41. Seperti Kaca yang Dihempaskan

10.8K 852 38
                                    

"Kenapa? Aku kan udah bilang, aku udah nggak suka sama kamu lagi, Ra. Jangan ganggu aku lagi," kata Arjuna. Serius dan nampak lelah.

Kandhira tetap memegang erat lengan Arjuna. Memohon entah berapa kali lagi agar ia kembali diterima.

"Aku nggak bisa tanpa kamu, Jun. Kita itu udah diciptain Tuhan buat terus sama-sama, aku percaya itu!" Kandhira masih ngeyel.

"Masalahnya, aku yang nggak percaya hal itu, Ra. Kamu harus berhenti gangguin aku. Kamu harus cari kebahagiaan kamu sendiri. Aku udah nggak suka sama kamu dan kamu jelas cuma dateng karena lagi sedih doang. Kamu itu nggak beneran suka sama aku!" bentak Arjuna frustasi.

Kandhira tak pernah dibentak Arjuna sebelumnya. Begitu pula Arjuna, tak pernah membentak perempuan sebelumnya. Kandhira keterlaluan dan Arjuna tidak bisa terus diam.

Kandhira langsung memeluk Arjuna. Erat. Tak memberi celah. Arjuna sudah terlalu lelah untuk memberontak. Ia akan membiarkan Kandhira untuk sejenak saja.

...

Aalea berlari. Menyusuri lorong demi lorong. Meninggalkan Jaslyn dan isakannya yang perlahan-lahan memelan. Setelah mendengar penjelasan Jaslyn, Aalea langsung pergi. Mencari-cari sosok bernama Kandhira. Seseorang yang membuat Jaslyn marah padanya selama ini.

Dan ... di sana. Di ujung koridor kelas 11. Ada Kandhira dan juga Arjuna. Mereka berpelukan.

Entah mengapa, rasanya jantung Aalea teremas. Rasanya Aalea ingin menarik dan mengempaskan Kandhira begitu saja. Aalea tak suka Kandhira berada di sanaㅡdalam pelukan Arjuna.

Tapi ini bukan saatnya. Bukan saat yang tepat untuk memerhatikan pelukan. Ada hal lain yang lebih penting untuk dibahas.

"Kandhira?" panggil Aalea sopan.

Kandhira menoleh. Melemparkan tatapan 'ada apa?'.

"Gue mau ngomong empat mata sama lo," kata Aalea masih sopan.

Tidak, Aalea kemari memang bukan untuk marah-marah atau langsung melabrak Kandhira karena ucapannya yang membuat Aalea dan Jaslyn jadi bermusuhan. Aalea hanya ingin membahas. Mencari titik terang agar merasa lega.

"Ngomong aja! Sekarang!" ujar Kandhira arogan.

Jika Aalea tidak suka melihat Kandhira berada di pelukan Arjuna, maka Kandhira beda lagi. Kandhira tidak suka melihat Aalea. Dalam keadaan apapun.

"Gue mau nanya, apa bener lo yang ngasih tau Jaslyn kalau gue tinggal di rumah Arjuna? Dan apa bener lo juga yang bilang kalau gue nggak nganggep dia sahabat karena ngerahasiain hal itu dari dia?"

Gimana Kandhira tau Aalea tinggal di rumah gue?

Kandhira mendengus, "Kalau iya kenapa? Lo nggak suka?"

"Jadi bener, ya? Maksud lo apa ya, Kandhira? Itu kan bukan urusan lo, kenapa juga lo ngomong gitu ke Jaslyn? Lo juga bilang ke dia kalau gue ngasih tau lo, padahal nggak ada kan? Lo udah ngelakuin fitnah, Kandhira!" Aalea mulai kesal.

"Terserah deh, ya. Sahabat lo aja tuh yang bego. Sama sih begonya sama lo. Kalau lo nggak mau gue ganggu, lo jauh-jauh deh dari Arjuna! Gue nggak suka!" pekik Kandhira. Untungnya sekolah ini sudah sepi. Murid, orang tua, dan sebagian guru sudah pulang ke rumah.

"Apa? Lo nyuruh gue jauh dari Arjuna? Emang Arjuna siapa lo? Lo udah nyampakin Arjuna begitu aja dan sekarang lo bertingkah seolah Arjuna itu milik lo gitu? Asal lo tau aja, lo itu sama sekali nggak pantes buat laki-laki sebaik Arjuna! Jangan bertingkah seolah Arjuna butuhin lo, Kandhira!" teriak Aalea.

Bukan begini yang Arjuna mau. Kepalanya pening. Frustasi melihat perdebatan Kandhira dan Aalea. Perdebatan yang sesungguhnya hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Arjuna harus mengakhiri semuanya.

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang