22. Bolos

11.3K 907 9
                                    

Suara instrumen piano mengalir dari sebuah mesin karaoke. Diiringi lampu warna-warni yang berkelap-kelip. Suasana mellow yang tercipta sesungguhnya agak kurang cocok dengan lampu yang terlihat ramai.

Aalea duduk di atas sofa. Memperhatikan layar televisi yang ada di hadapannya. Di sampingnya ada seorang pemuda yang sedang memegang microphoneㅡArjuna. Dan tak lama ... sebuah suara terdengar.

Feeling like I'm breathing my last breath

Feeling like I'm walking my last steps

Look at all of these tears I've wept

Look at all the promises that I've kept

I put my heart into your hands

Here's my soul to keep

I let you in with all that I can

You're not hard to reach

And you bless me with the best gift

That I've ever known

You give me purpose

Yeah, you've given me purpose ...

Aalea menganga. Sembari terus mendengar pemuda di hadapannya yang tengah melantunkan lagu indah dengan suara yang juga indah. Aalea tak pernah menyangka. Bahwa ternyata Arjuna juga bagus dalam hal menyanyi. Suara Arjuna merdu dan lembut. Belum lagi penghayatan yang Arjuna berikan. Benar-benar membuat Aaleaㅡsi pendengarㅡterenyuh.

Aalea hanyut dalam lagu yang Arjuna nyanyikan. Walau ia sendiri kurang paham artinya, tapi ia menikmati dengan baik. Gadis itu jadi merasa ... bahwa ia lah satu-satunya yang tak punya bakat maupun minat. Jika ditanya apa hobinya, mungkin ia sendiri tak tau.

Sebenernya ... apa, sih, kekurangan lo, Jun?

Hari ini ... satu hal membuat Aalea kagum pada Arjuna. Gadis itu iri. Iri pada kehidupan Arjuna yang rasanya terlalu sempurna. Iri pada Arjuna yang bisa melakukan banyak hal. Sedangkan dirinya tak bisa melakukan apa-apa selain belajar.

Tepat setelah Arjuna mengatupkan bibirnya, Aalea menepuk tangannya pelan sembari berkata, "Gila. Suara lo bagus banget."

Arjuna tersenyum. Menampilkan sisinya yang memang selalu ramah.

...

"Oke. Yang itu satu juga, Mbak."

Aalea mengernyit. Tas ransel biru yang ia coba dimasukkan ke dalam trolley. Bersamaan dengan enam tas lainnya yang sudah ia coba sebelumnya.

Arjuna mengambil tas ransel merah muda bermotif polos dan memberikannya pada Aalea, "Nih. Coba."

Aalea menggeleng. Di matanya, Arjuna terlihat sangat tidak realistis sekarang ini. Bagaimana tidak, setiap tas yang ia coba dimasukkan ke dalam trolley. Dan jumlahnya sudah sangat banyak. Bukankah boros membeli tas sebegitu banyak?

"Apaan, sih, Jun. Tas gue masih bagus kali! Ngapain juga beli lagi?!" semprot Aalea.

Arjuna menaikkan alis kirinya. Membuat teka-teki untuk Aalea.

"Emangnya gue bilang kalau semua tas ini buat lo? Enggak, kan?" Arjuna mendorong trolley dan kembali menyusuri toko tas ini. Meninggalkan Aalea yang masih memaku di tempatnya. Jadi semua tas itu bukan buat gue? Bego banget sih lo, Aal. Bikin malu aja ngomong begitu! Aalea memukul kepalanya. Sambil merutuki rasa percaya dirinya yang begitu tinggi.

Aalea berjalan. Mengekor Arjuna tanpa berani berkomentar satu patah kata pun. Entah sudah berapa banyak tas yang Arjuna beli. Yang jelas sudah memenuhi tiga per empat trolley.

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang