Twelve : that's a lie? it's so Hurt.

103 5 1
                                    

Saat di luar toilet, Ku edarkan pandanganku ke seatero taman sambil mengelap tanganku dengan tissue yang ada di saku rokku.

Saat aku menatap kearah bagian kanan kamar mandi, aku seperti menatap seorang sosok yang ku kenal.

Hei! Bukan kah itu romeo? Ya itu Romeo ku! Dia sedang tertawa lepas di balik pohon itu. Ku tajamkan penglihatanku kearah sana. Memastikan pandanganku.

Walaupun aku hanya melihat dari jauh, tapi raut wajahnya saat tertawa terlihat jelas dari sini. Dia sedang duduk di bangku yang ada di balik sebuah pohon besar bersama ari, rey. Dan ada seorang lagi yang tak ku ketahui siapa. Mereka sedang tertawa bersama.

Tawa romeo yang begitu ceria membuatku penasaran. Mereka sedang bercerita apa? Pertanyaan itu terputar di kepalaku.

Dengan langkah pelan dan senyum yang masih mengembang, aku berjalan kearah balik pohon tempat mereka. Dari sini, mereka pasti tidak akan melihatku yang menguping pembicaraan mereka karena pohon ini sangat lebar dan tinggi. Sayup-sayup aku mendengarkan pembicaraan mereka.

"Lawak!" Kata itu yang ku dengarkan pertama kali saat aku mulai menguping. Kata itu lalu disertai oleh tawa nyaring dari mereka.

"Eh, Romeo, lo gimana sama anak ipa 1 itu. Siapa namanya? Lollyy?" Ucap suara yang tidak kutahu siapa pemiliknya.

Aku merasakan keanehan saat aku mendengarkan namaku beserta kelasku di sebut. Dan setahuku pemilik nama itu hanya aku satu satunya.

Dengan sigap, ku pertajam pendengaranku.

"Iya rom. Lo sama dena masih pacaran kan?" Kata suara yang berbeda.

Dena?
Siapa dia?
Dan apa hubungan Dena denganku?
Kenapa mereka ?
Ada apa ini?

"Apaan sih ri. Gue mah cuma ngetest Lolly doang! Diakan suka tuh sama gue, tapi Dia terlalu agresif banget. Harus banget apa ngechat gue mulu? Sok bilang salah kirim. Padahal gak perlu kayak gitu juga gue tau dia suka sama gue. Dianya aja yang mau dekat-dekat bahkan mau sama gue. Apalagi pas kejadian yang gue ngasi botol dia. Kan lo tau gue kemarin gue masih pacaran sama dena."

Pernyataan Romeo dengan suara lantangnya mampu memperjelas semuanya. Memperjelas arti dari kebohongan yang ia perankan selama ini. Dan dia telah berhasil menjadi pemeran utama.

Kakiku melemas seketika. Jantungku seakan melompat dengan kasarnya. Udara terasa panas dan sesak.

Saat ini, tidak ada kata lain yang dapat aku katakan untuk mendeskripsikan segalanya. Namun satu hal yang ku tahu, Aku Hancur.

Kurasakan nafasku keluar secara terputus-putus. Air mataku mulai mengalir begitu saja tanpa kupinta. Aku merasakan seperti ada petir yang menyambar seluruh bagian tubuhku. Semua terasa kelu termasuk bagian hatiku. Hatiku terasa patah. Jantungku terasa sesak dan tak berfungsi.

Kuremas dadaku dan berharap ini hanya sebuah kebohongan. Tapi, apa bisa aku menyebut ini mimpi, jika aku mendengarnya secara jelas dan nyata?. Dan satu tamparan keras lagi bagiku bahwa ternyata romeo sekarang hanya mempermainkanku. Dia tidak benar-benar menyukaiku. Tatapan manisnya yang ia lakukan saat menatapku hanyalah tatapan merendahkan. Genggaman tangannya hanyalah sebuah tusukan.

Aku mencintainya dengan tulus tapi kenapa dia harus membuat semuanya menjadi pupus?

Tiba-tiba semua terputar tanpa ku pinta. Mulai sejak saat aku bertemu dengan romeo. Sampai saat kami menaiki bianglala dan memainkan permainan yang lain. Genggaman tangan. Pelukan hangat. Dan tatapannya kepadaku.

Mengapa ?.
Mengapa ?
Kenapa?

Hanya itu pertanyaan yang terus berputar di kepalaku. Namun aku sadar semua pertanyaan itu tak memiliki sebuah jawaban.

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang