Prolog

28.8K 1.6K 30
                                    

Blam!
Pintu tertutup karena angin kencang dan timbul suara yang memekakkan gendang telinga. Tepat setelah gadis bersepatu converse melangkahkan kakinya keluar dari ruangan berplakat 'XI MIA 2' itu.

Rambutnya yang dikuncir rapi sesekali berterbangan karena ditiup angin. Untung saja rok abu-abunya tak ikut tersingkap.

Tik. Tik. Tik.
Rintikan air mulai turun dari atas langit. Ia mendengus kesal. Telapak tangan miliknya ia tengadahkan. Memastikan apakah hujan siang ini deras atau tidak.

Jawabannya tidak. Hujan hanya turun sedikitㅡyang jika seseorang lewat tak akan basah kuyub. Singkatnya, gerimis. Gadis itu mengucap puji syukur di dalam hati. Ia bersyukur karena tak akan basah kuyub untuk mencapai tempat tujuannya. Tempat tujuan yang akan dicapainya adalah perpustakaan. Setelah ketua kelas mengumumkan bahwa guru biologi tidak masuk tadi, perempuan itu langsung bergegas. Untuk mencapai perpustakaan, maka dia harus melewati lapangan basket yang tidak beratap. Itu artinya, jika hujan deras ia pasti akan basah kuyub. Atau mungkin juga ia akan mengurungkan niatnya untuk pergi ke perpustakaan.

Drap. Drap. Drap.
Gadis itu berlari melewati lapangan basket. Kaki jenjangnyaㅡyang hanya tertutup rok sampai bagian pahaㅡdilangkahkan lebar-lebar. Ia ingin cepat sampai. Dan ...

Hap!
Akhirnya ia sampai juga di depan perpustakaan SMA Nusantara. Napasnya tersengal-sengal. Dia memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya. Tangan mungilnya kemudian menyeka keringat yang keluar dari pori-pori dahi.

Tanpa berlama-lama lagi, ia memasukki ruangan berpintu kaca itu.

"Lho? Aalea? Kok kesini? Ini kan bukan jam istirahat. Free class, ya?" tanya Bu Mauriㅡguru penjaga perpustakaan.

Ya. Aalea. Gadis yang mati-matian berlari untuk mencapai perpustakaan itu namanya Aalea. Aaleasha Cleonna.

"Iya, Bu," jawabnya.

Kemudian Aalea menuju deret rak yang memuat buku-buku pelajaran. Matanya dengan jeli mencari-cari kolom dengan tulisan 'Kimia'. Tangannya kemudian bergerilya di kolom itu dan berhenti di sebuah buku bersampul kuning.

Akhirnya ketemu! Desisnya dalam hati. Aalea girang. Akhirnya ia punya juga kesempatan untuk meminjam buku 'Kamus Istilah Kimia' itu. Aalea setidaknya harus mondar-mandir ke perpustakaan selama seminggu ini untuk memastikan apakah buku kamus yang sedang ia pandang itu bisa ia pinjam. Maklum, buku ini harganya terbilang cukup mahal sehingga para siswa memilih untum meminjam ke perpustakaan saat mereka butuh.

Greb!
Aalea menggenggam erat buku kuning itu dan berusaha menariknya keluar dari rak buku. Namun ...

Ternyata bukan hanya Aalea yang menginginkan buku itu. Seseorang di rak bagian sana juga menginginkannya. Dan sialnya, buku itu adalah satu-satunya.

"Sorry, tapi gue duluan," katanya lembut.

Aalea mengerutkan dahinya kesal. Ia tak rela jika harus mengalah pada seseorang yang wajahnya hanya bisa Aalea lihat secara samar-samar karena tertutup deretan buku. Tidak! Kali ini Aalea tak mau mengalah. Ia tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk meminjam buku ini. Tugas telah menantinya.

"Enggak! Gue duluan!" Aalea keukeuh.

"Please. Gue lagi butuh, nih. Bentar aja. Nanti pas jam pulang sekolah gue balikin buku ini dan lo bisa minjem," ucapnya.

Aalea tak tau pasti siapa lawan bicaranya itu. Secara, wajahnya saja tak bisa Aalea lihat dengan jelas. Tapi yang jelas, Aalea gatal sekali untuk meninju laki-laki itu. Laki-laki? Ya, laki-laki. Dari suaranya, Aalea bisa menyimpulkan.

"Gue juga lagi butuh! Lo kira ini perpustakaan punya bapak lo?" Aalea sewot.

"Aalea!" panggil seorang guru brewokan. Itu guru kimia. Pak Indra namanya. Guru dengan image seram karena kumis dan brewoknya itu.

"Pagi, Pak!" sapa Aalea.

Pak Indra selalu ramah pada Aalea. Namun entah kenapa detik ini Pak Indra memincingkan matanya. Tak lupa, ia juga berkacak pinggang. Menambah nuansa tegang yang sudah ada.

"Kamu ngalah sama Arjuna! Dia itu mau olimpiade minggu depan! Lagian kamu kan anak olimpiade fisika. Harusnya kamu sibuk belajar fisika bukannya malah nyari buku kimia! Sedangkan Arjuna kan anak olimpiade kimia dan dia lebih butuh itu dari pada kamu!" ujarnya.

Apa? Arjuna?
Aalea segera melepaskan tangannya dari buku kuning itu. Seakan jijik akan sesuatu.

"Ya udah, Pak. Saya permisi," pamit Aalea seraya memutar badannya.

Aalea bukan manusia dengan tipe pengalah. Tapi ia mengalah. Karena apa? Karena lawannya kali ini adalah Arjuna. Seorang Arjuna Dirga Cakrawala. Dan Aalea benci itu.

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang