Twenty seven : Holiday

68 5 0
                                    

"Ini kan libur, dari pada lo dirumah lo mau kan jalan sama gue?" Tanya kak julian melalui telfon.

"Lo lagi gak sakit kan kak? Tumben banget lo ngajakin gue jalan? Kesambet apaan lo?" Tanyaku heran.

Tidak biasanya dia menelfonku. Tiba-tiba dia menelfon dan mengajakku jalan-jalan. Pria seperti dia benar-benar aneh. Seperti wanita mens, labil.

"Ya lo mau atau enggak nih?" Tanyanya ketus.

"Lo baru nonton film korea ya? Atau lagi mens ya lo? Aneh bangettt. Jijay gue. Haha"

"Gausah ketawa. Mau atau enggak nih? Udah tanggal 29 nih. Bentar lagi masuk sekolah."

"Yaudah. Jemput aja kerumah. Gue langsung-------"

tut tut tuttt

Sialan nih cina! Belum juga selesai ngomong udah main matiin aja.

Kubanting iphoneku kearah kasurku dengan kasar. Dan segera aku bersiap-siap.

***

"Kok ke sini sih? Gue pulang aja deh."

Aku sangat kaget saat julian tiba-tiba mengajakku ke tempat yang pernah ku kunjungi bersama romeo. Aku benci berada di sini. Ajangku move on bisa hancur karena datang ke sini.

Kubalikkan badanku untuk berbalik.

"Jangan!" Kurasakan cengkraman kuat julian di pergelangan tanganku. Ditariknya aku agar masuk ke dalam.

"Gue gak mau julian! Lepasin!" Kugerak-gerakkan tanganku agar cengkraman julian lepas.

"Lo bisa diem gak? Kalau lo masih berisik--" ditatapnya kearah sekeliling kami. Lalu kurasakan dia mulai mendekat ke telingaku.

"Gue cium lo!" Katanya dengan berbisik.

"Ihhhhhh ogahhhh! Najis gue!!!!"

"Yaudah makanya diem. Yuk." Ditariknya aku agar menikutinya lagi.

Baiklah! Baiklah! Aku me-nga-lah!

***

"Ayo loly! Naik iniiii!"

Pergelangan tanganku masih ditarik oleh julian. Dia mengajakku menaiki binglala. Padahal banyak kenanganku bersama romeo yang tertinggal disini. Bersamanya.

"Gausah kelamaan mikir. Ayooo." Ditariknya tanganku masuk ke salah satu ruang binglala yang kosong.

Binglala pun mulai berputar pelan. Aku masih membenci kejadian saat aku bersama romeo berada disini. Aku, membenci tempat ini.

"Lo kenapa sih ngebet banget gak mau kesini?" Tanya kak julian saat kami menikmati pemandangan dari atas sini.

"Gue pernah kesini sama seorang cowok yang ngebuat hati gue beku. Gara-gara dia, seakan-akan gue gabisa lagi buka hati gue buat siapapun." Kualihkan pandanganku ke arah pemandangan.

"Romeo?" Tanya kak julian pelan dan terdengar hati-hati.

"Kok kakak tau?" Kualihkan pandanganku. Kupandang matanya saat ini. Aku binggung dia tau dari mana.

"Waktu kalian jalan kesini, sebelumnya dia cerita ke gue mau ngajak lo ke sini. Dia bilang ada cewek agresif yang mudah baper yang suka ke dia. Dan gue baru tau cewek yang dia maksud lo, setelah lo nyamperin gue pas lo ulang tahun." Kudengar penjelasan julian dengan heran. Dia siapanya Romeo?

"Kakak, siapa romeo?" Tanyaku hati-hati. Mataku sudah memanas. Aku takut hal yang akan ku dengar sebentar lagi akan membunuhku lagi. Memberi kiamat kecil bagiku.

"Dia... Dia sepupu gue."

Kurasakan debaran jantungku beradu dengan darahku. Dan kurasa petir menyambar sistem saraf pusatku. Sesak luar biasa seketika timbul lagi. Oksigen diatas sini seakan tidak ada.

"Gue gak tau lo cewek yang mau dia php in itu lo. Sumpah gue gak tau. Gue mohon lo jangan benci sama gue." Mata sipit julian seakan memberiku fakta bahwa dia bukan pelaku dari semua ini. Dia tak tau apa-apa.

"Gue.. Gue gak nyangka aja lo bisa sepupuan sama cowok yang ngebuat hati gue hancur. Gue..."

Tahan loly! Jangan nanggis!
Kutarik nafasku dalam. Walau ku tau itu percuma. Tapi setidaknya, aku tak boleh menanggis.

"Gue gak tau kenapa semenjak dia nyakitin gue, gue seakan-akan lumpuh. Gue gabisa buka hati buat siapapun." Kutatap julian dengan tatapan sedih.

"Lo harus bangkit lol. Gue bakal bantu lo kalau lo mau. Gue, bakal ada buat lo." Kurasakan tepukan pelan di bahuku. Tepukan yang berkata aku harus kuat.

"Ini udah sampai di bawah. Ayo turun." Kutarik pergelangan tangan julian yang sebelumnya ada di bahuku.

"Gue boleh megang tangan lo?" Tanya julian saat kami sudah diluar binglala.

Kuanggukkan kepalaku. Kurasakan tangannya yang hangat menggenggam tanganku. Tangannya yang begitu lembut dan, pas dengan jari-jariku.

Setelah itu, aku dan julian mencoba beberapa permainan lain. Beberapa kali kami saling tertawa. Beberapa kali aku terkena cipratan air. Dan sesekali kurasakan dia memegang bahuku agar kami tetap bersama. Pegangan tangan kami seakan tak mau lepas. Dan Aku, bahagia. Aku bahagia bersama, julian. Si cina yang menjengkelkan.

"Ayoo kakkk. Sekaliii ajaa." Kutarik dia ke salah satu stand photobox.

"Gue gasuka photo." Katanya sambil berjalan menjauh.

"Sekali ini aja yuk." Kutarik dia kearah wanita cantik berbaju pink dengan pita di kepalanya.

"Untuk 4 foto mbak. Ini uangnya."

"Silahkan masuk dek." Kata kakak itu sambil tersenyum.

"Gue gak tau cara foto." Kata julian malas.

"Nih giniii." Kupegang wajahnya dengan kedua tanganku. Kuukir tanda senyum dari wajahnya. Kuhadapkan wajahku ke arah camera dan akupun tersenyum.

Satu foto.

Dua foto.

Tiga foto.

Empat foto.

Selesai!

Setelah mencetak foto itu, kuajak julian pulang.

"Lo ganteng loh di foto iniii. Lucuuu." Kataku saat kami di perjalanan pulang.

"Emang gue ganteng." Katanya tanpa menoleh kearahku.

"Idihhh kepedean. Buat lo nih dua foto." Ku berikan 2 foto yang menurutku poseku bagus.

Diambilnya foto itu dan di masukkannya ke dalam kantung bajunya.

***
Masihh banyak nihhh partnyaaa...
Mulai kemarin dan seterusnya aku bakal update 2 part yaa!!!

Happy reading!

❤️

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang