Langkahku terdengar pelan beradu dengan lantai lapangan basket sekolahku. Aku berjalan dengan kepala tertunduk, memperhatikan sepatuku yang padahal tidak memiliki daya tarik tersendiri.
Lapangan basket dan volley yang akan ku lewati adalah pemisah antara gerbang dengan ruang kelas baruku.
Ya. Hari ini adalah hari kedua aku menginjakkan kaki di kelas sebelas. Seperti tahun sebelumnya yang telah menetapkan jurusan sejak awal, aku tetap berada di kelas yang sama dan orang-orang yang sama. Aku tetap berada di IPA 1, atau yang sekarang disebut PMIPA 1.
Langkahku semakin cepat saat aku sudah melewati lapangan volley. Dengan langkah cepat juga aku berjalan melewati taman kelasku, dan segera masuk kedalam kelas.
Suasana kelas pagi ini sama seperti suasana semalam. Belum ada roster pelajaran dan oleh sebab itu semua orang berhak berbuat apa saja, asalkan bukan hal mesum di depan orang banyak.
"Lolly! Sinii buat dubsmash yuk. Gue udah down lagu dangdut meriang ituu lohhh." Suara dan tepukan diah mengagetkanku saat aku masih asik melamun.
"Ah elo masih pagi udah kumat aja. Nanyi aja deh gue mauu--"
"Kejendela? Helliii Lolly ini masih pagi dan lo mau nungguin tuh cow lagi? Yang ada mata lo tuh bisa keluar tau gak." Katanya memotong ucapanku. "Yaudah keleuss ikut guee nge-dub!" Kurasakan diah menarik tanganku dengan gaya centilnya kearah meja guru yang di keramatkan sebagai tempat terluas karena memiliki banyak ruang di sekitarnya untuk berkreasi. Termasuk melakukan kegiatan yoga seperti yang sering di lakukan Sandy di daerah itu.
"Eh Lol, lo udah dengar berita belumm?" Saat aku hendak duduk di bangku guru, tiba-tiba dona datang menghampiriku dengan mata melotot dan mulut ternganga.
"Apaan?"
"Guru sejarah kita bu Norma! Bu N-O-R-M-A!!" Kulihat bibirnya yang terkomat-kamit kedepan sambil mengejakan nama bu Norma pada setiap inci ejaan namanya.
"Udah pensiun dia." Kata Diah menyahut.
"Pensiun palalu gepeng! Orang gue denger sendiri kok. Guru terkiler itu masuk ke kelas kita dan mengajar dengan sepenuh hati dengan paksaan kerja rodi yang akan dia terapkan."
"Lebay lu ah! Kita lihat aja nanti pas udah keluar jadwal pelajaran." Kataku datar.
"Awas aja lu nanti nangis karena di suruh paduan suara karena remedial terus disuruh nyatet satu buku plus PR yang bejibun."
"Hahaha iyaiya Don. Yaudah gue mau nge-dub dulu nihh."
Kulihat wajah Dona yang cemberut sambil berlalu pergi. Ah terserahlah.
Lagu dangdut meriang mulai terputar. Sudah ada sekitar 30 kali take video kami lakukan dan jangan tanya bagaimana, bahkan saat kami sampai take ke 31, belum ada satu videopun yang kami rasa bagus dan kami simpan.
"Udah deh Ah. Mulut gue udah keram nih dari tadi nge-dub dan itu belum satupun yang ada bagus."
"Lollyyy... Gak ada yang cantik nihh. Liattt!!" Disodorkannya handphonenya yang memanas kearahku.
"Inimah emang elu nya yang jelek. Liat nih bibir lu aje lonyot lonyot gitu. Arhhh gue berhenti Ah. Lelah begetee." Aku berdiri dari kursi guru tempat aku duduk sejak tadi. Aku segera berjalan kearah kursiku. Aku baru saja ingat bahwa sejak aku sampai satu jam lalu, aku belum meletakkan tas ku ke tempat aku duduk.
Tak ku hiraukan panggilan diah yang berulang-ulang kalii sejak tadi. Dengan langkah ringan dan senyuman mengembang, aku berjalan kearah ujung deretan barisan tempat aku duduk. Jendela dengan kaca besar yang mengarah ke lapangan. Dan aku segera duduk di salah satu kursi kosong di depan jendela ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONENESS
Fiksi RemajaAku tak pernah merasakan apa arti CINTA. Yang aku tahu itu hanya sekumpulan bahagia sementara yang berakhir dengan sakit. Dia, orang yang ku perjuangkan. Tanpa kata. Tanpa banyak berucap. Aku hanya ingin dia. Walau aku tak pernah menatap matanya. Wa...