Aku membungkus puding cokelat dengan perasaan berbunga-bunga. Aku harus meminta maaf padanya. Aku harus berkata bahwa aku juga menyukainya. Aku harus berkata padanya bahwa dia, tidak akan berjuang sendirian lagi.
Kulangkahkan kaki melewati trotoar. Ku berhentikan taxi dan aku katakan tempat tujuan ku. Setelah sampai, kuberikan ongkosku pada pak supir dan kuucapkan terimakasih.
Dengan langkah mantap dan senyum mengembang yang menghiasi pipiku aku berjalan dan melihat. Mencari sesosok pria yang ku sayangi.
Itu chris! Dia sedang di depan kolam bersama seorang wanita. Mereka sedang membelakangiku.
Kutarik nafasku dalam.
Aku siap.
Kulangkahkan kakiku setengah berlari. Masih dengan senyum yang mengembang, aku mencoba menggapainya.
Seketika langkahku berhenti, jantungku terpompa cepat. Nafasku seperti sulit keluar. Dadaku terasa sesak.
Chris? Chris berpelukan dengan keyra di hadapanku. Jarak kami yang hanya 10 meter membuatku jelas melihat adegan mereka. Semua terjadi sesuai alur yang telah ditentukan. Seperti melihat adegan slow motion, aku seakan sulit untuk melangkahkan kaki pergi. Aku terpaku. Terpaku ditempatku dengan sejuta kebisuan.
Kenapa harus sekarang aku merasakan patah hati lagi? Kenapa setelah aku bangkit dari dasar bumi, aku kembali di hempaskan lebih dalam? Kenapa?!
Kenapa chris tiba-tiba tega menampikkan segalanya? Dia mengangatku keatas dan berkata tidak akan menyakiti. Tapi kenapa dia tega mematahkan lagi hati yang perlahan telah ku tata?
Bagai petir di siang bolong hatiku terasa hangus untuk kesekian kali. Hancur. Aku hanya bisa mendesiskan nama chris sambil melihat dan memegang dadaku yang sesak dan jantung yang tak karuan. Tanganku masih memegang puding dengan sebisaku.
Wajahku memanas. Mataku juga ikut memanas. Kakiku seperti beku dan kelu. Aku tak tahu harus apa.
"Loly?" Kudengar chris menyebut namaku.
Kuhapus air mataku dengan cepat. Ku balikkan badanku dan aku harus berlari. Berlari untuk kesekian kalinya. Berlari dari semua kenyataan pahit yang telah terjadi. Kenyataan bahwa memang aku tidak harus bahagia.
Kurasakan pergelangan tanganku di tarik saat aku telah berlari sejauh yang ku mampu. Ku balikkan badanku. Chris ada di hadapanku sekarang. Wajahnya tampak kacau, kaget dan khawatir.
Air mataku kembali tumpah. Aku tidak kuat harus begini. Aku benci diriku sendiri! Aku benci hidup ku!
"Ini bukan seperti yang kamu lihat lol. Maafin aku." Cengkraman chris semakin menguat.
"Bukan?! Bukan apanya?! Gue gak buta chris! Mata gue normal! Dan lo dengan mudahnya ngeles?! Gue gak habis pikir ya! Gue capek chris! Gue sayang sama lo! Gue bela-belain buatin ini buat lo!" Ku hempaskan dengan kuat tempat puding yang ku pegang tadi ke dasar tanah. Aku marah. Aku benar-benar marah. Ditambah lagi semua sakit hati yang seakan menusuk hingga dadaku terasa sakit.
"Gue--- gue benci lo!" Ku hempaskan tangannya. Dan aku berlari lagi. Aku berlari semampuku. Dan aku menanggis. Aku menanggis dalam kesendirianku.
***
Aku berhenti di taman dekat rumahku. Aku duduk disalah satu ayunan. Aku masih menanggis. Menanggisi semua kebodohanku selama ini. Aku menundukkan kepalaku. Aku menghapus air mataku dengan punggung tangan kananku. Sesekali aku merasakan bahuku bergetar akibat tangisanku.
"Lo kacau banget karena masalah hati." kurasakan sebuah suara yang terdengar datar menyapaku dari arah sampingku. Aku menengadahkan kepalaku kearah sebelahku. Aku melihat Julian tepat duduk di sebelahku. "Kakak sejak kapan disini?" aku menatapnya sambil menghapus air mataku menggunakan kedua punggung tanganku.
"Tadi aku ngikutin kamu." Katanya sambil menatap lurus kearah depan. "Kakak udah sembuh?" tanyaku dengan heran. "Hati gue belum sembuh. Makasih ya Lol. Karena lo udah mampu ngerubah gue." Aku menatapnya binggung. Apalagi sekarang dia tidak berkata dengan aku-kamu lagi.
"gue dulu ngerasa semua cewek itu sama. Hanya datang memberi harapan dan setelah itu pergi seenaknya setelah mematahkan. Gue dulu juga gak pernah peduli sama wanita manapun. Gue gak perduli keberadaan mereka, perasaan mereka, dan bahkan hati mereka. Tapi lo, lo yang melebihi cueknya aku mampu membuatku merasa bahwa ada baiknya jika aku mencoba untuk sayang ke lo. Hanya dengan beberapa kali pertemuan, lo merubah semua pemikiranku."
Aku tersenyum simpul kearahnya. "Gue gak sehebat itu juga kali.". namun setelah itu, kulihat dia berdiri dan berjalan kearah hadapanku. Kulihat dia berjongkok di hadapanku. "Tapi buktinya lo mampu ngebuat gue sayang ke elo. Dan lo mampu bertahan dengan semua rasa sakit lo selama ini.
Air mataku kembali keluar tanpa ku pinta. Membuatku kembali menanggis membayangkan setiap kejadian menyakitkan yang pernah terjadi selama ini. Aku merasakan badanku terjatu dari ayunan. Kuletakkan kepalaku di bahunya. "Apa gue gak pantes bahagia kak? Gue udah mencoba membuka hati gue. Tapi kenapa malah sakit hati yang gue dapetin?" kutumpahkan segalanya kepada Julian. Aku merasakan dia mengusap kepalaku pelan.
Aku tetap menanggis saat aku berada di bahu Julian. Aku mengingat semuanya dengan jelas. Saat aku begitu mencintai sosok Romeo terlalu dalam. Dan saat aku mulai membuka hatiku kepada Chris. Aku mengingat juga seorang teman yang kuanggap baik ternyata selama ini mengkhianatiku dan merebut segalanya.
Dan seketika bayangan tentangku dan oma juga kembali terputar secara jelas dan nyata. Kejadian yang begitu menyakitkan dan menyayat. Dan sekarang selanjutnya apa lagi?
Apa akan ada satu hal lagi yang akan diambil dan direnggut dariku? Apa ada hal yang akan matikan secara paksa? Apa aka nada kebencian lagi setelah ini? Sungguh aku tidak tahu kenapa hidupku bisa setragis ini. Tidak ada bahagia sedikitpun. Selalu saja hanya luka.
Kurasakan Julian membawaku kedekapannya. Kedekapannya yang menimbulkan sejuta kenyamanan.dari sini, aku bisa mendengarkan suara degupan jantungnya yang sangat memburu.
Andai aku bisa mencintai sosoknya yang memberiku sejuta ketulusan. Andai aku bisa berharap bahwa dialah pangeran yang selama ini aku tunggu-tunggu. Andai aku bisa mencintainya, seperti dia yang tulus mencintaiku. Andai aku bisa melepas segala perasaanku kepada orang lain. Andai aku bisa.
"Kamu gak perlu maksain hati kamu buat suka sama aku. Tapi aku Cuma pengen kamu tau, kalau jantung aku berdegup kencang, Cuma saat kamu ada di sebelah aku. Dan kamu juga mampu membuatku menjadi seorang pria yang plin-plan saat ada di dekat kamu. Aku hanya seorang pria sok dingin yang suka sama kamu yang memiliki sejuta kehangatan."
Julian mampu membuatku semakin menanggisi keadaanku. Membuatku merasa bodoh karena sudah terpaku menggapai pria yang terus menyakitiku dan terus-terusan pergi tanpa permisi. Aku salah karena tidak mampu melihat sesosok pria yang lain. Yang lebih nyata, tulus, dan tidak mengumbar janji yang terlalu banyak. Sehingga dia mampu untuk terus bertahan, tanpa sedikitpun mematahkan.
Aku memang wanita paling bodoh yang selalu mengharapkan kehadiran pria yang bahkan tidak pernah mengharapkanku sedikitpun. "Udah kamu gak usah nanggis lagi. Kamu gak salah."
"Lo terlalu sayang ke gue, kak. Lo terlalu dalam suka sama gue. Tanpa sadar lo menyakiti hati lo sendiri. Tanpa sadar lo nusukin belati ke jiwa lo sendiri. Tanpa lo perduli perih dan sakitnya jiwa lo sendiri." Aku membalas ucapannya semampuku. Semampuku menjelaskan segalanya.
"Lupakan masalah belati. Lupakan segala hal mengenai hati. Hati ini udah bahagia kok jika aku ngelihat kamu bahagia. Kamu tahu kan, kalau bahagia itu tidak harus ketika orang yang kita suka juga noleh dan ngebales perasaan kita? Karena menurut aku, dengan aku ngelihat kamu bahagia aja, aku udah mampu merasakan bahagia melalui setengah hati ku yang ada di kamu. Dan aku akan patah hati ketika, aku gak bisa ngebuat kamu bahagia. Walaupun bahagia kamu itu, bukan aku."
"Maafin aku kak. Maaf." Kubalas pelukan Julian lebih dalam.
Diantara tiupan angin taman yang memasuki dan menyentuh tulangku, memberikan kesan perih diantara nadiku. Menghembuskan bisikan pilu diantara perihnya mencintai. Dan memberi sensasi perih dinginnya suatu luka yang terkubur. Aku merasakan sebuah desiran yang sangat menyakitkan namun nyata. Desiran nama,Chris.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONENESS
Novela JuvenilAku tak pernah merasakan apa arti CINTA. Yang aku tahu itu hanya sekumpulan bahagia sementara yang berakhir dengan sakit. Dia, orang yang ku perjuangkan. Tanpa kata. Tanpa banyak berucap. Aku hanya ingin dia. Walau aku tak pernah menatap matanya. Wa...