"Makasih ya kak buat hari ini. Aku udah ngerasa lebih baik."
"Kamu jangan sedih lagi. Everything will be okay." Kulihat dia tersenyum kearahku dengan tulus. Aku membalasnya dengan anggukan. "Gue masuk dulu ya. Lo hati-hati di jalan." Aku melambaikan tanganku sebentar kearahnya dan segera berlari masuk kedalam rumah.
Aku segera berlari menaiki tangga dan segera masuk kedalam kamar. Setelah itu, aku segera menutup pintu kamarku dan menguncinya.
Aku duduk di balik bilik pintu kamarku. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku dan aku menangis. Aku benar-benar tidak bisa menahan rasa sakit ini. Chris memang benar-benar mampu melumpuhkan segalanya.
Aku meremas dadaku yang terasa sakit dan sesak. Berharap jemariku mampu menembus hingga ke jantungku dan mampu menutupi luka yang tersayat lebar. Walau aku tahu itu tidak akan mungkin. Karena siapalah aku? Aku hanya wanita biasa yang selalu mengharapkan balasan cinta. Aku hanya berharap seseorang datang dan memberi suatu hal sederhana yang mampu membuatku merasakan balasan perasaan. Dan merasa di mengerti.
Aku memang tidak tahu sejak kapan perasaan ini tumbuh. Tapi yang kutahu ini memang sebuah cinta yang ada dan nyata. Namun tanpa kusadari, Keyra membuat semua berakhir tragis. Dia memberi sebuah kiamat bagiku. Dia mengubah semua kebahagiaan menjadi sebuah kesengsaraan yang menyakitkan bagiku. Aku sungguh tidak tahu lagi harus berbuat apa. Aku hanya bisa berharap semoga saja yang terjadi hari ini hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan menjadi nyata.
***
Aku terbangun dengan kedua mata yang menyipit bengkak dan suara yang menyerak akibat tangisanku tadi malam. Aku memutuskan pergi sekolah dengan menggunakan masker berwarna abu-abu yang biasanya aku siapkan untuk musim kemarau. Ku kenakan masker tersebut agar menutupi wajahku yang tampak kacau. Ditambah lagi hari ini kami kemungkinan besar tidak akan belajar selama satu harian. Jadi mungkin saja jika hari ini aku tidak akan berada di kelas.
Aku terdiam selama didalam mobil. Tampaknya papa juga tahu jika moodku sedang tidak baik. Papa juga memutuskan untuk tidak memulai percakapan diantara kami.
"Udah sampai, dek."
Aku hendak membuka pintu saat kulihat papa meminggirkan mobil kearah gerbang sekolah. "Kamu yakin masih mau sekolah? Mata kamu bengkak banget loh dek. Kalau kamu mau, kamu masih bisa berubah pikiran sekarang." Aku menggeleng pelan kearah papa. "Iya pa. aku yakin kok. Masa gara-gara ini aja aku jadi enggak sekolah. Yaudah deh, pa. aku masuk dulu ya. Daa" kulambaikan tanganku saat aku hendah turun dari mobil.
Setelah turun, aku memutuskan untuk berjalan cepat saja menuju kelasku yang berada di belakang pos ini. Namun sialnya aku pagi ini. Di depan gerbang, aku berpapasan dengan Keyra dan Chris yang sedang berjalan beriringan. Mataku membulat kaget melihat pemandangan yang aneh ini. Kulihat mereka juga tampak kaget melihatku. Mereka menghentikan langkah dan mulai berjauhan beberapa senti.
Namun, tanpa kusadari air mataku sudah ada di pelupuk mata. Aku terpaksa menundukkan kepala agar mereka tidak melihat wajahku yang tampak kacau. Dan aku segera berjalan melewati mereka dengan langkah sangat cepat.
Dan aku harus benar-benar siap. Aku harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi hari ini.
***
"Woi udah belum? Lama amat sih ngapain sihh? Bosen nih berdiri di depan mulu! Mau ngambil bola nih!" teriakan Rafael terdengar keras dan kencang. Membuat kami saling berhadapan satu sama lain. Apalagi aku dan Angel yang sedang berjalan kearah pintu. "Masuk aja kaleee." Pekik Angel saat kami sudah berada di luar.
"Ngel? Kita ngapain sih kelapangan?" aku bertanya heran kearah Angel yang berdiri tepat di sebelahku. "Katanyaaaaaa ada acara gituuu." Katanya sambil berlogat sok manis. Akupun mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONENESS
Novela JuvenilAku tak pernah merasakan apa arti CINTA. Yang aku tahu itu hanya sekumpulan bahagia sementara yang berakhir dengan sakit. Dia, orang yang ku perjuangkan. Tanpa kata. Tanpa banyak berucap. Aku hanya ingin dia. Walau aku tak pernah menatap matanya. Wa...