Berulang kali Aalea menggigit ujung pensilnyaㅡkebiasaannya saat merasa kesusahan dalam mengerjakan soal. Aalea tak suka fisika. Sangat tak suka. Ia ratusan persen lebih suka pada kimia. Sesungguhnya Aalea ingin mewakili sekolah untuk olimpiade kimia. Tapi masalahnya, Arjuna juga meminati pelajaran itu. Peserta olimpiade yang mewakili SMA Nusantara dipilih melalui tes saat di kelas sepuluh. Aalea mengikuti tes kimia. Namun nilainya tepat di bawah Arjuna. Dan akhirnya, Arjuna yang dipilih.
Sialnya lagi, Arjuna malah menyarankan pada Pak Danu untuk memilih Aalea sebagai perwakilan SMA Nusantara dalam olimpiade fisika. Kutekankan lagi, Arjuna yang menyarankannya! Satu alasan lain yang membuat Aalea benci Arjuna.
"Ck!" tanpa sadar Aalea berdecak. Soal di hadapannya sungguh rumit. Membuat isi otaknya ruwet. Mirip benang layangan yang nyangkut di tiang listrik.
Arjuna yang mendengar decakan Aalea pun mengalihkan pandangannya dari kertas soal.
"Mau dibantu?" tanya Arjuna lemah lembut.
Aalea tersenyum sinis. Ia begitu muak melihat pemuda di hadapannya. Sok baik! Begitu pemikiran Aalea.
"Enggak. Makasih!"
Arjuna mengangguk. Tawarannya ditolak mentah-mentah oleh si peringkat dua.
Arjuna kembali menatap soal kimia miliknya. Tersisa satu soal lagi yang perlu ia jawab. Padahal waktu tes baru berjalan sepuluh menit. Dan total soal adalah lima puluh buah. Cepat, bukan? Dengan tingkat IQ-nya yang menyentuh angka 150 itu, soal-soal di hadapannya bukanlah hal sulit. Berbeda dengan Aalea yang baru bisa mengerjakan sepuluh soal. Ya memang sih berbeda antara kimia dan fisika, tapi tetap saja Aalea kalah jauh dari Arjuna.
"Gue duluan, ya?" pamit Arjuna dengan senyumannya yang menawan bak pangeran berkuda putih di cerita-cerita dongeng. Bukannya terpesona, Aalea malah ingin muntah. Bagi Aalea, Arjuna hanya seorang laki-laki yang memakai topeng untuk menutupi segala kebusukannya. Aalea tak tau pasti, tapi yang jelas menurutnya Arjuna pasti memiliki keburukan di balik sikapnya yang selalu sempurna itu.
Arjuna bergegas. Meninggalkan Aalea yang tak menghiraukannya.
...
Jeb!
Anak panah yang dilontarkan seorang laki-laki berambut messy tepat mengenai sasaran. Manik mata cokelatnya fokus menatap pada satu titik. Tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya penuh kagum."Bagus, Arjuna!" ujar Pak Kuncoroㅡpelatih Arjuna.
Arjuna tersenyum kemudian meletakkan busur panahnya yang berwarna hitam. Arjuna duduk dan mengelap wajah serta lehernya yang berkeringat. Siswi-siswi SMA Nusantara yang sedari tadi melihat Arjuna, kini histeris. Menurut mereka, Arjuna terlihat seksi. Dengan balutan sleeveless shirt warna hitam dan celana olahraga selutut berwarna senada. Belum lagi rambutnya yang basah dan kulit putihnya yang mengkilap karena keringat. Benar-benar pemandangan indah bagi kaum hawa.
"Nih." seorang perempuan menyodorkan sebotol air mineral pada Arjuna. Arjuna menatap perempuan itu dan ia tersenyum.
"Makasih, Ra," ucap Arjuna seraya menerima air mineral itu.
Arjuna meneguk air mineral itu hingga tersisa setengah botol. Arjuna memang haus. Konsentrasi pada sasaran memang membutuhkan banyak energi.
"Fans kamu pada nungguin tuh," ledek perempuan yang dipanggil 'Ra' itu.
Arjuna tertawa hingga matanya menyipit.
"Fans apaan, sih? Aku kan bukan artis, Ra. Oh iya, kok kamu nggak latihan, sih?" tanya Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenfictale #1: Prince Charming Next Room
Teen FictionArjuna adalah pangeran sekolah yang dicap serba sempurna. Tampan, kaya, cerdas, dan bebas. Empat komposisi untuk kehidupan bahagia. Berbanding terbalik dengan Aalea. Gadis sederhana yang hidupnya penuh tekanan gara-gara Arjuna. Karena Arjuna, Aalea...