Twenty three : Tomorrow is my day? Shit

82 6 1
                                    

"Lo kenapa sih? Diam mulu semenjak ketemu romeo. Lo diapain sama dia lol?" Kata tian saat kami sudah duduk di warung bakso.

"Ihh gue gak papa. Yaudah makan aja dulu." Kataku meyakinkannya.

Tian hanya mengangguk dan segera menyantap bakso pesanannya dengan lahap. Selama makan, hanya terdengar suara orang-orang yang minta di ladeni. Beberapa orang juga sedang mengobrol dengan teman mereka. Dan, diantara aku dan tian hanya terdengar suara garpu yang beradu dengan mangkuk.

"Gue udah."

Beberapa menit kemudian, tian membalikkan posisi sendoknya di dalam mangkuk. Pertanda dia telah selesai makan.

"Gue sedikit lagi."

Kubalas ucapannya dengan seulas senyum.

"Habis ini lo mau gak gue ajak ke pasar malam?" Tanya tian lagi.

"Gila lo! Ini masih jam 5! Mana buka! Lagipula kita masih pakai baju sekolah." Kataku pada tian sambil membalikkan sendokku tanda selesai.

"Gue anter lo pulang bentar habis ini. Biar minta izin sekalian ganti baju. Gue mah pakai baju sekolah juga gak papa. Haha" kulihay dia sedang mencium seragamnya di bagian ketiak.

"Jorok lo! Yaudah iya. Lagipula mama sama papa gue lagi ada acara ke luar kota hehe." Ku seruput es teh dinginku.

"Yaudah yuk biar keburu!"

***

"Rame bangetttt!!! Gilaaa!!" Kataku dengan mulut menganga.

Saat ini aku dan tian sedang berada di pasar malam. Aku mengenakan celana jeans selutut dengan kaos hitam bertangan pendek. Dan tian, dia masih mengenakan seragam.

"Namanya juga pasar malam. Yaudah yuk naik binglala." Kata tian sambil menggenggam tangan kananku.

Ku ikuti dia berjalan kearah binglala yang ada di tengah-tengah pasar malam ini.

"Lol?"

Kudengar suara tian yang ada di depanku sedang memanggilku. Sekarang, kami sedang ada di binglala. Dan kami, sedang duduk berhadap-hadapan saat ini.

"Hmmp?" Balasku sambil tetap memandang ke arah luar. Pemandangan yang luar biasa pada malam hari.

"Besok lo ulang tahun kan? Lo mau apa dari gue?"

Kualihkan pandanganku dan menatap tian dengan kaget.

"Sekarang tanggal berapa?" Tanyaku pada tian masih dengan ekspresi kaget.

"Dua puluh satu." Balasnya dengan tatapan santai.

"Astaga! Gue gasadar tau!" Pekikku dengan heboh.

Sungguh aku benar-benar lupa besok adalah hari ulang tahunku. Astagaa!

"Lo lupa ulang tahun aja berisik banget sih. Harusnya lo itu jawab gini 'ih tian hapal ya. Ahhh jadi sukaa.' Harusnya gitu" kata tian sambil memukul genit ke udara.

Wajahnya tampak di buat seperti ababil yang baru puber. Meng-iyuh-kan.

"Geer banget lo! Ekspresi lo itu loh kaya banci gak dapet om-om. Hahah" kupukul bahunya gemas.

"Ih lo jangan salah ya. Om-om apapun bisa gue embattt. Ewhhh."

"Banci kaya elo mah kalah kali tian. Hahah" kataku tak mau kalah.

"Yaudah gue ngalah. Jadi.... Lo mau apa?" Tanya nya lagi.

"Gue mau---" ku gantungkan ucapanku.

"Gue mau romeo." Sambungku.

"Gila." Satu kata yang menusuk yang keluar dari mulut Tian.

"Bercanda ihhh." Kataku lagi.

"Boong aja lo. Yuk turun. Udah berhenti nih."

Kurasakan jari kami bertaut lagi. Kami berjalan meyusuri pasar malam ini sambil tertawa gembira. Beberapa kali kami mencoba beragam permainan. Namun, tetap saja kami kalah. Sampai akhirnya kami mencoba permainan lempar gelang. Dan akhirnya kami mendapat sebuah boneka beruang yang besarrrr.

"Nih buat lo." Kata tian sambil memberiku boneka beruang cokelat yang kami menangkan.

"Duduk dulu yuk. Capek." Kutarik tangannya ke kursi panjang di pinggir pasar malam.

"Lol. Lo suka bintang kan?" Kata tian saat kami duduk.

Kutatap dia yang sedang menatap ke langit. Kualihkan lagi pandanganku ke arah langit.

Malam ini, langit tampak indah. Bintang-bintang bertebaran dengan indahnya. Kelap-kelip nya begitu indah.

"Andai gue bisa jadi bintang ya ian. Dari kecil gue selalu tanya papa gue giman caranya ngambil bintang. Apa bisa pakai tangga di susun tinggi. Eh bokap gue malah bilang gue bodoh. Haha" ku pandang bintang dengan tatapan terharu.

"Gue mau tanya sama lo lol. Boleh?" Tanya tian dengan hati-hati.

"Apa?" Kutatap matanya yang juga sedang menatapku.

"Lo gak capek mempertahankan perasaan lo sama romeo? Gue tau lo capek lol."

Kualihkan pandanganku kembali ke langit.

"Tian, gue pernah nyoba buat benci sama romeo. Dan lo tau hasilnya apa? Hasilnya gue makin jatuh cinta sama dia. Gue gak bisa ngelupain dia tian. Gabisa." Kutatap lagi tian dengan senyum yang tulus.

"Lol, demi menyelamatkan dari orang yang salah, Tuhan bakal matahin hati lo. Supaya lo sadar dia gak pantes lo perjuangin. Cinta bisa membuat lo nanggis, tertawa, dan belajar dewasa. Dan buat ngewujudkan itu, lo harus cari orang yang tepat."

Tatapan mata tian seakan menjanjikan bahwa cinta tak selamanya menyakitkan.

"Yaudah pulang yuk. Udah jam 8. Besok sekolah."

Dan tian pun berdiri dari kursi tempat kami duduk dan berjalan ke arah luar. Kuikuti dia dari belakang sambil membawa bonekaku dengan susah payah.

****

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang