40. Mimpi yang Tercapai

10.3K 826 35
                                    

Waktu terus berlalu. Sampai pada hari ini, pertengahan Bulan Juni. Ulangan kenaikan kelas telah berakhir. Ada hal-hal yang masih sama. Ada juga yang berubah. Contoh yang masih sama, hubungan Aalea-Jaslyn. Masih saja beku mirip es batu. Tanpa tegur sapa, tanpa tawa canda. Mereka seolah tak pernah saling mengenal. Dan contoh yang berubah, hubungan Arjuna dan Ayahnya. Makin hari makin membaik. Kata Aalea sih, "Sekarang udah mirip ayah-anak beneran."

Banyak hal-hal lain juga yang terjadi. Misalnya saja Aalea yang makin berjuang keras untuk ulangan kali ini dan Arjuna yang membantunya dengan ikhlas. Hubungan mereka juga makin dekat. Saling merasa nyaman dan membuat nyaman. Lebih dari cukup.

Ilgy juga sudah lulus dari sekolah ini. Nilainya? Bagus. Ya, setidaknya bukan yang paling buruk satu sekolah. Berkat ketekunan Aalea. Meski cintanya ditolak mentah-mentah, tapi Ilgy tetap menjadikan Aalea sebagai tutornya. Kalau Kandhira beda lagi, sampai detik ini ia masih keukeuh menjadikan Arjuna sebagai pacarnya.

Aalea berjalan menuju papan mading. Ini hari yang penting baginya. Hari penentuan. Hari ketika nilai dan ranking paralel diumumkan. Hari yang sudah Aalea nanti-nantikan.

Deg-deg!
Aalea memejamkan matanya sejenak sebelum menatap deretan nama di papan mading. Degup jantungnya sudah tidak terkendali dan wajahnya sudah pucat pasi.
Aalea membuka matanya. And guess what ....

Gue-Peringkat-Satu?! Aalea memekik senang. Dalam hati. Ketika melihat namanya ada di baris paling atas dengan Arjuna di bawahnya dan Kandhira di peringkat 3. Tidak jauh berbeda dari semester lalu.

Akhirnya, Aalea bisa pulang ke rumahnya. Dan yang paling penting lagi, akhirnya Aalea tidak akan dibandingkan lagi dengan Arjuna.

...

Plang!
Bunyi yang timbul akibat dua gelas yang saling bersulang itu mengisi keheningan kediaman Arjuna Dirga Cakrawala. Jangan salah, isinya cuma sirup rasa cocopandan kok!

Di sinilah mereka, duduk ditemani alat 'bakar-bakaran' dan gelas kaca berisi minuman. Aalea kini sibuk mengipas ayam yang di bakar di atas arang, sedangkan Arjuna sibuk menyiapkan piring untuk hasil bakaran Aalea.

"Cepetan dong, Aal. Gue udah laper ni," rengek Arjuna.

Aalea hanya menggeleng-geleng melihat tingkah Arjuna. Aroma menggoda ayam bakar buatannya sanggup membuat Arjuna menahan lapar sejak tadi.

Setelah meletakkan ayam bakar di piring, Aalea dan Arjuna langsung duduk. Menatap ayam bakar dengan penuh pengharapan. Seolah ayam itu bisa mengabulkan permintaan apapun yang mereka buat.

Aalea memotong-motong ayam menjadi bagian-bagian kecil dan meletakkan sepotong di piring Arjuna. Kemudian, seperti seorang Ibu, Aalea berkata, "Makan yang lahap, ya, Nak."

Oh, jangan lupakan usapan lembutnya di puncak kepala Arjuna itu. Arjuna pun tertawa lalu mulai melahap ayamnya. Seperti hari-hari sebelumnya, setiap bersama Aalea, Arjuna selalu begini. Selalu merasa dicintai. Semenjak ada Aalea, Rumahnya bukan hanya sebuah bangunan kosong tanpa nyawa. Rumah itu benar-benar layak disebut rumah. Dan Arjuna suka.

"Jadi, lo udah ngasi tau orang tua lo tentang kabar peringkat 1?" tanya Arjuna.

Aalea menggeleng, "Nggak, biarin besok mereka tau sendiri aja pas bagi raport."

Mereka kembali melanjutkan makan-makan dalam rangka merayakan berhasilnya Aalea itu. Entahlah, tapi makan malam kali ini tak seperti biasanya yang selalu dihinggapi tawa dan banyak bicara. Malam ini lebih hening. Seperti ada jutaan rasa yang mengambang di udara saat ini. Gelisah, senang, bimbang, dan juga sedih. Tak terdeskripsikan.

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang