Kurasakan sebuah tepukan tepat mengenai keningku. Seketika aku tersadar dari lamunanku dan meringis kesakitan. Aku segera memukul bahu Chris dengan sangat kuat.
Kulihat wajahnya yang masam kesakitan.
"Capek ngomong sama lo. Pokoknya gue gak mau tau! Lo harus ganti nama kucing lo!" Kupijak kaki kanannya dengan sangat keras menandakan berakhirnya peperangan tengah lapangan kami.
Aku berjalan kearah pinggir lapangan. Aku mendekati keenam temanku yang sedang duduk sambil menatap kearah lapangan futsal.
"Elo sama Chris gitu amat dah. Berantem malah di tengah lapangan." Kata Angel saat aku menyandarkan tubuhku ke pohon.
"Namanya aja buat kesel. Kesel banget gue sama tuh anak." Kataku sambil menatapnya lekat-lekat.
Sadar akan tatapanku, kulihat dia melakukan gaya kiss kearahku. Membuat bulu kudukku merinding geli.
"Kok cowo kelas kita gitu amat yah semua spesiaesnya?" Kata Ivana yang sadar hal yang dilakukan oleh Chris tadi.
"Ihh namanya makhluk gaib semua. Lagian nih ya, namanya juga temen sekelas. Tau baik buruknya, walaupun banyakan buruknya. Tapi tetep aja susah buat dilupain suatu saat nanti." Timpal Yola.
Aku mengangguk setuju mengiyakan pernyataan Yola.
"Ya doa kita cuma satu, ketika nanti reuni setelah tamat semoga jadi orang sukses semua."
"Yaelah yol, doa doa sejak jaman bahorok. Namanya nasib orang kan beda, kita gak bakal tau kedepannya sam siapa atau bahkan dimana. Semua hal berwaktu." Ucap Sisi menambahkan perkataan Yola.
Dan itulah doa anak SMA pada umumnya, mereka akan selalu berharap lebih tanpa tahu kenyataan dari harapan tersebut.
***
Katanya masa SMA adalah masa dimana lebih bahagia ketika saat jam kosong dari pada saat libur. Apalagi jam yang kosong ternyata adalah jam matematika setelah pelajaran olahraga.
Bagi kalian pasti tau kan apa yang akan di lakukan oleh siswa siswi di dalam kelas?
Yap, menyanyi dengan gitar adalah salah satu kepastian dari jam kosong. Dan itu adalah hal yang sekarang sedang di lakukan oleh para pria di kelas kami. Termasuk,
"Eh gue bawa bando adek gue nih. Ada 7. Tapi beda warna." Kata chris sambil mengeluarkan 7 macam bandana yang berbeda warna,jenis, dan rupa.
Kulihat Tian berjalan mendekati Chris. "Gue pakai yang kuping rusa." Kulihat dia memakai bandana tersebut dengan cepat setelah merampasnya secara paksa dari tangan chris.
"Oke. GEOOO!!!" suara teriakan Chris tiba-tiba saja mendominasi seluruh kelas. Siapa sih yang tidak tahu Chris? Pria sok cool di luar kelas, namun bengkok saat di dalam kelas.
"Eh ngomong gak usah pakai toak Chris!" Ku dengar teriakan Dinda (orang berbadan gemuk yang duduk di depan pojok) yang merasa terganggu konsentrasinya saat bercerita tentang anak tetangganya yang 'katanya' tadi pagi ketahuan hamil. Dan suaranya yang sejak tadi bercerita beneran kedengaran sampai ke bangkuku. Apalagi ketika ia berkata "SERIUS UDAH LEPAS PERAWAN LAMA." Dan kalian pasti tahu apa ekspresi kami saat suasana kelas sepi namun dia berteriak seperti itu.
Oke, kembali ke masalah Chris...
Chris menyuruh geo mengungsikan kursi guru dan meja guru yang ada di depan. Kulihat dia memakai bandana kelinci dengan sebelah kuping jatuh kebawah.
Kulihat di lepaskannya semua kancing bajunya lalu mengikat kedua ujung bawah seragamnya.Kulihat gaya tersebut disusul Tian, Sandy, Aldo, Tommy, dan Jess. Dengan Rafael sang pemain gitar yang menggunakan bando terpanjang yang tak ku tahu itu bentuk apa.
Mereka semua maju kedepan. Tawa kami hanya sebagai penyemangat mereka. Chris dan Tian berada pada barisan terdepan.
Jangan tanya aku tertawa atau tidak. Aku dan ivana hanya menatap mereka dengan perasaan jijik. Bahkan dinda sudah berhenti bercerita masalah tentangganya yang bunting dan malah mengalihkan perhatiannya ke Chris.
Jrengggg
Gitar mulai dimainkan.
Sayangggggggggg
Kudengar suara mereka bertujuh berpadu padan menjadi satu. Bagai paduan kentut yang tak berirama.
Ohooooooooo
Dan suara itu adalah suara Chris dengan cangkokan patah-patah di setiap bagiannya.
Opoo... koee......
Dan tiba-tiba tanpa disadari....
BRUGHH!!
suara pintu di dorong dengan kasar. Tampak wajah sangar pak Radi muncul.
Dan saat itu juga, semua pria tadi segera menutupi bagian dada mereka dengan ekspresi kaget setengah mati.
Dan kalian pasti tahu kelanjutannya,
"KALIAN YANG DIDEPAN!! KELUARRRRRR!!!!"
****
"Gue sedih banget Lol. Adek gue ngambek karena semua bando tadi di sita bu Rahma."
"Jadi urusannya sama gue apa?"
Malam ini, tiba-tiba saja Chris menelepoku saat aku sedang melihat-lihat akun Romeo. Dia bercerita tentang hukuman memakai bando sambil keliling lapangan 20 kali tadi siang. Di tambah lagi katanya gaya mereka saat di depan kelas tak boleh di hilangkan.
"Lo jahat banget sih. Dengerin ayang beb ngomong kenapa sih."
Aku menarik nafasku dalam, "gini ya chris. Pertama, Lo bukan pacar gue dan jangan manggil gue sayang. Kedua, gue gak perduli masalah lo di hukum. Dan yang ketiga, gue mau tidur. Bye!"
Kumatikan telefon secara sepihak. Aku tidap perduli lagi dengan semua cerita chris yang ia ulang-ulang sejak satu jam lalu. Saat ini aku hanya ingin melibat kembali profile Romeo.
Kubuka kembali profile Romeo dari akunku. Aku kembali melihat-lihat kebawah. Dan aku merasa jijik dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa aku tersenyum saat melihat foto close up milik romeo.
Apakah jatuh cinta akan segila ini? Aku merasa diriku sudah pada tahap akut masalah cinta. Bagaimana bisa aku terlalu mencintai pria ini? Sedangkan bertatap muka langsung saja aku tidak pernah.
Kebinggungan kembali menghantui pemikiranku. Apakah aku terlalu bodoh terus menyukai pria ini tanpa alasan? Ataukah aku harus berhenti di tengah jalan?
Otakku terasa beku. Aku butuh air minum saat ini untuk mencairkan pikiranku.
Tiba-tiba aku teringat pada sisa air minumku di botol minumku tadi pagi. Akupun berjalan mendekati tasku diatas meja belajar. Aku mencari botol yang baru saja pertama sekali aku pakai tadi pagi.
Aku merogoh tasku. Tak kulihat tanda-tanda botol minumku ada disana. Aku mengeluarkan semua isi tasku. Tapi nihil! Botol itu tidak ada dimana-mana. Seingatku aku memasukkannya ke dalam tas dan belum mengeluarkannya sama sekali. Tapi dimana? Kenapa tidak ada?

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONENESS
Teen FictionAku tak pernah merasakan apa arti CINTA. Yang aku tahu itu hanya sekumpulan bahagia sementara yang berakhir dengan sakit. Dia, orang yang ku perjuangkan. Tanpa kata. Tanpa banyak berucap. Aku hanya ingin dia. Walau aku tak pernah menatap matanya. Wa...