Thirtieth : A big problem.

47 5 1
                                    

"Mama mau nyusul oma ke pekan baru sayang. Jadi mama harus buru-buru." Kata mama dengan nada khawatir sambil memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

"Loh? Emang oma kenapa ma? Kan ada tante rita sih ma di sana? Tante yang lain kan juga ada kan ma? Jadi mama kok harus pergi? Nanti siapa yang ngawanin loly ke acara minggu depan?" Tanyaku dengan nada manja.

"Emang ada banyak keluarga kita disana. Tapi ini beda sayang. Oma kemarin jatuh di depan rumah tante kamu. Dan sekarang oma koma. Mama harus kesana." Ditatap mama mataku begitu dalam.

"Yaudah deh ma. Semoga oma cepat sembuh ya. Oh ya tiket pesawat mama udah?" Tanyaku memastikan.

"Udah sayang. Mama berangkat dulu ya. Papa udah nunggu di bawah. Kamu jangan lama bangun ya. Jangan berantem kalian. Jangan buat marah. Mama pergi." Kata mama sambil mencium keningku. Dan setelah itu mama berlalu pergi meninggalkan aku yang masih binggung.

"Oma jatuh? Semoga oma sembuh deh." Kuucapkan doa tulus untuk oma.

Kulangkahkan kakiku menaiki tangga. Aku ingin tidur hari ini. Aku lelah.

***

"Lollyyyyy!!! Ayo turun. Makan malam." Ku dengar teriakan papa dari bawah saat aku sedang mengerjakan tugas ku dikamar.

Ku hentikan kegiatanku. Segera aku turun ke bawah. Kulihat papa, kak elvi, dan adrian telah memulai dinner.

"Pa? Mama kapan pulang? Udah hampir seminggu nih. Masa belum pulang-pulang? Besok udah hari minggu loh pa. Terus senin kan imlek?" Tanyaku disela-sela makan kami.

"Oma mau diurus rawat disini. Soalnya oma belum sadar-sadar." Jawab papa.

"Emang oma kok bisa jatuh sih pa? Aneh tau gak." Sekarang giliran kak elvi yang bertanya.

"Makan dulu! Nanti baru cerita!" Kata kak adrian kasar.

"Iya makan dulu. Nanti kalau mau cerita, boleh." Tambah papa lagi.

***

Setelah makan, kulangkahkan kakiku menuju ke kamar. Bersama kak elvi aku naik ke atas agar istirahat.

"Gue masuk ya. Daaa." Kataku pada kak elvi. Dengan cepat kututup pintu kamarku. Ku matikan lampu dan akupun tidur.

***

Dor dor dor

Suara gedoran pintu kamar membuat mataku mengerjap beberapa kali. Rasa kantuk masih membuncak di otakku. Siapa sih ini?!

Kulihat jam weker di nakasku. Pukul 03.00 pagi! Siapa?!

Dor dor dor

"Loly! Banguuuunnn!!!!" Ku dengarkan suara papa dari luar kamarku.

Kududukkan badanku sejenak sambil mengucek mataku. Setelah yakin tenagaku sudah pulih, Dengan cepat aku melangkahkan kakiku ke pintu. Takut jika nanti papa merusak pintuku.

Kubuka pintu kamarku sambil mengucek mataku. Penglihatanku masih kabur. Mungkin karena belek ku yang masih berproduksi.

"Apa pa?" Tanyaku malas.

"Oma lol! Oma!" Mendengar nada papa yang serius dan khawatir membuatku kembali ke dunia nyata.

"Oma? Oma kenapa?!" Tanyaku tak kalah khawatir dan kaget. Aku tak tahu aku harus berkata apa. Aku benar-benar panik.

"Oma udah gaada loly! Oma--- oma udah pergi." Kata papa menahan air mata.

"Ah papa jangan bercanda! Gak pa enggak. Oma gak mungkinn..." Kugelengkan kepala ku kuat.

Aku tidak percaya! Tidak!

"Kamu turun dulu ke bawah. Kakak kamu udah di bawah semua. Papa ke bawah dulu. Nanti kita ceritain lagi. Sekarang papa mau kabarin yang lain."

Kulihat papa mulai pergi menuruni tangga.  Meninggalkan aku dengan sejuta rasa yang aku tidak tau. Aku. Aku. Aku seperti dihempaskan.

Kurasakan air mataku mulai turun. Kakiku melemas. Aku meringsut jatuh. Jantungku berdetak seperti ingin keluar. Nafasku tercekat.

Oma? Oma?! Benarkah Oma sudah....?!

Tidak! Tidak! Ini mana mungkin!

Kugelengkan kepalaku kuat. Kututup mulutku. Rasa kaget masih ada. Bahkan seperti ada petir menyambar otakku.

Tanggis ku pecah. Nafasku memburu. Kenapa oma pergi saat aku belum mengucapkan kata maaf? Kenapa oma pergi saat aku masih membenci oma yang menurutku cerewet?

Seketika seklebat memori tentang oma terputar. Oma yang lebih menyayangi kak elvi. Oma yang selalu berkata bahwa aku yang selalu salah. Oma yang benci melihat ku mengabaikannya. Oma yang tidak mau aku salam saat dia datang. Oma yang.... Oma yang..... Oh Tuhan!!! Omakuuu!!!!!

Dan tanpa ku sadari, seketika semua gelap.

***

Hari ini hari ketiga aku tidak sekolah. Aku izin selama tiga hari. Pemakaman oma di laksanakan hari ini. Kami menunggu keluarga jauh sehingga pemakaman lama di laksanakan. Hatiku masih terasa patah dan hancur. Saudaraku sudah datang dan memberiku kata-kata semangat.

Dan mama? Mama tampak kacau sekali. Mama selalu menanggis memanggil oma. Seakan-akan mamaku belum ikhlas melepas oma. Seakan-akan ini adalah mimpi buruk baginya, dan mimpi ini seakan membuatnya sulit bangun. Tanggis mama terdengar pilu dan menyayat. Sampai-sampai aku tak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan mama.

"Ada kata-kata terakhir dari cucu?" Tanya pamanku saat acara keluarga pagi ini.

"Kamu sayang." Kata mama kepadaku.

Kuraih mic dari pamanku. Kutarik nafasku untuk menenangkan diri. Dengan kekuatan yang kumiliki, ku pandang oma yang tersenyum di dalam peti. Ku ucapkan kata-kataku.

"Oma---" kurasakan nafasku tercekat. Air mataku keluar. Kurasakan tangan papa merangkulku.

"Oma, loly minta maaf sama oma. Dulu loly pikir oma lebih sayang kak elvi dari pada loly. Dar dulu oma selalu bilang loly bandel." Kurasakan nafasku terasa sesak.

"Maafin loly yang benci sama oma. Maafin loly yang keras kepala. Loly... Loly pengen oma balik. Walau loly tau gak mungkin. Tapi loly gak suka ngelihat semua orang nanggis. Loly---" kuserahkan mic ku kepada pamanku lagi.

Tangisku pecah. Pelukan papa tak membuatku tenang. Aku, aku benci diriku. Aku. MENYESAL.

***

ALONENESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang