21. Matcha

1.2K 160 3
                                    

Kerbell kembali 😎
Ada yg kangen gak?
Yg bilang nggak semoga jomblo seumur hidup, yg bilang ya semoga didekatkan jodohnya :"V
Peringatan dari sini, untuk bab bab kedepannya ceritanya bakalan lebih berat. Nggak cuma sekedar masalah hati hitam dan matcha. Gue akan kasih beberapa clue di setiap bab, semoga ada yg nangkep clue clue yg gue kasih.
Gue usahain untuk di beberapa bagian selipin komedi bareng rizal tentunya, karna nggak pengen pembaca bosen sama tulisan apalah apalah gue ini.
Dan untuk kesekian kalinya, vomment diharapkan sekali :"3

Sekian dari kerbell, selamat membaca :"*****

JANGAN LUPA VOMMENTS YA BIAR GUE SEMANGAT UPDATENYA *KETJUV JAUH*







Kurang lebih sudah hampir dua minggu Matcha tidak masuk sekolah. Yang dilakukannya selama hampir dua minggu itu hanya mengurung diri di dalam kamar. Bahkan orang-orang yang bertugas untuk merenovasi dan mendesain ulang kamarnya harus menunda pekerjaan mereka karena Matcha tidak mengizinkan siapapun untuk memasuki kamarnya. Papanya juga sudah lelah untuk membujuk putri sematawayangnya itu untuk keluar dari kamar, tapi semuanya sia-sia karena bahkan Matcha tidak sedikitpun mengeluarkan suaranya.


Hampir setiap hari juga Kiran datang untuk mengunjungi sahabatnya itu. Tapi tetap sama hasilnya karena Matcha tidak ingin bertemu dengan siapapun. Bahkan para pelayan hanya meletakkan makanannya di depan pintu, tidak ingin lagi menjadi korban dengan dilempari bantal karena berani memasuki kamar gadis itu.


Sayangnya ketidaktahuan Kiran akan apa yang terjadi sebenarnya membuat ia berpikir kalau yang menyebabkan Matcha mengurung diri seperti ini karena dirinya yang pergi jalan dengan Athar. Seandainya dirinya di beri kesempatan untuk menjelaskan yang sebenarnya. Memang benar saat itu Clorinda melihatnya sedang bersama dengan Athar di sebuah pusat perbelanjaan, tapi mereka tidak murni sedang jalan ataupun kencan. Yang mereka lakukan adalah pergi mencari hadiah untuk ulang tahun Matcha, dan itu semua karena permintaan Athar sendiri. Laki-laki itu memintanya untuk menemani mencari hadiah yang sekiranya cocok untuk Matcha. Tapi sayang, karena beberapa hari sebelum hari ulang tahunnya Matcha malah mengakhiri hubungannya dengan Athar.


Dan parahnya lagi, sejak hari ulang tahunnya—tepat di hari gadis itu izin pulang lebih awal—adalah hari terakhir Kiran melihat gadis itu. Setelahnya tidak seharipun Matcha datang ke sekolah, dan persiapan kejutan ulang tahun yang sudah ia dan Athar siapkan gagal total. Bahkan sampai saat ini, Kiran belum sama sekali bertemu dengan Matcha.


Masih dengan perasaan bersalah, hari ini sehabis jam sekolah Kiran memutuskan untuk datang kembali ke rumah Matcha. Untung-untung hari ini gadis itu mau bertemu dengannya sehingga ia bisa menjelaskan kesalahpahaman yang tengah terjadi di antara mereka.


Beberapa langkah mendekati kamar Matcha ia berpapasan dengan seorang pelayan yang tengah memegang sebuah nampan dengan makanan yang masih utuh diatasnya. Kiran tebak itu adalah makan siang Matcha yang lagi-lagi tidak disentuhnya, kecuali segelas susu putih yang hanya habis kurang dari seperempat. Berdasarkan kata para pelayan, Matcha hanya mengambil buah-buahan dan terkadang meminum susu yang disediakan untuknya.


Apa gadis itu baik-baik saja jika hanya meminum susu dan memakan buah-buahan?


"Cha?" panggilnya sambil mengetuk pintu beberapa kali. Namun hanya keheningan yang ia dapat sebagai jawaban. Ia kembali mengetuk pintu beberapa kali. "Cha, gue boleh masuk?"


Suara kunci pintu yang di buka sontak membuat Kiran memundurkan dirinya selangkah. Jantungnya berpacu cepat bersamaan dengan ia yang perlahan membuka pintu kamar Matcha. Akhirnya setelah sekian lama Matcha mengizinkannya masuk dan bertemu dengannya.


Perkiraan Kiran yang akan menemukan keadaan kamar Matcha yang akan sangat berantakan salah besar. Kenyataan bahwa tidak ada seorangpun yang diizinkan masuk tentu saja membuat Kiran berpikiran kamar gadis itu tidak akan pernah dirapikan. Tapi yang kini ada di depan matanya adalah keadaan kamar Matcha seperti biasa. Tidak ada yang aneh, masih tetap rapi seperti biasanya.


Apa gadis itu selalu merapikan kamarnya? Karena mengingat tidak ada seorangpun yang diizinkan untuk masuk. Dan rasanya mustahil jika Matcha tidak melakukan apapun dikamarnya selama dua minggu ini.


Mata Kiran kini beralih kepada seorang gadis yang tengah duduk di atas ranjang. Kepalanya bersandar di dasbor ranjang dengan kaki hingga pinggang yang ditutupi selimut. Mata gadis itu juga tengah menatapnya. Dan Kiran tahu, sahabatnya yang satu itu kurang tidur atau mungkin tidak tidur sama sekali. Kantung matanya benar-benar memprihatinkan. Bahkan matanya kini tidak bewarna hijau seperti biasa karena Kiran tahu gadis itu tidak memiliki waktu untuk memusingkan hal itu.


"What happened? Tell me," tanya gadis itu setelah mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Ia menatap lekat kepada sahabatnya itu yang terlihat menyedihkan. Tidak ada lagi sinar yang terpancar dari wajah cantiknya, bibirnya terlihat kering dengan mata bengkak berpadu semakin menyedihkan dengan kantung mata yang tidak bisa diabaikan.


Matcha menundukkan kepalanya, jari-jarinya berpilin satu sama lain. "I met him, he gave me a last kiss goodbye." Ucapnya dengan begitu pelan, bahkan suaranya terdengar begitu ringkih.


"Him? Bian?"


Mendengar nama itu sukses membuat hati Matcha yang sudah tidak berbentuk kembali tercubit. Rasa sakit yang sudah menemaninya selama beberapa minggu ini semakin mengukungnya. Membenamkannya ke dalam kesakitan tiada akhir, hingga tidak ada lagi pilihan untuk menghindar.


Air matanya menetes untuk kesekian ribu kalinya saat menceritakan semuanya secara detil kepada Kiran. Bagaimana laki-laki itu awalnya mendekati dirinya hanya karena proyek 300 juta, tentang hal-hal yang menyenangkan yang mereka lalui ketika bersama. Saat di mana laki-laki itu juga menyatakan perasaannya begitu gamblang. Ketika laki-laki itu menghilang dan malam di mana seorang gadis lain yang mengangkat teleponnya. Hingga hari pertemuan terakhir mereka, disaat laki-laki itu bersikap bahwa Matcha bukanlah apa-apa. Membiarkan dirinya begitu saja tenggelam dalam penasaran yang meliar.


Setelah sukses dengan membuat Matcha begitu mendamba akan dirinya dan sedetik kemudian membuatnya terjatuh dan menyesali kehidupannya.


"He kissed me, and left without a word." Kata-kata itu mengakhiri penjelasan Matcha. Suaranya sengau dan terputus-putus karena isakannya. "He said, I don't know anything about him. But is he who doesn't allow me to know. And now he's gone, left me when I falling love and falling apart 'cause him."


Kiran memeluk sahabatnya itu, mengusap punggungnya dan membiarkan Matcha menangis dibahunya. Membiarkan gadis itu menumpahkan segala gundah hatinya yang selama ini ia selalu simpan sendiri. Dan menangis bukanlah bentuk dari kelemahan, menangis adalah salah satu cara paling ampuh untuk mengurangi luka hati.


"He's such an idiot. He's should be grateful 'cause loved by you, who loved him although not know him really well. Pure love still exist, right?"




06 April 2016

Matcha Black CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang