatap mereka penasaran.


Hitam menggelengkan kepalanya dramatis. "Gue nggak pake susuk ataupun totok aura, ini hasil alami dari air wudhu."


Pun mendengarnya Clorinda mencibir. "Gue percaya kalo seandainya gue ketemu lo di depan masjid, bukannya malah di pub."


"Sialan lo, emangnya kalo gue sering ke pub berarti gue nggak pernah solat?"


"Ya siapa tau, kan kebanyakan gitu."


"Lo juga," kata Hitam tiba-tiba yang langsung saja membuat gadis itu mengerutkan keningnya. "kok lo bisa masuk pub? Ktp aja belum punya kan lo, awalnya gue kira seenggaknya lo itu karyawan kantoran." Balas Hitam gantian mengejek gadis itu.


"Maksud lo, muka gue tua gitu?" Clorinda bersungut-sungut tidak terima.


"Gue nggak bilang gitu sumpah." Hitam mengangkat kedua tangannya, seolah dia adalah tersangka yang salah tangkap. "Abisnya waktu itu lo ehm—" kata-kata Hitam menggantung, laki-laki itu mengusap leher belakangnya sebelum kemudian melanjutkan. "seksi banget." Sambungnya dengan suara yang mengecil.


"Emangnya cuman karyawan kantoran doang yang bisa tampil seksi? Anak SMA sekarang bahkan jauh lebih seksi, tamatan tahun berapa sih lo?" tanya Clorinda lagi-lagi menyindir laki-laki itu. Seolah Hitam adalah seseorang yang tamat SMA di jaman batu.


Begitu mendengar sindiran Clorinda yang secara tidak langsung mempermasalahkan umurnya membuat Hitam melengos. Ia memutar penuh matanya dan membawa tangannya untuk menoyor kening gadis itu. Selanjutnya gantian Clorinda yang memberengut kesal. Tapi sedetik kemudian mereka tertawa bersama menyadari tingkah idiot yang mereka lakukan barusan.


"Ngomong-ngomong lo nggak malu nongkrong sama om-om?" Hitam menyesap kopi miliknya, dan menatap Clorinda yang baru saja mengangkat kepalanya dan balas menatap kepadanya.


"Setidaknya nongkrong nggak seburuk jadi simpanan om-om." Bisik Clorinda yang membuat Hitam hampir saja menyemburkan kembali kopi yang baru saja diminumnya. Dengan kesusahan Hitam menelan kopinya dan meringis karena tenggorokkannya terasa perih.


"Gokil lo, sumpah."


Clorinda mengacungkan jempolnya dengan bangga. "Eh, cabut yok. Gue entar malem ada acara." Ajak Clorinda yang di sambut anggukkan oleh laki-laki itu.


Mereka berdiri namun Hitam dengan cepat memegang tangan gadis itu ketika ada seorang anak kecil yang membawa minuman hampir menabraknya. Tapi sepertinya anak kecil itu tidak menyadari bahwa dirinya hampir saja menabrak seseorang dan menumpahkan minuman itu kepada orang lain. Hitam menggeleng dan menatap jenaka kepada Clorinda, lalu selanjutnya mereka tersenyum karena mengingat tingkah anak kecil tadi. Sepertinya mendapatkan minuman kesukaannya membuat anak kecil tadi melupakan keadaan sekitar.


Matcha Black CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang