20. Kebohongan

11.4K 909 13
                                    

Gadis berambut hitam itu diam di atas ranjang. Berusaha sebisa mungkin untuk tak membuat gerakan yang menimbulkan bunyi. Ini hal tersulit yang pernah ia lakukan. Sampai-sampai saat ini ia merasa napasnya saja berisik.

"Hahaha. Maaf lah, Mas. Tadi lama buka pintu soalnya lagi belajar. Jadi fokus gitu."

Sayup-sayup terdengar. Suara dua orang manusia yang sedang berbincang-bincang. Sesekali mereka tertawa. Walau terselip setitik nada gugup pada suara salah satunya. Itu suara merekaㅡArjuna dan Robian. Penyebab Aalea meringkuk di ranjangnya detik ini.

Robian tiba-tiba saja datang tanpa pemberitahuan. Dan Arjuna pun menyuruh Aalea untuk bersembunyi di kamarnya. Sekarang, hal itu tak lagi penting untuk Aalea. Ada satu hal yang menyangkut di kepalanya. Yaitu ... kok Arjuna sama Kak Robian kelihatannya akrab banget?

Aalea ingin sekali menanyakan hal itu pada Arjuna nanti. Iya, nanti. Setelah keadaan aman terkendali.

Bukan hanya Aalea yang berjuang malam ini. Ada seseorang lain yang ikut berjuang di bawah sanaㅡArjuna. Berjuang agar sang kakakㅡRobianㅡtak melihat sosok Aalea dan menangkap basah bahwa adiknya tinggal dengan seorang perempuan.

"Gue malem ini nginep di sini, ya, Jun?" Robian meminta ijin.

Arjuna membelalakkan matanya. Biasanya ia akan langsung menanggapi dengan anggukan atau dengan sebuah kata yang terdiri dari huruf Y dan Aㅡya. Tapi kali ini tak bisa. Kau tau alasannya, bukan?

Arjuna harus menolak keinginan kakaknya. Tentu ia harus mengatakan sebuah alasan yang masuk akal.

"J-jangan, Mas!" ujar Arjuna.

"Lho? Kenapa? Semenjak balik dari Inggris kan gue belum pernah nginep di sini," tanya Robian menaikkan alis kanannya. Mantan anggota paskibraka nasional itu tak biasanya melihat adiknya bersikap seperti ini. Malah biasanya sang adik sangat senang jika ia ijin mau menginap.

"I-itu ... b-besok gue mesti latihan manah pagi-pagi gitu di lapangan!" kilah Arjuna.

Robian memukul pelan kepala Arjuna. Seakan berusaha menyadarkan pemuda itu pada kenyataan. Ya, kenyataan. Kenyataan bahwa ia tak bisa berbohong.

"Lo bohong. Mata lo ngasih tau. Bego!" decak Robian.

Robian tak tau alasan mengapa Arjuna tak mengijinkannya untuk menginap kali ini. Tapi ... ia tau bahwa adiknya pasti punya alasan di balik semua itu.

"Ya udah kalau gue nggak boleh nginep. Fine. Gue tau lo pasti punya alasan. Gak papa. Tapi gue mau ngerasain tidur di kamar bentar. Kangen gue sama kamar tamu di rumah lo ini."

Lagi. Mata Arjuna terbelalak untuk kedua kalinya dalam waktu berdekatan. Tidak. Ia tak bisa tinggal diam. Bisa-bisa keberadaan Aalea ketahuan.

Tap. Tap. Tap.
Robian menapaki anak tangga. Sorot matanya lurus menyongsong ke depan. Arjuna panik tak karuan. Ini pertama kalinya ia merasakan hal yang luar biasa seperti ini.

"Mas!" seru Arjuna setengah memekik. Membuat Robian menghentikan langkahnya karena terkejut.

"Ada apa, sih, Jun? Lo aneh banget, tau!" Robian heran. Terpancar sebuah kekesalan di matanya.

Arjuna diam. Jika diteruskan, ia tau Robian akan benar-benar meledak. Dan ... Arjuna tak ingin hal itu terjadi. Tapi di sisi lain, ia juga tak ingin Aalea tertangkap basah tinggal di rumahnya. Jadi bagaimana?

Robian melanjutkan langkahnya. Kini Arjuna tak lagi bisa mencegahnya. Yang bisa ia lakukan hanya berdoa. Memohon agar sesuatu berjalan sesuai harapannya. Pemuda itu mengekor Robian. Naik ke atas dan menuju kamar tamu yang sekarang telah jadi kamar Aalea.

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang