38. Tatapan

10.5K 801 34
                                    

Tepat sehabis melihat layar ponselnya, Aalea langsung pamit. Terburu-buru. Seolah tak ingin melewatkan sesuatu. Menggugurkan niat Robian untuk memgutarakan perasaannya. Pemuda itu kembali memasukkan kotak biru itu ke dalam saku celananya.

Sebegitu pentingnya Arjuna buat kamu, Aal? Tanya Robian dalam hati saat mengetahui gelagat Aalea.

Ada dorongan dalam dirinya untuk melangkah diam-diam. Mengikuti Aalea dari belakang. Mencaritahu kemana dan dengan siapa gadis itu pergi.

Robian keluar dari restoran mengikuti Aalea. Langkah Aalea berhenti di depan sebuah toko roti. Dan ... mobil Arjuna terparkir di sana. Lengkap dengan Arjuna berdiri di samping mobil itu. Robian memutuskan untuk mengawasi dari jauh.

Arjuna melontarkan senyum manisnya pada Aalea, mereka tertawa sejenak, masuk mobil, lalu pergi.

Deg. Rasanya jantung Robian remuk baru saja. Memang tidak ada aktivitas yang istimewaㅡmisal berpelukan atau skinshipㅡdi antara Arjuna dan Aalea barusan. Tapi dadanya tetap sakit. Karena ada satu hal yang disadarinya, cara Arjuna menatap Aalea.

...

Ketika remaja-remaja lain main atau hang out bareng teman sampai lupa waktu, maka Aalea dan Arjuna berbeda. Kali ini mereka juga lupa waktu. Namun bedanya, karena belajar.

Sudah hampir 4 jam mereka menghabiskan waktu untuk membabat habis soal-soal matematika dari berbagai sumber. Mengerjakan-mengoreksi-membahas. Terus berulang-ulang tanpa kenal lelahㅡdengan senang hati malah.

Hoam. Arjuna tau jika rasa kantuk sudah mulai menyerang pelupuk mata Aalea.

"Udah deh belajar hari ini. Tidur gih," kata Arjuna. Aalea menggeleng tegas.

"No. Ada soal yang belum gue kuasain!" tolak Aalea.

"Tapi lo udah kelihatan capek tuh."

Aalea mengepalkan tangannya lalu mengangkatnya ke udara, "Ya, gue emang udah ngantuk nih. Tapi tetep aja, kalau gue mau jadi yang terbaik, gue musti berjuang lebih keras lagi."

Arjuna tertawa. Membara. Begitulah Aalea di mata Arjuna. Bisa dibilang pemuda itu kagum dengan semangat Aalea. Kendati demikian, ada sepercik rasa iba yang hadir entah sejak bila.

Gue bakal pastiin lo jadi yang terbaik kali ini, Aal.

...

Pemuda hitam manis itu mengeringkan rambutnya yang basah sehabis keramas. Tubuh gagahnya telah dibalut kaos abu-abu dan celana training hitam. Ia duduk di ranjangnya.

Diam-diam matanya melirik kotak biru yang ada di nakas tak jauh dari ranjang. Entahlah, tapi Robian merasa sesak saat melihatnya.

Robian mengambil dan membuka kotak itu. Sebuah gelang emas putih berlapis berlian bersemayam indah di sana. Gelang yang sejatinya akan diberikan pada Aalea. Dan belum disampaikan jua.

Robian meletakkan kembali kotak itu. Kemudian badannya ia baringkan di atas tempat tidur. Menatap langit-langit dan menerawang jauh. Ingatannya kembali berputar ke beberapa jam yang lalu. Tepatnya ketika ia melihat Arjuna datang menjemput Aalea. Diiringi senyuman yang mengembang di bibir mereka berdua.

Terlebih dari semua itu, ada satu hal yang benar-benar tak bisa dilupakan Robian, tatapan mata Arjuna. Robian tau benar tatapan macam apa itu. Tatapan orang yang sedang jatuh cinta.

Sialnya, Robian benci melihat Arjuna menatap Aalea sedemikian rupa.

...

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang