Ten : your eyes

161 9 2
                                    

***

Ku pijakkan kakiku ke rerumputan hijau di puncak ini. Tempat ini sungguh indah.

Kami telah sampai sejak pukul sembilan tadi. Sejak saat itu kami di persilahkan untuk berkeliling. Sekolah kami menyewa sebuah aula yang ada di tengah puncak.

"Van, katanya kita mau long march? Tapi kok malah..?" Aku bertanya binggung kepada ivana. Seingatku, jika long march, kita akan jalan hingga ke puncak. Tapi, ini bukan seperti yang aku bayangkan.

"Yaelah Ly, macam lo gak tau ivana aja. Paling salah tuh dia ngasih pengumuman ke elo." Sambung Yola padaku.

"Sisi, dona, sama Angel kemana Yol?"

Aku melihat sekelilingku. Namun tak kulihat ada mereka disini.

"Mau selfie ke arah sana katanya tadi. Buat di upload ke sosmed." Kata Ivana sambil menunjuk kearah berbeda.

Aku mengangguk mengerti. Dan mulai lagi berjalan bersama Ivana dan Yola.

Aku merapatkan jaketku. Rasa dingin ini semakin menjalar. Ditambah lagi tubuhku belum terasa fit sampai hari ini. Kumasukkan tanganku kedalam jaket yang ku gunakan.

Aku, Ivana, dan yola berjalan melewati March yang sedang mengatur orang yang lain di kelas kami. Kami tidak berniat menyapanya karena sepertinya dia sangat sibuk sekali.

Kami turus berjalan berkeliling. Ivana dan Yola terlihat asik di depanku bercerita tentang idola mereka, Super Junior. Mereka membicarakan hal yang tak aku pahami sedikitpun.

Aku mengikuti mereka dari belakang. Aku menunduk menatap sepatuku yang menyentuk batuan kecil. Aku tersenyum sendiri saat aku mengingat sebuah kejadian saat aku kelas sepuluh dulu.

^^

"Eh, gel rambut!"

Aku yang saat itu sedang berjalan bersama Angel dari kantin, menuju ke kelas terkejut saat tiba-tiba Chris, Tian, Sandy, dan Rafael berdiri di hadapan kami selayaknya gaya senam jumat, mereka mencegat kami berdua dengan cara berbaris lurus sambil merentangkan tangan. Berlima pula!.

"Apaan sih, San?" Tanya Angel dengan wajah datar kearah Sandy yang ada di barisan paling tengah.

Kulihat sandy tiba-tiba menyisirkan poni rambutnya dengan tangan kearah belakang dengan gaya sok tampan.

"Pinjam bola bekel dungs." Katanya sambil nyengir.

"Di tas lah bego!"

"Iya. Tau. Nih udah gue ambil." Suara Chris menyahut dari arah ujung, sambil mengangkat bahagia bola bekel milik Angel.

"Lu ngebuka tas gue?" Kulihat Angel berjalan kearah Chris dan menunjuk mukanya dengan wajah marah.

"Ya iyalah. Kalau gak gue buka, gak bisa gue ambil nih bola."

Kulihat wajah angel memerah sepeti menahan amarah.

"Terus gue juga lihat lo bawa pembalut ya, Ngel? Bersayap. Bungkusnya pink. Gambar hello kitty."

Aku terkejut mendengar pernyataan Chris yang terkesan santai. Tak ia lihat wajah memerah Angel yang semakin menunjukkan kemarahan. Aku juga mendengar bahwa yang lain juga mulai tertawa mendengar pernyataan Chris yang spontan.

Kulihat dia merogoh sakunya lagi. Dan mengeluarkan sesuatu dari sana.

'Kue Lapis' Angel!

"Tapi gue binggung. Punya lo sama punya Lolly kok beda ya? Lolly sih biasanya bawa yang merk charm. Yang untuk, Night." Aku sangat kaget mendengar penuturan Chris barusan. Dia seenaknya menangkat 'kue' itu dan menatapnya sambil 'sok' berpikir.

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang