Seven : your juliete?

281 10 0
                                    


Astagaa. Ku pikir siapa. Namun itu hanyalah chris. Mukanya dingin sekali. Ada apa? Pikirku lagi.

"Gue lihat lo tadi. Kenapa lo ga bilang sama gue kalau botol lo hilang? Kan gue bisa nyari. Gak usah romeo." Kata chris dengan tatapan sinis yang menurutku mengerikan. Laagi pula kenapa dia harus marah? Aneh. Pikirku.

"Kan gak papa kali chris. Lagi pula kenapa lo marah.?" Tanyaku dengan senyum kecut.

"Lo bodoh lol. Lo udah masuk ke permainan dia. Orang rey tadi ngetawain lo. Dan lo masih bisa senang? Gue sebagai SAHABAT lo gak pengen lo sakit hati karena cowok berengsek kaya romeo.! Dam lo harus jauhin dia!" Kata chris dan langsung berlalu pergi begitu saja.

Aku hanya bisa terpaku menatap punggungnya yang semakin menjauh. Aneh. Kenapa dia menjadi seperti ini? Aku yakin dia tidak sedang suka padaku. Karena dia pernah bilang dia tak ingin jatuh cinta.

Tinnntinnnnn

Suara motor membuatku tersentak kaget. Shit! Apa dia tak lihat aku di terotoar! Bukan di tengah jalan!

"Lolyyy!" Panggil... tian?. Astagaa ada apa lagi ini? Apa dia juga akan menyuruh ku menjauhi romeo-ku? Tidak! Itu tidak boleh.

"Lol, lo udah ada kemajuan ya sama romeo. Selamat deh. Gue senang ngelihat lo tadi sama dia. Heheh. Tapi,-" kata tian sambil memegang pundakku. Namun segera ku potong ucapannya. Aku tahu dia mau berkata apa kepadaku.

"Lo mau nyuruh gue jauhin dia? Lo mau gue gak usah berharap lagi sama dia? Udahlah ian. Basi! Ge capek dengar lo dan chris yang ngomong gitu mulu!" Ucapku dengan marahnya. Akupun langsung berjalan ke arah parkiran taksi yang ada 5 meter dariku. Dan akupun naik. Tak ku perdulikan panggilan tian lagi. Aku lelah. Sungguh. Ini hatiku. Tapi kenapa mereka ingin menerobos masuk? Aku benci tian dan chris. Sungguh benci!

Setelah ku katakan alamatku ke pada supir, dia pun segera melajukan mobil menyusuri jalanan siang ini.

***

Malam ini cuaca tampak mendung. Jam ku sudah menunjukkan pukul 21.45 namun aku belum juga mengantuk. Tiba-tiba terdengar notifikasi chat ku.

Romeo?

Seketika mataku terpaku menatap layar handponeku. Seketika jantungku berpacu cepat seperti habis lari marathon. Kurasakan pipiku memanas.

Dia mintaaa id line ku? Apa ini tidak salah? Jantungku. Tolong lah normallll!

Ada berbagai bayangan gila menguasai pikiranku. Mulai dari kata 'mengapa dia memintanya?'
'Kenapa dia seakan luluh?' Dan berbagai pernyataan lain yang membuat jantungku seakan mau copot.

Kuputuskan memberikan id ku pada romeo. Dengan cepat ku ketik idku sambil tersenyum penuh arti.

Beberapa menit kemudian ku terima notif tambahan pertemanan di line ku. Dengan cepat, ku acc permintaan itu.

Aku tersenyum sendiri. Membayangkan wajahnya saat kejadian tadi adalah hal yang paling menakjubkan.

Katanya cinta itu seperti sebuah sekotak cokelat, manis. Tanpa rasa pahit. Dan kurasa sekarang aku sedang memakan cokelat itu satu persatu. Karena tak sedikitpun kurasakan pahit dalam mencintainya.

Dia membuat ku merasakan jatuh cinta tanpa harus pernah bicara,tanpa pernah saling menatap,dan tanpa harus berdekatan. Dia membuat warna tersendiri bagi perasaan ku. Bahkan dia membuat dunia baru di pikiranku, dunia kami.

Pernah aku membaca sebuah cerita yang mengatas namakan 'Romeo'. Cerita cinta paling fenomenal yang pernah ku baca. Sosok romeo yang mendambakan seorang wanita yang jelas-jelas tak bisa dia miliki. Hingga sampai akhirnya semua hanya berujung maut kematian.

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang