7. Guru Baru

12.7K 1K 13
                                    

Cup!
Aalea mengecup punggung tangan ayahnya yang ada di atas motor. Sang ayah melambaikan tangan. Seakan memberikan semangat pada putri semata wayangnya itu. Respon Aalea adalah sebuah senyuman tipis. Senyuman yang baginya adalah bentuk rasa syukur karena memiliki ayah yang sangat menyanyanginya.

Gadis dengan nama berinisial A itu melangkah. Menyusuri gerbang yang dipadati murid-murid lain. Tangannya memegang ujung tali tas ranselnya. Menghilangkan rasa tidak nyamannya. Tidak nyaman? Ya, tidak nyaman. Aalea kurang nyaman berada di keramaian seperti pagi ini. Biasanya Aalea akan datang lebih pagi untuk menghindari keramaian. Tapi kali ini, jalanan begitu macet dan membuat Aalea mau tak mau harus menahan rasa tidak nyamannya.

Berbeda dengan Aalea yang merasa kurang nyaman, murid-murid lain menginjakkan kakinya di sekolah dengan wajah penuh keceriaan. Wajar saja, ini hari sabtu. Hari dimana pelajaran tidak sepadat hari biasa. Hari sabtu hanya diisi oleh kegiatan ekstrakulikuler dan pelajaran lintas minat. Bisa santai, itulah alasan mereka memasang tampang ceria. Sebenarnya Aalea juga suka dengan yang namanya hari sabtu. Ia suka mengikuti kelas lintas minat yang ia pilihㅡekonomi. Bukan karena materi pelajarannya yang mudah. Namun karena di kelas ini lah satu-satunya tempat dimana Aalea tak akan dibandingkan dengan yang namanya Arjuna.

Puk!
Seseorang menepuk bahu Aalea cukup kuat. Aalea tau benar siapa yang melakukan hal itu padanya. Jaslyn. Memang dia. Jaslyn terkekeh kecil sebelum akhirnya merangkul Aalea.

"Eh Aal, katanya ada guru baru," ucap Jaslyn.

Aalea bersikap seolah-olah ia tuli. Berita yang diucapkan terdengar tidak penting baginya. Mungkin Aalea akan senang jika berita yang dibawa Jaslyn adalah kesengsaraan Arjuna seperti beberapa hari yang lalu.

"Ih Aalea! Selalu aja gue dikacangin. Gue lagi serius lho!" ujar Jaslyn.

"Iya, iya! Gue dengerin kok!"

Jaslyn tersenyum penuh kemenangan. Bukannya Aalea berniat mendengarkan Jaslyn. Namun Aalea hanya tak ingin teman sebangkunya itu marah karena diabaikan.

"Guru kelas lintas minat ekonomi pensiun dua hari lalu. Jadi, dia diganti sama guru baru. Dan lo tau? Guru barunya ganteng maksimal! Lulusan Oxford pula!" seru Jaslyn.

"Apa? Guru kelas lintas minat ekonomi?"

Aalea mulai tertarik. Bukan karena tampan atau karena lulusan Oxford University. Tapi karena Aalea merupakan salah satu murid di kelas lintas minat ekonomi. Aalea tau bahwa guru sebelumnyaㅡPak Burhanㅡmemang sudah tua. Bahkan uban tak lagi bisa disembunyikan. Hanya saja Aalea tak tau jika Pak Burhan pensiun dua hari lalu.

"Gue jadi pengen masuk kelas lintas minat ekonomi. Enak banget lo hari ini diajar guru baru," desis Jaslyn.

Aalea menggeleng. Jaslyn masih belum berubah sejak pertama kali mereka berkenalan. Jaslyn masih saja terobsesi dengan yang namanya 'Cogan' alias 'Cowok Ganteng'.

"Ya udah, masuk aja kelas ekonomi kalau lo emang pingin lihat guru itu," ucap Aalea singkat.

Jaslyn menggeleng. Gadis yang bergabung dengan kelas lintas minat sosiologi itu sadar diri.

"Enggak. Dari senin sampai jumat udah penuh sama kimia, fisika, matematika, biologi. Otak gue udah gak kuat buat ikut kelas ekonomi," katanya melas.

...

Jarum jam menunjukkan pukul 06.55 waktu indonesia bagian barat. Artinya, sisa lima menit sebelum pelajaran lintas minat dimulai.

Kelas makin penuh. Tentu komposisi kelas berbeda dari hari biasanya. Seperti di sekolah lain, kelas lintas minat siswanya random. Mulai dari XI MIA 1 sampai XI MIA 6 semuanya bebas mengikuti kelas jika berminat.

Aalea bukan satu-satunya dari XI MIA 2. Aalea juga bukan baru sehari dua hari mengikuti kelas lintas minat ini. Tapi ia tetap sendirian. Sebelah bangkunya kosongㅡseperti biasa. Sifatnya yang introvert membuat orang sulit untuk mengenal dan mendekati Aalea. Gadis itu tak peduli. Ia sudah terlalu nyaman dengan keadaannya selama ini.

"Selamat pagi."

Sapaan dari luar membuat segala aktivitas terhenti. Yang tadinya berjalan kesana kemari kini duduk rapi di bangkunya masing-masing. Jaslyn bener. Pikir Aalea. Ya, Jaslyn memang benar. Guru baru yang dibicarakannya tadi pagi benar adanya. Deskripsi Jaslyn sepertinya seratus persen benar.

Guru baru itu tampan. Persis yang dikatakan Jaslyn. Dan satu lagi ... ia karismatik.

Karisma dan ketampanan yang dimiliki si guru baru sukses membuat para siswi kejang-kejang. Tentu saja Aalea bukan salah satunya. Ketika yang lain sibuk diam-diam memuji, Aalea hanya diam dan tenang. Entahlah, mungkin Aalea memang masih kecil hingga ia tak punya rasa tertarik pada lawan jenis setampan apapun itu. Atau mungkin Aalea memang aneh dan terlalu menutup diri.

"Perkenalkan. Saya guru baru kalian. Nama saya Robian Garuda Cakrawala. Umur saya 21 tahun dan saya mengajar ekonomi lintas minat," katanya memperkenalkan diri.

Cakrawala? Aalea merasa ia pernah mendengar itu. Tapi ingatannya yang memang lemah tak bisa mengingat apapun.

"Masih 21 tahun, ya? Boleh panggil 'mas' dong," celetuk salah seorang siswi dengan gelagatnya yang genit. Seandainya Jaslyn ada di sini, mungkin ia akan menanyakan hal yang sama bodohnya.

Robian tertawa. Tentu wibawa masih melekat dalam dirinya walau ia tertawa. Manis. Begitulah kesan saat melihatnya.

"Kalau di luar pelajaran boleh," katanya.

Suaranya yang berat makin membuat gadis-gadis tersenyum dalam diamnya. Entahlah, mungkin Robian akan dapat predikat pangeran sekolah setelah Arjuna.

"Baiklah, karena saya guru baru, saya ingin lebih mengenal kalian. Jadi hari ini kita perkenalan."

"Yeaaaayyyy!!!" seisi kelas bersorak kegirangan. Dengan adanya perkenalan, itu artinya tak akan ada pelajaran. Beda dengan Aalea yang malah sedang sibuk mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya. Aalea paling tak suka yang namanya 'perkenalan'. Baginya itu hanya membuang-buang waktu dan tak berguna sama sekali. Toh seiring dengan berjalannya waktu, lama kelamaan mereka akan saling mengenal.

"Baiklah. Mulai dari absen pertama. Aaleasha Cleonna," katanya.

Aalea berdiri. Wajahnya datar dan nampak tak senang. Sejujurnya, Aalea merasa kurang percaya diri. Perasaan berdebar ada dalam dadanya. Ia takut jika kata-kata perkenalannya akan terdengar konyol dan ditertawakan oleh seluruh penghuni kelas. Seseorang yang introvert paham betul bagaimana rasanya.

Sedangkan di depan sanaㅡtepatnya di meja guruㅡRobian seakan berhenti berkedip. Sosok Aalea membawa nuansa baru dalam dirinya. Robian tertegun.

Finally, i find you. Bisiknya dalam hati.

"Nama saya Aaleasha Cleonna dari XI MIA 2, terima kasih." Aalea langsung duduk. Tanpa basa-basi atau senyum yang terukir sama sekali.

Robian diam untuk beberapa saat. Sungguh. Detak jantungnya tak normal saat ini. Sampai akhirnya ...

Tok! Tok! Tok!
Pintu diketuk. Perhatian teralih. Dan ... apa kau tau? Penghuni kelas yang didominasi oleh kaum hawa ini histeris. Arjuna. Masuk. Kelas. Ini. Betapa beruntungnya kelas ini, dua pemuda tampan berkumpul jadi satu. Bukankah sebuah anugerah?

"Maaf saya terlambat," ucap Arjuna.

Robian mengangguk. Adik kecilnya terlambat pergi ke sekolah. Tak biasanya. Robian tak ingin bertanya apa alasan Arjuna walau ia penasaran. Bukan apa, Robian tak ingin murid lain tau bahwa ia adalah kakak dari Arjuna dan nantinya malah mengganggu profesionalitasnya.

Arjuna mengedarkan pandangannya. Seisi kelas penuh. Tak ada kursi yang tersisa. Ralat, ada yang tersisa. Tepatnya di samping Aaleaㅡyang sedang sibuk sendiri dengan bukunya di belakang sana. Arjuna menghela napas lega. Pemuda itu berjalan menuju deret paling belakang. Menghampiri bangku yang ditempati Aalea. Aalea sendiri belum sadar atas kehadiran Arjuna. Hingga Arjuna berkata, "Hai. Lo Aalea, kan? Gue duduk sini, ya?".

Aalea memandang ke arah sumber suara. Gadis itu sedikit terkejut karena apa yang dilihatnya.

Arjuna? Ngapain dia di sini? Dia kan anak lintas minat geografi?

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang