13. Hotel

11.7K 880 23
                                    

Klek!
Arjuna menekan daun pintu. Menimbulkan suara khas yang tak lagi asing di telinga. Pintu itu pun terbuka. Terpampang ruangan luas dilengkapi segala furnitur mewah yang bernuansa serba hitam putih. Aalea menelan ludahnya kasar. Kamar ini gedenya tiga kali ruang tamu di rumah gue, batinnya. Memang benar, kamar ini begitu luas dan Aalea tak pernah membayangkan akan tidur di kamar seperti ini.

"Lo bisa istirahat di sini. Maaf kalau agak berantakan. Kamar tamu jarang dipakai soalnya," kata Arjuna.

Berantakan? Gila. Rapi kayak gini dibilang berantakan. Terus kamar gue apa?

Aalea masuk ke kamar yang disediakan Arjuna. Gengsi dan harga diri sementara ia sisihkan. Tentu saja meminta bantuan dari rival bukanlah hal yang mudah. Jika tak terpaksa pun, Aalea tak akan pernah melakukannya.

Arjuna menebar senyum. Seperti biasa, ia baik pada siapa saja. Termasuk pada gadis yang selalu mengacuhkannyaㅡAalea. Tepat setelah Aalea bertanya apakah ia boleh menginap, Arjuna langsung mengangguk memperbolehkan. Ia memang selalu menerima siapapun yang membutuhkan bantuan dengan tangan terbuka. Membutuhkan bantuan? Ya, Aalea membutuhkan bantuan. Dalam sekali pandang pun Arjuna tau jika Aalea membutuhkan bantuan. Pemuda itu yakin Aalea sedang diterpa masalah. Apalagi saat melihat koper yang dibawanya. Arjuna tak tau persis apa masalahnya, ia juga tak ingin bertanya. Baginya, bisa membantu saja sudah cukup.

"Ya udah. Gue tinggal dulu." Arjuna undur diri. Perlahan ia menutup pintu kamar dan menghilang dari pandangan Aalea.

Huft. Aalea bisa menghembuskan napasnya lega untuk sesaat. Gadis yang baru saja diusir dari rumah itu menghempaskan tubuhnya di kasur king size empuk berbalut sprei putih bersih. Sedetik kemudian otaknya kembali berputar. Bekerja keras mencari jalan mana yang harus ia tempuh setelah ini. Dimana ia akan tinggal setelah malam ini. Dan juga bagaimana caranya ia bisa mengalahkan Arjuna lalu kembali ke rumah tercintanya.

Aalea menggeleng. Ia tak bisa berpikir dalam keadaan tubuhnya yang lelah sekarang ini. Yang harus ia lakukan hanya istirahat. Istirahat sembari menanti hari esok yang mungkin akan membawa sinar baru dalam hidupnya.

...

Aroma roti panggang bercampur parfum maskulin memenuhi ruang makan. Seorang pemuda tampan sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Rambutnya yang messy serta kumis tipis di atas bibirnya menambah kesan keren. Tak lupa celemek yang menempel di tubuhnya. Tangannya begitu lihai meracik sandwichㅡmenu sarapan pagi ini. Ia memang sudah terbiasa memasak. Walaupun ia laki-laki, keterampilan memasaknya tak bisa dianggap remeh. Tak heran mengapa ia dicap serba sempurna. Karena memang segala yang melekat pada dirinya begitu sempurna. Entah apa kurangnya.

Tap. Tap. Tap.
Suara langkah seorang gadis bersepatu converse yang sedang menuruni tangga mengalihkan pandangan pemuda yang sedang memasakㅡArjuna. Gadis itu turut menyeret koper ungu yang ada di gengamannya susah payah. Sedangkan pangeran kita malah asyik memberi garnish di atas sandwich buatannya sebelum meletakkannya di meja makan.

"Sarapan dulu, yuk, Aal!" ajak Arjuna.

Aalea menggeleng. Bisa dikatakan 'Breakfast is not Aalea's style'. Si Kentang Introvert itu sudah hampir tiga belas tahun mengenyam bangku sekolah dan selama itu pula ia tak pernah melakukan kegiatan yang namanya sarapan.

"Lo mau bawa koper ke sekolah?" tanya Arjuna.

Sekali lagi Aalea menggeleng. Sesungguhnya, ia terlalu malas untuk berbicara pada Arjuna. Namun Aalea lebih malas lagi jika Arjuna terus bertanya. Maka dari itu Aalea menjelaskan, "Enggak. Orang gila mana yang mau bawa koper ke sekolah? Gue nitip koper ini di rumah lo bentar. Nanti sore gue ambil. Gue bakal balas jasa ke lo yang udah numpangin gue nginep semalem. Karena gue nggak suka hutang budi.".

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang