25. Tutor

11.5K 857 70
                                    

Gadis yang seragam sekolahnya sudah bau kena keringat itu masih menganga tak percaya. Pemuda di hadapannya baru saja membuat nyawanya melayang entah kemana karena terkejut. Bagaimana tidak, ia ditarik secara paksa oleh seseorang ke dalam mobil. Di samping keterkejutannya, ia bersyukur. Bersyukur karena pemuda yang menariknya adalah Arjuna. Bukan orang lain.

Arjuna segera memacu mobilnya. Entah sejak kapan ia mengganti mobil, yang jeas mobil ini belum pernah Aalea lihat sebelumnya.

"Kaget gue. Kirain siapa. Mobilnya lain, sih," ucap Aalea.

Arjuna hanya terkekeh geli.

"Abisnya kalau pakai mobil yang biasanya kan anak-anak tau itu mobil gue. Gue kan mau ngajakin lo jalan. Jadi gak mungkin pakai mobil itu," papar Arjuna.

Ya, jangan lupakan kesepakatan tentang 'tak saling kenal di sekolah'. Aalea tak akan melupakannya dan Arjuna bukanlah tipe orang yang mudah melupakan sesuatu.

"Kita mau kemana?" cicit Aalea.

"Ada deh," singkat Arjuna sok misterius.

Aalea pasrah. Sejujurnya ia tak terlalu peduli mau dibawa kemana. Toh tak akan ada yang mencarinya dan menyuruhnya untuk cepat pulang ke rumah, kan?

Gadis itu menatap keluar jendela. Mulai dari pepohonan rindang sampai jejeran rumah-rumah yang berhimpitan. Semua ia perhatikan. Sampai akhirnya mobil warna abu-abu metalik milik Arjuna berhenti di sebuah toko buku besar.

Aalea ingat, ia pernah ke sini sebelumnya bersama sang ayah. Dan kali ini ia kembali. Tak bersama sang ayah, namun bersama Arjuna.

Aalea mengekor di belakang Arjuna persis seperti anak itik yang terus mengikuti induknya. Sesekali ia melihat hamparan rak buku dengan sampul warna-warni yang menyejukkan mata.

"Ambil gih buku yang lo suka. Gue traktir. Itung-itung makasih karena lo udah mau jaga rahasia gue," kata Arjuna.

Gadis bertas ransel itu menggeleng. Tak ada buku yang ingin ia beli.

"Gue lagi nggak butuh buku. Buku-buku pelajaran gue udah lengkap," tolak Aalea halus.

Arjuna tertawa hambar. Entah apa yang ada di pikirannya, Aalea pun tak tau.

"Kayaknya gue emang bener, deh. Lo nggak tau caranya seneng-seneng," desis Arjuna.

Pemuda bermata kelam itu menunjuk rak yang ada di ujung depan sana. Aalea menolehkan kepalanya mengikuti arah yang Arjuna buat.

Di sana ... berdirilah sebuah rak buku dengan gagahnya. Rak itu berisi deretan buku-buku best seller berkategori fiksi. Bisa dibilang, novel.

"Beli novel, gih. Jangan buku pelajaran mulu."

Aalea menggeleng. Lagi.

"Baca novel itu nggak penting. Nggak keluar di ulangan."

Arjuna berdecak. Pemuda itu berjalan menuju rak yang tadi ia tunjuk dan mengambil sebuah buku dari sana.

"Nih. Coba baca nanti."

Aalea kukuh dengan pendiriannya. Gadis itu menolak buku yang disodorkan Arjuna.

"Nggak mau. Gue udah bilang itu nggak penting, Jun."

"Dengerin gue, Aal. Emangnya ... segala sesuatu di dunia ini cuma tentang sekolah dan tetek bengeknya itu? Banyak pelajaran yang bisa kita dapetin di luar sekolah kok. Ya misalnya aja dari novel ini. Ada pelajaran hidup yang nggak bisa lo dapetin di sekolah. Terus gue mau nanya, emangnya kalau nilai lo selalu bagus, lo bisa jamin hidup lo bakal bahagia?" jelas Arjuna panjang lebar dan diakhiri sebuah pertanyaan.

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang