Six : for the first time in forever

92 7 0
                                    

Hari ini sudah hari senin. Namun botol kesayanganku belum juga ketemu. Mama sudah berulang kali marah dan menanyakan keberadaan botol tersebut setiap pagi.

Bahkan pagi ini saja mama sempat memberi ceramah padaku. Ceramah yang telah dia ulang beberapa kali.

"Kan mama udah bilang sama kamu itu botol minum kesayangan mama. Kenapa kamu bawa kesekolah? Pokoknya mama gak mau tahu. Nanti sore botol itu udah harus kamu temukan."

Aku hanya mengangguk pasrah. Telingaku sudah hampir mengeluarkan air karena suara mama yang sebesar auman harimau itu harus ku telan bersama sarapanku dalam beberapa hri ini.

Langkah ku terasa berat saat aku harus turun dari angkot pagi ini. Rasanya seperti neraka jika harus pulang nanti sore dengan tangan kosong.

Wajah mama tiba-tiba saja berubah menjadi seperti harimau di kepalaku. Mengerikan.

Tinnnnnn!!!!!

Suara klekson motor mengembalikan wajah mamaku dari harimau, kembali menjadi manusia seutuhnya.

Aku membalikkan badam kesal.

"Eh elu ternyata Lol. Masem amat muka lu kayak mangga muda?"

Aku melihat wajah Tian yang duduk di motornya dengan tatapan masam.

"Emak gue."

"Kenapa emak lo? Sporing? Kok bisa? Ga dapet jatah ya?"

Mataku melotot kesal kearahnya. Kupukul buku yang sejak tadi ku pegang kekepalanya.

"Aww." Rintihnya.

"Mulut lo kalau ngomong kadang nyosor aja yaa." Kataku kesal.

"Capek ngomong sama lo Ian. Lebih baik gue masuk aja deh."

Aku membalikkan badanku. Tak ku hiraukan suara klakson Tian yang berbunyi panjang sejak tadi. Aku menutup kupingku, tanda aku tak mau mendengar apa-apa lagi.

***

Sekarang sedang istirahat kedua. Aku tak bersemangat untuk tertawa bersama teman-temanku yang lain. Aku berusaha mengumpulkam nyawa untuk mendengarkan kembali amarah mamaku. Karena bahkan sampai saat ini aku belum melihat batang tutup dari tempat minumku itu.

March dan ivana sedang lari-lari sambil tertawa dengan kuatnya. Kulihat mereka dengan semangatnya keluar masuk kedalam kelas.

Aku yang sejak tadi hanya binggung menatap mereka merasa heran dengan tingkah mereka. Ditambah lagi teriakan ciee dari arah luar mendominasi suasana pada siang itu.

"Ada apa? Kok berisik?" Tanyaku heran kepada mereka.

"Ada tuh anak kelas sebelah. Nembak cewek hahah. Gokilll." Kata ivana sambil tertawa. Entah mengapa ada rasa aneh yang menyeruak di benakku. Rasa aneh yang bahkan tidak bisa ku jelaskan. Rasa binggung dicampur rasa sedih yang menyatu menjadi satu.

"Gue gak sabar nunggu pulang." Ujar dona lagi sambil memperhatikan aku sambil tersenyum.

Entahlah. Terserah mereka saja. Semua permasalahan terlalu sulit untuk ku satukan dan ku pikirkan saat ini. Cukup saja permasalahan mama nanti.

Bel masuk pun berbunyi. Dan sekarang adalah pelajaran matematika. Dan aku harus fokus karena ini adalah pelajaran yang menegangkan bulu kudukku

***

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang