Jam sudah menunjukkan pukul 18.30. Tapi tak ada tanda-tanda julian datang.
Kurasakan iphone di sampingku berdering. Nama julian terpampang disana. Ku slide tanda hijau dan ku letakkan iphoneku di telingaku.
"Loly? Maaf gue gak bisa jalan sama lo. Gue baru ingat proposal makalah gue bulum kelar." Kudengar nadanya yang terdengar menyesal.
"Iya gue ngerti kok. Lo kan ketua prom night. Yaudah selesaikan aja dulu tugas lo."
"Yaudah makasih pengertiannya lol. Gue nyelesaikan ini dulu ya, dear."
Tut tut tut
Kata terakhir julian membuatku kaget. Dia mematikan sambungan telfon tanpa permisi. Dan kata-katanya memberi desiran halus di jantungku tanpa permisi.
Tak kusadari bibirku terangkat. Dan masih dengan handphone ku yang ada di telinga.
***
Acara prom night tinggal menunggu hari. Julian terlihat sangat sibuk. Tapi tak ku pungkiri beberapa hari terakhir dia lebih sering menghubungi ku. Aku tak tau mengapa. Tapi yang pasti, aku tak ingin terlalu membawa perasaan.
"Kamu jadikan berangkat bareng aku pas malam nanti?" Tanya julian saat kami sedang makan dikantin. Kami duduk di kursi panjang. Disebelahku ada keenam temanku. Dan tepat di depanku ada julian bersama tian.
Belakangan, julian juga tampak manis di depanku. Dia tak sedingin dulu lagi. Dia sudah mulai berkata 'aku-kamu' padahal aku masih menggunakan kata 'gue-elo'.
"Harus ya gue bilang IYA 200 kali?" Kuputar mataku tanda aku malas.
"Aku cuma mastiin aja. Siapa tau lo mau ngubah jadwal KITA tiba-tiba." Kata kita yang ditekan oleh julian tampak seperti menyiratkan makna lain. Kutatap dia dengan tatapan 'najis'.
"Lo sok manis banget sih curut? Lo gak lihat tatapan loly ngelihat lo rada najis?" Kata tian sambil memukul kepala julian.
"Eh jul, proposal yang kemarin dah di minta bu rita tuh. Antar gih." Tiba-tiba seorang wanita yang kutahu dari bed nya kelas 12 ipa 5 menghampiri julian.
"Oh yaudah gue anter sekarang." Kata julian sambil berdiri.
"Aku ke sana dulu ya. Kamu baik-baik." Kata julian dengan senyuman menjijikkan.
"Ih kak jul. Najis banget gue ngelihatnya!" Celetuk angel.
"Iyuhhhhhh" teriak mereka bersamaan, diikuti dengan tian juga.
Tanpa banyak berkata lagi, ku lihat julian mulai pergi meninggalkan kantin.
***
"Lo pergi sama julian? Gak gue gak setuju!" Teriakan chris dari telfon membuat aku menutup kupingku.
"Gue udah janji chris. Lagi pula lo gak nanya dari awal sih." Kataku membela diri.
"Pokoknya gak boleh! Lo denger gue!"
"Chris, lo gausah terlalu over banget deh. Gue itu udah sering jalan sama lo. Dan lo pengen kita pergi bareng lagi? Gak deh chris. Gue gak enak sama kak julian."
"Gue aneh deh sama lo. Tiba-tiba udah akrab aja sama kak julian."
"Auk deh christofferr. Yaudah gue ngantuk mau tidur."
Kumatikan sambungan telfon tanpa bertanya pada chris. Aku capek jika harus berdebat dengannya sekarang.
Agar mengusir rasa kantuk, ku buka sosmed ku. Saat aku membuka bbm, kulihat ada satu invite-an terbaru. Ku buka dan kulihat siapa yang men-invite aku. Kulihat nama si pengirim.
Sontak, aku melompat kaget dari kasurku!
Romeo!
Nama itu terpampang nyata dan jelas di layarku.
'Untuk apa dia men-invite pin ku? Aku lupa! Kemarin akukan sudah men-block id line nya.' Kurutuki kebodohan ku.
Dengan perasaan yang masih heran, ku terima dia sebagai temanku.
Jangan baper! Jangan baper!
Kata itu kuulangi terus menerus dalam benakku.
Tiba-tiba kurasakan iphoneku bergetar 3 kali. Ada 3 buah bbm masuk.
Julian.
Romeo.
Kedua Nama itu terpampang nyata. Pertama kali ku buka pesan dari julian
'Kamu udah tidur?😅
Tugas aku baru siap nih.😆
Kangen taukkk😴😴'Tanpa kusadari, senyumku tertarik lagi. Dia seakan-akan mencairkan hatiku yang terasa beku setelah tersakiti. Kubalas chatnya dengan kata 'belum kak. Lama banget? Najis gue.🙄' Ya, sekedar basa-basi.
Ku keluarkan beranda chat kami. Nama romeo kembali tampak. Senyumku perlahan luntur. Dia men-ping! Aku sebanyak, entahlah. Aku tak berniat melihatnya. Aku tidak benci padanya. Hanya saja, aku merasa dia seperti ingin mempermainkanku. Aku tidak ingin munafik, aku masih menyukainya diantara kebekuan hatiku. Diantara es yang tidak melihat matahari.
Aku dulu selalu berkata dalam hati bahwa dia akan mengingatku, suatu ketika. Dan ketika aku menghibur diriku sendiri saat dia tidak men-chat aku. "Dia pasti chat aku, kok. Satu hari lagi. Dua hari lagi. Satu minggu lagi. Dua minggu lagi. Tiga minggu lagi. Satu bulan." Dan, aku masih menghitung hari, menunggu dia pulang, menunggu ingatannya kembali padaku. Walaupun aku tahu itu, nihil.
Tapi apa? Sampai sekarang semua terasa hambar. Dia seenaknya menghempaskan, lalu pergi meninggalkan. Sadis? Ya memang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONENESS
Ficção AdolescenteAku tak pernah merasakan apa arti CINTA. Yang aku tahu itu hanya sekumpulan bahagia sementara yang berakhir dengan sakit. Dia, orang yang ku perjuangkan. Tanpa kata. Tanpa banyak berucap. Aku hanya ingin dia. Walau aku tak pernah menatap matanya. Wa...