"Lihat tuh, romeo senyum-senyum ngelihatin lo." Kata velin saat kami sedang mendaki gunung pagi ini. Acara long march yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dan sekarang kami sedang menuju ke pos pertama dari long march kami.
Acara kami telah di mulai sejak tadi. Dan saat ini aku sedang berjalan bersama velin dan beberapa temanku yang lain. Keenam sahabatku yang lain masih jauh di belakang.
"Apaan sih vel." Kataku sambil menyikut bahunya dengan botol minum yang ku pegang.
"Alah. Muka lo merah tau. Gausah sok malu." Kata velin sambil tertawa mengejek.
Kututup wajahku yang memanas dengan botol minum yang ku pegang sedari tadi. Kulihat barisan romeo mulai berjalan mendekati barisan ku.
Kurasakan sebuah hawa dingin menyentuh keningku. Ternyata romeo menempelkan kaleng minuman dingin ke keningku.
"Lo gak capek kan?" Kurasakan bisikan romeo di dekat telingaku. Beberapa detik setelahnya rasa dingin tadi mendadak hilang karena romeo menarik kembali kaleng tersebut dari keningku.
"Ihh enggak kok. Sana gih malu tau!" Kataku sambil mendorongnya maju.
"Muka lo merah tuh. Awas meledak." Rayuan Romeo kali ini mampu membuat wajahku lebih memanas.
"Jangan nge-gombal mulu kali rom. Lolly udah rada jijik nihhh." Kata velin dari sampingku.
"Yaudah gue kedepan ya." Katanya sambil tersenyum dan melangkah maju.
Kualihkan pandanganku kearah chris, josua, tian, dan rafael yang sedang berjalan di depanku. Beberapa meter dari tempat kami berjalan.
Dari belakang sini aku bisa menatap chris dengan caranya berjalan, caranya melompati parit kecil, dan saat dia tertawa bersama teman-temannya.
Dia tampak mengagumkan dari belakang sini. Dan beberapa kali aku melihat dia menoleh ke arahku, dan tersenyum. Dia membuat beribu kupu-kupu terbang bebas di perutku. Dan dia mampu membuat pipiku memanas dan bersemu. Walau saat ini kami sedang bertengkar, tapi aku tetap merasakan ada hal beda yang mulai tumbuh di dalam hatiku.
"Loly? Lo ngelihatin chris mulu! gak capek?" Kurasakan velin menyenggol lenganku.
"Mata lo kayak mau keluar tau gak. Tuh pipi merah lagi." Kurasakan velin mulai menggodaku.
"Apaan sih?" Kataku tersenyum malu.
"Cieee jadi udah mulai berpaling nih dari romeo?" Disikutnya lenganku pelan.
"Yaudah perhatiin aja. Sampai mata lo keluar juga kagak papa." Tambahnya.
"Hehe gue takut vel, gue takut suatu saat gue akan kehilangan moment saat bisa ngelihat dia lagi kayak gini. Gue takut suatu saat jika perasaan gue luntur, gue gak bakal perduli lagi kayak gini kedia. Karena gue tahu perasaan gue ke dia udah berubah." Kataku sambil tersenyum miris.
"Itu mah wajar kali lol. Lo harus tau kalau banyak hal yang akan berubah pada waktunya. Perasaan, pangkat, pikiran, bahkan jiwa seseorang bakal berubah pada waktu tertentu. Dan kalau suatu saat perasaan lo ke dia udah hilang, lo harus tau bahwa perasaan lo udah berlabuh pada orang yang lebih cocok buat lo." Senyuman velin seakan membuat semua pemikiranku berubah. Bahwa tak selamanya aku akan tetap bertahan dengan hal yang ku miliki sekarang.
Dan sekarang perasaan ku sudah mulai menjelas kepada siapa.
***
Saat ini kami sedang beristirahat di sebuah permandian air panas di dekat gunung yang kami daki. Kami duduk bersama kelas kami masing-masing.
Lagi-lagi kurasakan sebuah hawa dingin meyentuh kulitku. Kali ini di pipiku. Sontak ku alihkan pandanganku ke arah kananku.
"Lo masih capek?" Kurasakan romeo duduk di sebelah ku saat aku merendam kakiku disalah satu kolam belerang.
"Enggak lagi kok. Lo udah makan?" Tanyaku sambil menatapnya. Aku tidak tau kenapa, jantungku tidak lagi berdegup cepat saat aku ada di sampingnya. Semua tampak biasa.
"Udah. Oh iya, gue denger kak julian nembak lo ya?" Tanya romeo sambil menggoyangkan kakinya didalam kolam.
"Lo tau dari mana?" Tanyaku heran.
"Kak julian lagi dirawat di rumah sakit sekarang. Dia demam udah dua hari. Dan dia cerita ke gue." Katanya sambil menatapku intens.
Aku hanya mampu terdiam dan menunduk mendengar penuturan romeo. Aku tidak tau harus berkata apa. Aku teringat pada ungkapan julian bahwa romeo menyukaiku. Tapi aku takut aku hanya dijadikan pelarian dari aurel. Aku takut. Ditambah lagi julian dan chris menyatakan perasaan mereka padaku. Aku tidak tahu lagi harus apa.
"Gue juga suka sama lo lol. Pasti lo udah tau kan dari julian." Katanya lebih serius.
"Iya gue tahu." Kataku sambil tetap menunduk.
"Maafin gue yang dulu udah nyuekin lo. Maafin gue yang udah ngebuat lo merasa hancur karena gue ngasih harapan ke lo. Maafin gue kalau gue cuma bisa mandang lo dari jauh selama ini. Semua salah gue," kualihkan pandanganku kearahnya. Dia tampak kacau sekarang. Raut mukanya memang benar-benar menyiratkan penyesalan.
"Tapi rom, maafin gue jika gue gak bisa balas perasaan lo suatu saat. Gue udah tau kemana sekarang hati gue berlabuh." Ku tepuk bahunya pelan. Aku hanya bisa tersenyum sambil berkata bahwa dia pantas mendapat lebih.
"Gue tau lol. Tapi bisakan lo beri gue kesempatan buat memperbaiki segalanya? Gue janji gak bakal nyakitin lo lagi." Dia memegang tanganku dengan tatapan yang berkata bahwa dia serius.
"Tapi sekarang semua udah gak sama rom. Lupain gue." Ku berikan senyuman membangun padanya.
Ini adalah pilihan tepat. Aku sudah tau perasaan ku yang tepat harus kepada siapa. Kepada orang yang selalu ada saat aku terjatuh. Yang membuatku tertawa. Memberiku waktu untuk memahami bahwa cinta harus kembali pada orang yang tepat. Dan kembali pulang kerumah yang nyaman.
Chris.
Kurasakan sebuah ciuman lembut mendarat di pipi kananku. Mataku membulat kaget sambil terus menatap lurus. Jantungku tiba-tiba berdetak tak karuan akibat ulah spontan romeo.
Setelah kurasakan ciuman itu hilang, kurasakan romeo menyandarkan kepalanya di pundakku.
"Sekali lagi gue mau bilang kalau gue, sayang sama lo."
***
Pagi muncul dengan cepat. Badanku terasa pegal pagi ini. Untung saja hari ini libur karena anak kelas 10 pergi long march.
Hari ini keputusan ku sudah bulat. Aku akan pergi menemui chris dan meminta maaf padanya. Dan aku menyuruh velin menanyakan chris mau kemana hari ini, jadi aku tahu harus kemana menemui chris.
Ketaman biasa dia latihan basket. Taman yang terdapat danau kecil disana. Dan aku harus menemuinya. Aku harus segera kesana. Velin bilang chris pergi kesana pukul 9. Dan sekarang masih pukul 7. Aku punya banyak waktu bersiap-siap. Dan aku akan pergi sendiri kesana. Aku akan membawakannya puding cokelat kesukaannya.
Oke aku siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONENESS
TienerfictieAku tak pernah merasakan apa arti CINTA. Yang aku tahu itu hanya sekumpulan bahagia sementara yang berakhir dengan sakit. Dia, orang yang ku perjuangkan. Tanpa kata. Tanpa banyak berucap. Aku hanya ingin dia. Walau aku tak pernah menatap matanya. Wa...