18. Jadian

11.7K 912 20
                                    

"Kandhira jadian sama Kak Ilgy!!!"

Lima kata yang menjadi berita paling panas seantero SMA Nusantara itu membuat seorang Aaleasha Cleonna risih. Bukan apa, dimana pun Aalea berada ia akan mendengar berita itu. Bukankah membosankan? Bahkan saat ia berada di perpustakaan seperti detik ini, masih ada saja murid yang membicarakannya. Padahal perpustakaan adalah tempat untuk membaca. Bukan bergosip.

Rasanya Aalea tak menemukan ruang untuk merasa tenang di sekolah ini. Semuanya pengap akan berita antara Kandhira dan Ilgy. Mereka berdua bahkan sudah dapat gelar, yaitu ... Cinderella and The Hunter. Mengapa? Kandhira yang kalem itu memanh sedari dulu dapat julukan Cinderella. Sedangkan Ilgy baru-baru saja diberi julukan itu karena image bad boy yang melekat pada dirinya. Setidaknya seminggu sekali, Ilgy akan masuk BK. Mempertanggung jawabkan kenakalannya yang sudah tak mampu diatasi lagi. Pihak sekolah ingin sekali mengeluarkan Ilgy, tapi masalahnya pemuda yang sudah kelas 12 itu cukup berbakat dalam beberapa hal. Basket misalnya.

Aalea tak sedikit pun peduli. Tak peduli pada gelar Kandhira-Ilgy maupun siapa itu Ilgy. Yang ia tau, tak ada ruang tenang lagi di sekolahnya untuk hari ini.

Aalea dengan kesal meletakkan kembali buku yang ia pegang ke dalam rak. Tadinya ia ingin membaca ensiklopedia mengenai mamalia laut, namun gara-gara tak bisa fokus, ia kini memilih berjalan keluar dari perpustakaan.

Tepat saat Aalea melangkahkan kakinya, Jaslyn berseru. Memekik memanggil nama Aalea, "Aal!"

Jaslyn yang ada di ujung koridor berlari menghampiri Aalea.

"Lo kemana aja, sih? Gue dari tadi nyariin lo, tau!" gerutunya.

"Gue ke perpus."

"Gue punya berita penting!" ujar Jaslyn bersemangat.

Aalea memutar matanya sarkastik. Ia tau. Pasti tentang Kandhira dan Ilgy. Menurut Aalea, berita itu sangat tidak penting. Karena Aalea sendiri tak mengenal kedua orang itu.

"Kalau tentang Kandhira sama Ilgy mending lo gak usah ngomong!"

Jaslyn menggeleng. Pertanda bahwa bukan itu yang ingin ia bicarakan. Kemudian Aalea menaikkan alisnya seakan bertanya 'Terus? Apa?'.

"Awkambing sama Gagang balikan! Mereka sweet banget! Relationship goals, deh, pokoknya!"

Aalea mengeratkan rahangnya. Ternyata, pembicaraan Jaslyn lebih tak penting dari berita Kandhira-Ilgy. Gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan Jaslyn.

"Ih, Aal! Tungguin gue!" pekik Jaslyn.

Satu-satunya tempat yang akan Aalea tuju kali ini adalah kelas. Artinya, ia harus menyebrangi lapangan basket. Dan sialnya, lapangan basket itu ramai saat ini. Beberapa siswa sedang memainkan basket. Mereka bukan siswa biasa melainkan anggota basket SMA Nusantara.

Aalea sungguh tak peduli siapa mereka. Yang Aalea pedulikan adalah, bola basket yang berkemungkinan besar untuk mengenai kepalanya. Aalea berlari kecil. Mempersempit kemungkinan kenanya bola basket di kepalanya. Tapi ...

Bugh!
Memang benar kata orang, hal yang tidak kita inginkan biasa terjadi.

Aalea tersungkur di atas panasnya semen lapangan basket. Bola basket terletak tujuh meter dari kepalanya. Ya, bola itu memang mengenai kepalanya sepersekian detik yang lalu. Membuat Jaslyn memekik terkejut, "Aalea!"

Jaslyn menghampiri Aalea dan membantu gadis itu berdiri. Kemudian ia bertanya, "Lo nggak papa?"

Aalea belum menjawab namun sepertinya Jaslyn sudah tau jawabannya kala melihat cucuran darah dari hidung sahabatnya. Aalea tau hidungnya berdarah. Yang belum ia tau, siapa yang membuat hidungnya berdarah. Dengan kata lain, siapa yang tadi memainkan basket dan mengenai kepalanya.

"Jalan pake mata dong!"

Bukannya permintaan maaf, malah cacian yang Aalea dengar. Gadis itu memutar badannya. Berhadapan dengan si tersangka yang sepertinya tak punya sopan santun. Ferhandito Ilgy Syailendra. Aalea membaca name tag itu baik-baik. Dan setelah membacanya, ia berdecih.

"Jadi lo yang namanya Ilgy? Nggak punya sopan santun banget. Gue heran kenapa Kandhira cowok kayak lo!" sindir Aalea sinis.

Memang benar. Pemuda dengan tinggi 180 itu namanya Ilgyㅡpacar Kandhira. Aalea bahkan tak peduli kalau ia dinilai kurang sopan karena berkata sedemikian rupa pada Ilgy yang notabene adalah kakak kelasnya.

"Sialan nih cewek! Lo nggak tau siapa gue? Gue ketua tim basket dan orang tua gue salah satu donatur di sekolah ini. Lo bisa aja dikeluarin dengan satu kata-kata aduan dari gue!" sahutnya.

Aalea tersenyum miring. Padahal darah dari hidungnya terus mengucur.

"Lo kira gue takut?" Aalea kembali memutar badannya. Membelakangi Ilgy. Lalu berjalan diiringi Jaslyn.

Sedangkan Ilgy sendiri seakan kehabisan kata-kata. Baru kali ini ia menemukan seseorang yang berani melawan dirinya. Padahal biasanya ia lah yang menindas orang lain. Tanyakan pada murid cupu mana saja. Pasti semuanya sudah pernah di-bully oleh seorang Ferhandito Ilgy Syailendra. Tapi sekarang, malah dirinya yang merasa tertindas oleh kata-kata seorang gadis yang baru saja ditemuinya.

...

Tuk. Tuk.
Satu per satu anak panah menancap di papan yang menempel di dinding bagian sana. Aalea yang memegang tisu dengan bercak-bercak darah hanya melihat dari tangga. Tak seperti biasanya, wajah Arjuna tampak datar kali ini. Bahkan terkesan dingin. Wajar saja, berita Kandhira-Ilgy mungkin telah sampai di telinganya dan menghancurkan hatinya seketika.

Tangan bersih Arjuna telaten menghempaskan anak panahnya terus menerus. Tanpa menyadari kehadiran Aalea di sana. Jika pemuda lain akan membanting-banting barang ketika merasa marah, maka Arjuna berbeda. Setidaknya hal itu yang Aalea tau detik ini.

Arjuna berhenti saat merasa seseorang memperhatikannya. Dan memang benar. Ia melihat sosok Aalea di tangga. Masih dengan seragam sekolahnya yang belum diganti.

Arjuna tersenyum. Seperti tak ada suatu hal yang terjadi padanya. Seperti ia baik-baik saja. Dan seperti hatinya masih utuh seperti semula. Tapi Aalea tau, ada yang hilang dari pemuda itu. Sorot matanya yang biasa menunjukkan bahagia kini terasa kosong.

Arjuna ingin sekali menceritakan segala perasaannya pada Aalea. Namun ada satu hal yang Arjuna pikirkan, akankah Aalea peduli?

Arjuna sakit. Tentu saja. Siapa juga manusia yang tidak sakit ketika melihat orang yang disayangi pergi meninggalkan begitu saja bersama orang lain? Walaupun ada pepatah yang mengatakan 'Mencintai perkara merelakan ia bersama yang lain', tetap saja hal itu tak semudah yang dibayangkan.

"Aal, kemarin lo minta gue buat ngajarin lo cara belajar yang gue pake, kan?" Arjuna memastikan.

Aalea mengangguk. Memang benar, ia memintanya. Dan satu hal lagi, Arjuna belum menjawab permintaan itu senalam. Aalea berpikir bahwa Arjuna mungkin tak mau membaginya. Tapi siapa sangka jika pemuda itu menanyakannya sekarang?

"Gue bakal ngajarin lo sesuai permintaan. Tapi gue juga minta satu hal ...." Arjuna menggantung kata-katanya. Membuat Aalea dipenuhi tanda tanya.

"Ajarin gue juga. Ajarin buat ngelupain Kandhira."

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang