Fiveteen : one month after you gone.

156 7 0
                                    

Sebulan telah berlalu. Sejak terakhir kali kami saling berbalas pesan. Saat kami saling menggenggam tangan. Saat kami saling menyapa. Saat kami tertawa bersama. Saat dia masih membalas senyumanku dengan senyum termanis. Dan juga SAAT aku mengetahui bahwa dia telah membohongiku dan menipuku. Tak terasa semua berlalu begitu cepat.

Memang, luka yang dia torehkan masih berbekas. Dan juga cinta ku yang masih ku pendam utuh untuknya. Semuanya masih nyata. Beberapa kali aku melihat ke kelasnya, tapi tidak pernah aku lihat dia yang seperti kemarin, yang duduk di depan kelasnya dengan kursi yang dia ambil dari dalam kelasnya.

Saat pulang sekolah, aku hanya bisa melihatnya telah pergi dengan motor atau mobil yang dia bawa. Selebihnya, dia seperti hilang dan tak tampak. Atau bisa di bilang dia semakin abstrak.

Kutatap langit-langit kamarku dengan perasaan campur anduk. Ku tarik nafasku dalam dan ku hembuskan dengan perlahan. Perasaan sesak kembali menyeruak. Ku ingat kembali memori-memori lama bersama-nya yang tidak bisa ku hapus begitu saja.

"Romeo, Sebulan sudah sejak terakhir kali percakapan kita. Kau pergi. Dan Kau pergi secara tiba-tiba. Jujur aku sangat sangat me-rin-du-kan mu.

Tolong kembalilah seperti dulu. Saat kau setiap pagi berdiri di depan kelas. Tersenyum tanpa arti,mengambil kursi untuk tempat kau duduk, menemuiku di bawah pohon, mengangarkan air mineral ke kelasku, bahkan saat kamu menatap sinis kearahku karena aku selalu berjalan berdua dengan Chris. Dan yang paling aku rindukan adalah saat dinana kamu menggengam tanganku sambil tersenyum. Bahkan jika boleh sedikit memberi tahu, Aku sudah mencintaimu sebelum insiden salah kirimku dan salah kirimMU.

Aku juga sudah mengagumimu sebelum kau mengembalikan botol minumku. Tolong. Aku hanya ingin di dengarkan. Aku ingin menggengam tanganmu. Membuatmu tertawa lepas. Dan aku ingin menjadi wanitamu yang kau sebut namanya di setiap kau berdoa kepada Tuhanmu.

Seharusnya aku yang ada di sampingmu. Bukan dia! Bukan dia yang pantas untuk kau perjuangkan. Kumohon lupakan dia sejenak dan ingatlah aku yang selalu berjuang disini.

Seharusnya jika kau tidak menginginkanku di hidupmu, sejak awal kau tidak perlu membalas pesanku yang terkesan bodoh. Hingga akhirnya aku terlalu bahagia, dan terlalu mengagumi sampai sejauh ini. Jujur ini menyakitkan. Aku ingin kau disinii. Temani aku. Duduklah di depanku dan tatap mataku.

Maaf jika aku menghapus semua pertemanan kita di semua sosial media. Aku hanya tidak ingin semakin menambah luka yang sudah besar. Walaupun aku tau, aku masih mencintaimu sampai saat ini." Aku membisikkan kata-kata itu dengan penuh haru. Aku tahu Romeo tidak akan mendengarkan kata-kataku, tapi setidaknya aku ingin angin membisikkan sedikit saja perasaanku malam itu kepadanya.

Kurasakan air mata mulai turun lagi dari mataku. Air mata itu selayaknya hujan, saat dia turun dia tidak akan pernah mau berhenti. Dia keluar sampai benar-benar ingin habis. Dan air mataku ini seperti hujan. Dia selalu keluar, tanpa permisi. Tanpa berniat berhenti.

Aku sudah berusaha melupakan semuanya. Tapi hatiku terlalu mencintainya.

Setiap hari aku hanya melihatnya bersama aurel semakin dekat. Aku hanya bisa pura-pura tertawa bersama temanku ketika melihat itu.

Mengapa aku yang menyukainya lebih dulu harus menahan rasa sakit karena tidak mendapatkannya? Sedangkan wanita lain yang tidak memperjuangkannya sepertiku bisa mendapatkannya lebih dulu dan lebih cepat?

Suara tangis mulai keluar dari mulutku. Ini sungguh menyakitkan untuk kembali ku ingat. Tapi, dia begitu nyata dan sulit dilupakan.

Ddddrrrrtttt

Kurasakan handphone bergetar dari atas nakasku. Ku hapus air mataku yang tadi mengalir deras. Ku ambil handphone dan mengubah posisiku yang semula berbaring menjadi duduk bersila. Ku buka kuncinya dan ku lihat siapa.

Ternyata ada line baru masuk. Dan itu dari chris.

"Lol? Besok lo mau kan nemanin gue? Pulang sekolah ke cafè? Ada menu cokelat baru yang dihidangin di cafè itu. Gue tau lo sukaaa banget coklat. Sekalian nenangin diri lo dari Romeo."

Kubaca pesan chris dengan cepat. Awalnya aku ingin menolak ajakan chris. Tapi, chris benar. Aku harus bangkit dari keterpurukanku. Aku harus sadar bahwa selama sebulan ini saja, romeo tidak mencariku.

Kubalas pesan tersebut dengan cepat kukatakan padanya aku bisa. Setelah membalas pesan itu, akupun segera berbaring lagi dan kuletakkan iphoneku ke atas nakas. Aku harus tidur sekarang. Besok aku harus siap melihat romeo lagi. Dan aku harus siap-siap patah hati lagi.

***

"Lol, hari ini lo ada acara gak?" Tanya tian saat kami sedang di kantin.

"Ada. Emang kenapa?" Tanyaku sambil menyeruput jus jeruk yang ku pesan tadi.

"Yahhh. Padahal gue mau ngajak lo bantu milihin kado buat nyokap gue yang lusa ultah." Jawab tian dengan raut muka menyesal.

"Yaelah. Masih lusa oiii. Bukan besokkk! Yaudah deh gue deluan ya. Ngantuk nihhh"

Setelah berkata begitu, akupun segera bangkit dari tempat ku duduk saat ini. Saat aku hendak berbalik ke arah pintu keluar. Tak sengaja aku menabrak seseorang. Refleks akupun berteriak dan menutup mataku.

Kurasakan sebuah tangan menarik tangan ku. Dan syukurlah aku tidak menjadi bahan tertawaan orang-orang di kantin saat ini karena tidak jadi terjatuh. Ku buka mataku dan ingin mengucapkan terima kasih kepada orang yang menangkapku.

Julian?  kakak kelasku ini ? Jadi dia yang menangkapku.

Dengan cepat aku membetulkan posisi ku berdiri. Pria belasteran mandarin ini menatapku aneh dari balik kacamatanya. Matanya yang segaris itu seperti menyorotkan tanda tanya besar. Kulitnya yang putih, dan badannya yang tegap tampak menarik di hadapanku.

Kurasakan lagi mata kami bertemu. Dan itu membuatku kikuk.

"Eh. Emmm. Ma...ka..sihh yaa, kak." kubalas tatapan anehnya dengan cicitan. Ku sertai dengan senyuman kikuk.

Setelah entah mendengar atau tidak cicitanku tadi, dia seperti angin pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa.

Aku terpaku menatap punggungnya yang mulai berjalan menjauhi posisiku. Meninggalkanku dengan ekspresi wajah terkaget-kaget.

"Eh Ly? Lo gak kenapa-kenapa kan? Ada yang lecet gak? Ihhh lo beruntung banget tabrakan sama julian. Senior basket sama futsal disekolah kita." Kulihat tian berdiri dengan wajah panik di depanku.

"Eh dia kelas 12 ipa kan? Ipa 1 ya?" Ku tanya lagi pada tian masalah julian.

"Iya Ly. Dia kan juara olimp diprovinsi loh. Qaqa kecehh sekolah kita."

"Hih! Gayanya songong!" aku menghentakkan kakiku ke lantai dan pergi begitu saja meninggalkan Tian.


***


TeeeettttttttttTeeeeettttt

Bel tanda pulang berdering kencang disertai teriakan 'Yess' yang panjang dari orang-orang yang sejak tadi telah menahan kantuk. Bahkan orang yang sudah tertidur saja terbangun seketika tanpa aba-aba sebelumnya.  Jam pelajaran terakhir kimia yang sejak tadi terasa horror kini berubah menjadi kegirangan karena mengetahui bahwa sudah saatnya pulang. Apalagi besok adalah hari minggu, libur yang menjajikan bagi para siswa sekolah menengah.

"Jadi kan Ly?" Tanya chris saat aku sedang merapikan buku-bukuku.

"Jadi kok chris. Tapiiii.... Gue piket kelas dulu ya. Kan hari ini lorong gue yang ngepel kelas." Kubalas chris dengan cengiran lebar tanda memohon.

"Yaudah. Gue tunggu di pintu ya."

Kulihat chris mulai berlalu pergi menuju pintu.

"Lol kita yang ngepel aja ya? Soalnya yang nyapu udh pas 4 orang?" Ku lihat yola membawa 2 alat pengepel dan menyodorkan salah-satunya kepadaku.

Kubalas yola dengan anggukan tanda mengerti. Segera ku letakkan tas ku ke atas kursi ku yang ada di atas meja.

Tapi... Saat aku sedang hendak berjalan kearah pintu kelas, jantungku berdetak sepuluh kali lebih cepat. Nafasku terasa tercekat. Pemandangan yang ada di hadapanku saat ini membuat hatiku kembali kelu.

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang