33. Pengakuan

10.5K 846 47
                                    

Gadis berseragam putih abu-abu itu menatap pintu kamar Arjuna. Jantungnya berdegup-degup seperti mau meledak. Teringat lagi olehnya kecupan di pipi dari Arjuna semalam. Ya, ia tak bisa melupakannya. Memang tak mungkin bisa dilupakan, kan?

Aalea tak tau apa arti kecupan itu. Hanya saja ... rasanya ... senang? Entahlah, yang jelas pipi Aalea memerah sekarang.

...

"Kita putus aja," kata pemuda itu dingin.

Wajahnya datar dan matanya menatap lurus ke depan. Gadis di hadapannya meremas roknya kuat-kuat.

"Apa? Kok kamu mutusin aku gini, sih, Il? Aku salah apa?!" ujarnya tak terima.

"Salah lo? Lo ngebosenin."

Jleb!
Jawaban itu menghunus bagai sebilah pedang platina. Gadis yang hatinya selembut sutraㅡKandhiraㅡitu menangis.

"Kamu nggak bisa mutusin aku gini, Il! Aku masih sayang sama kamu! Kalau aku salah, aku minta maaf. Asal kita jangan putus!"

Kandhira tak henti-hentinya memohon. Bahkan ia berlutut di depan laki-laki arogan bernama Ilgy yang beberapa detik lalu memutuskannya.

Kandhira baru saja menjatuhkan harga dirinya ke titik paling dasar. Ia tak peduli lagi. Yang ia tau, ia tak mau kehilangan Ilgy.

Ilgy hendak melangkah meninggalkan Kandhira. Namun gadis itu memeluk erat kaki kanan Ilgy. Air mata Kandhira membasahi celana Ilgy bagian betis.

"Kamu nggak boleh mutusin aku, Il!"

Kandhira terus merengek. Ilgy menendang Kandhira dengan kakinya.

"Murahan!" tegasnya lalu meninggalkan Kandhira.

Baju Kandhira kotor kena tanah. Air matanya terus membanjiri pipi mulusnya. Hari ini ... hatinya dipatahkan. Oleh seorang pemuda bernama Ilgy.

...

Tidak. Lagi-lagi Aalea bertindak aneh. Tersenyum sambil tersipu-sipu sendirian. Jaslyn berpikir, Nih anak, makin hari makin aneh aja.

Jaslyn menggeleng-geleng. Sekarang mereka sedang berada di perpustakaan. Dan bukannya membaca, Aalea malah jatuh dalam lamunannya. Jaslyn memutuskan untuk menepuk bahu Aalea.

"Ngelamun aja lo! Gue nyari buku dulu, ya?" pamit Jaslyn.

Aalea mengangguk sekilas. Ia menopang dagunya dengan tangan sebagai tumpuan di atas meja. Buku tentang trigonometri di tangannya dianggurkan begitu saja. Gadis itu lebih memilih fokus pada khayalan-khayalan yang ada di kepalanya.

Khayalan tentang sosok Arjuna dan sejuta pesonanya. Entah sejak kapan Aalea diam-diam jadi suka memikirkan Arjuna seperti ini. Aalea sendiri tidak tau pasti.

Khayalan indah Aalea kabur begitu saja saat tiba-tiba Arjuna duduk di hadapannya. Dengan senyum tampannya yang cemerlang, Arjuna menyapa Aalea, "Baca buku apa, Aal?".

"E-eh ... Trigono," jawab Aalea gagap.

Napas Aalea rasanya memendek. Apalagi saat melihat bibir Arjuna.

Bibir itu ... yang mengecup pipi Aalea semalam.

Bibir itu ... yang membuat Aalea sulit tidur.
Bibir itu ... yang membuat Aalea tak kunjung berhenti memikirkan Arjuna.

Bibir itu ... entah sejak kapan Aalea menyukainya.

Aalea teringat kembali bagaimana rasanya saat benda kenyal itu menyentuh pipinya. Lembut ... dan ada sensasi-sensasi yang tak pernah Aalea rasa sebelumnya.

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang